MANAJEMEN KELAS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Belajar adalah suatu proses yang komplek dan terjadi
pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena
interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat
terjadi kapan dan dimana saja. Adapun secara sederhana belajar dapat diartikan
sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan
perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh
perubahan dalam dirinya pada tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta
selalu ada usaha berupa latihan.[1]
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di
beberapa sekolah sebagai pusat pendidikan formal lebih dimaksudkan untuk
mengarahkan perubahan pada diri sendiri secara terencana baik dari segi kognitif,
afektif dan psikomotorik. Dalam interaksi belajar tersebut sangat
dipengaruhi oleh beberapa komponen yang antara lain terdiri atas: murid, guru,
kepala sekolah, materi pelajaran, sarana prasarana (perpustakaan), lingkungan
dan beberapa fasilitas lain yang memenuhi dalam proses pembelajaran sehingga akan menunjang
keefektifan proses pembelajaran.
Peranan guru sangat penting dalam pendidikan. Baik
buruknya pendidikan dipengaruhi bagaimana seorang guru bisa memanifestasikan
dan mengaplikasikan sumbangsihnya ke dalam lembaga formal untuk mewujudkan
kecerdasan bangsa dan cita-cita negara, sehingga antara guru dan pendidikan
merupakan satu komponen yang tidak bisa dipisahkan. Jika dari kata “pendidikan”
berarti ada pendidik dan ada yang dididik, maka artinya guru dan murid. Seorang
guru atau pendidik bekerja sesuai dengan kurikulum sekolah, baik pada tingkat
SD/MI, SMP/MTS, SMU/MA. Karena itu, frekuensi pendidikan di dalam lembaga
pendidikan diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang bisa menyelesaikan pendidikannya
sesuai target yang telah ditentukan, dengan mengacu pada kurikulum yang
dijadikan sebagai program pembelajaran. Jika interaksi antara kurikulum yang
diajarkan oleh guru dengan kemampuan murid dalam menyerap materi itu menjadi
satu kesatuan yang utuh, maka target maksimal akan tercapai secara
seimbang.
Dalam kenyataannya yang ada di lapangan mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam dewasa ini mutunya masih rentan karena belum mencapai
target yang diinginkan secara memadai khususnya di sekolah umum. Selain
realitas tersebut, ada asumsi bahwa “Dalam kehidupan sekolah sering kita lihat
adanya para guru yang dapat dikatakan tidak berhasil dalam mengajar. Indikator
dari ketidakberhasilan guru adalah prestasi siswa yang rendah, tidak sesuai
dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Kegagalan ini bukan hanya
ketidakberhasilan guru dalam mengajarkan tugasnya yaitu menguasai materi bidang
studi ketika penyampaian saja, akan tetapi ketidaktahuan guru dalam me-manage
kelas. Hal ini berakibat pada ketidakefektifan pembelajaran khususnya PAI
sehingga kualitas siswa menurun”.[2]
Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran khususnya
bidang studi PAI, ada hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Guru
hendaknya harus pandai dalam manajemen kelas agar dalam pembelajaran berjalan
secara efektif dan optimal. Adapun ruang lingkup dari manajemen kelas terdiri
atas kegiatan akademik berupa perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran,
serta berupa kegiatan administratif yang mencakup kegiatan prosedural dan
organisasional seperti, penataan ruangan, pengelompokan siswa dalam
pembagian tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes, pengorganisasian
kelas, pencatatan kelas dan pelaporan.[3]
Dengan manajemen kelas ini maka siswa akan termotivasi
dalam pembelajaran terutama pada manajemen suasana kelas yang pada khususnya
merupakan modal penting bagi jernihnya pikiran dalam mengikuti pelajaran,[4]
sehingga anak akan merasa nyaman dan antusias. Dengan pembelajaran Pendidikan
Agama Islam yang kondusif dan suasana yang cenderung rekreatif, maka akan dapat
mendorong siswa untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya.
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan pembelajaran merupakan sebagian
dari proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan
pengetahuan, pemahaman sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan,
kebiasaaan serta merupakan beberapa aspek lain yang ada pada individu yang
belajar.
Tingkah laku sebagai proses dari hasil belajar dipengaruhi
oleh beberapa faktor baik intdrnal maupun eksternal. Adapun faktor internal
adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa, yaitu minat dan perhatiannya,
kebiasaan usaha dan motivasi serta beberapa faktor lainnya. Sedangkan faktor
eksternal dalam pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menjadi tiga
lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Semua itu sangat
mempengaruhi pembelajaran terutama di lingkungan sekolah yaitu tentang
manajemen kelas yang akan berpengaruh pada proses pembelajaran siswa dalam
meningkatkan efektifitas belajar yang lebih optimal. [5]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin
mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Berbagai upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan Indonesia
dewasa ini juga terus berlangsung. Adapun salah satu upaya yang diprioritaskan
untuk mencapainya adalah peningkatan mutu pendidikan. Untuk peningkatan mutu
pendidikan ini seluruh komponen pendidikan juga perlu ditingkatkan. Selain itu
juga dengan adanya otonomi daerah maka muncul sebuah keputusan baru dalam
sektor pendidikan terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah
yaitu Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif
dan efisien, para guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas
dengan tepat agar pembelajaran berlangsung secara maksimal, efisien dan
efektif.[6]
Karena kelas merupakan media pertemuan segala komponen pendidikan serta ujung
tombak dan juga basis pendidikan.
Kehidupan dan peradaban manusia di awal millennium
ketiga ini telah banyak mengalami perubahan. Dalam merespon fenomena itu,
manusia berpacu mengembangkan pendidikan diberbagai bidang ilmu. Namun
bersamaan dengan itu munculah krisis multi dimensi, krisis politik, ekonomi,
sosial, hukum, golongan dan ras. Akibatnya peran serta efektifitas pendidikan
Agama Islam di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan
masyarakat mulai dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan
dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan jauh lebih baik.
Melihat fenomena tersebut, seolah-olah Pendidikan
Agama Islam dianggap kurang memberikan kontribusi yang menuju arah itu tanpa
melihat problem sebenarnya pada Pendidikan Agama Islam. Akan tetapi setelah
ditelusuri ternyata adalah kurangnya seorang guru dalam memerankan manajemen
kelas. Dan memang tidak adil jika harus menimpakan tanggung jawab atas
munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada Pendidikan Agama
Islam. Sebab pendidikan agama di sekolah bukanlah satu-satunya faktor yang
menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Apalagi dalam
pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tersebut masih terdapat beberapa kelemahan
yang mendorong dilakukannya penyempurnaan yang konsisten. Kelemahan lain,
materi Pendidikan Agama Islam, termasuk materi akhlaq yang lebih terfokus pada
pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif)
serta pembiasaan (psikomotorik).
Salah satu usaha yang dapat dijadikan sebagai solusi
dalam masalah pembelajaran PAI adalah
pengimplementasian manajemen
kelas dalam pembelajaran PAI khususnya di Sekolah Dasar ini. Semula SD. Darul
Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan merupakan suatu lembaga yang memprioritaskan
program normatif yaitu Ilmu Pendidikan Agama Islam yang berada di bawah naungan
Departemen Agama, namun mulai pada tahun 1983 hingga sekarang, lembaga ini
resmi berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional yang
memprioritaskan program Adaptif. Meskipun demikian bukan berarti program
Normatif yaitu Ilmu Pendidikan Agama harus diabaikan, justru di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini berusaha meningkatkan kualitas materi PAI mengingat
lembaga ini pada awalnya merupakan suatu lembaga yang berada di bawah naungan
Departemen Agama yang memprioritaskan program normatif. Peneliti melakukan
penelitian di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dikarenakan peneliti
ingin mengetahui tentang bagaimana guru PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan dalam me-manage kelas, sehingga pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang diharapkan.
Berpijak dari pemikiran diatas bahwa manajemen kelas
dapat mengefektifkan pembelajaran khususnya pada materi Pendidikan Agama Islam.
Untuk itu peneliti mengangkat judul “Manajemen
Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI (Studi Kasus di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan).
B. Rumusan
Masalah.
Dari uraian
latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1.
Bagaimana implementasi manajemen
kelas dalam meningkatkan efektifitas
pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan?
2.
Apa faktor-faktor yang menghambat
manajemen kelas dalam meningkatkan
efektifitas pembelajaraan PAI di
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan?
3.
Usaha-usaha apa yang ditempuh
dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan?
C. Tujuan Penelitian
Dari informasi rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1.
Untuk mengetahui bagaimana
implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan.
2.
Untuk mengetahui faktor-faktor
yang menghambat manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan.
3.
Untuk mengetahui Usaha-usaha yang
ditempuh dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas
pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
D. Kegunaan Penelitian.
Hasil dari penelitian ini di
harapkan dapat berguna :
1. Bagi Lembaga
(Sekolah).
Hasil penelitian ini dapat
dijadikan masukan untuk mendorong semua civitas akademik menerapkan manajemen
kelas dengan sebaik-baiknya dengan tujuan pada efektifitas pembelajaran.
2. Bagi Universitas.
Hasil penelitian dapat
dijadikan sebagai masukan atau sumbangan
pemikiran yang konstruktif dalam usaha pengefektifan pembelajaran.
3. Bagi Penulis.
Dapat menambah wawasan dan
pengalaman baru yang nantinya dapat dijadikan sebagai modal dalam meningkatkan
efektifitas pembelajaran sesuai dengan disiplin ilmu penulis, terutama setelah
terjun dalam dunia pendidikan.
E. Penegasan Istilah Judul.
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kerancuan
pengertian, maka perlu adanya penegasan judul dalam penulisan skripsi ini
sesuai dengan fokus yang terkandung dalam tema pembahasan, antara lain sebagai
berikut yaitu:
1. Manajemen adalah
suatu proses dalam mengintegrasikan sumber-sumber (mencakup orang-orang,
alat-alat, media bahan-bahan uang dan sarana semuanya) diarahkan dan
dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan. [7] Sedangkan kelas adalah suatu satuan unit
kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran dengan
beragam keunikan yang dimiliki baik dalam aspek fisik, psikis, latar keluarga,
bakat dan minat yang kesemua itu perlu ditanggapi secara positif sebagai faktor
pemacu dalam mewujudkan situasi dinamis yang dapat berlangsung dalam kelas, sehingga
dapat tumbuh dan berkembang secara efektif dan terarah sesuai dengan
tugas-tugas perkembangan mereka. Jadi manajemen kelas adalah suatu upaya
memberdayakan potensi kelas yang
ada seoptimal mungkin mulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur
dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi
dan memantau kemajuan siswa serta mengantisipasi beberapa masalah yang
kemungkinan timbul di kelas tersebut[8] dan mendukung proses interaksi edukatif
dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.
Efektifitas Pembelajaran.
Efektifitas adalah ketepatgunaan, hasil guna dan menunjang
tujuan.[9]
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber
belajar pada suatu lingkungan belajar[10],
dimana seseorang sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah
laku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.[11] Jadi efektifitar pembelajaran adalah
ketepatgunaan dalam proses pembelajaran.
3.
Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran
agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama
lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.[12]
F. Ruang Lingkup Dan
Pembatasan Masalah
Untuk memperoleh data yang relevan dengan judul penelitian ini, maka dalam penelitian ini akan dibatasi subyek, obyek dan ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Adapun ruang lingkup dan pembatasan tersebut antara lain:
1.
Subyek penelitian yang sesuai
dengan judul penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kurikulum, sarana dan
prasarana, guru bidang studi agama Islam dan siswa kelas 6.
2.
Obyek penelitian adalah manajemen
kelas meliputi: pertama kegiatan akademik berupa perencanaan,
pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Kedua kegiatan administratif
yang mencakup kegiatan procedural dan organisasional seperti
penataan ruangan, pengelompokan siswa dalam pembagian tugas, penegakan disiplin
kelas, pengadaan tes, pengorganisasian kelas, dan pelaporan.
3.
Ruang lingkup penelitian ini
meliputi:
a.
Bagaimana implementasi manajemen
kelas dalam meningkatkan efektifitas
pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
b.
Apa faktor-faktor yang menghambat
manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas
pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
c.
Usaha-usaha apa yang ditempuh
dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan.
G. Sistematika
Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi
penelitian ini maka pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi V BAB. Uraian
sistematika pembahasan yang terkandung dalam masing-masing BAB disusun sebagai
berikut:
BAB I, merupakan bab pendahuluan yang berfungsi
sebagai pengantar informasi penelitian yang terdiri dari latar belakang
masalah, fokus Penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Penegasan
istilah judul, ruang lingkup dan pembatasan masalah serta sistematika
pembahasan.
BAB II, berisi tentang kajian yang terdiri dari konsep
dan pengertian, tujuan dan fungsi, ruang lingkup dan aspek-aspek, masalah dan
kunci keberhasilan, pendekatan, hambatan-hambatan manajemen kelas serta
pengertian pembelajaran, faktor efektifitas dan peningkatan kualitas pembelajaran dan manajemen kelas dalam
pembelajaran serta pengertian, dasar-dasar, tujuan dan ruang lingkup Pendidikan
Agama Islam dan standar efektifitas pembelajaran PAI.
BAB III, berisi tentang metode penelitian yang terdiri
dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, metode pembahasan,
instrumen penelitian, sumber data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan
data dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV, berisi tentang Hasil penelitian dan pembahasan
yang terdiri dari latar belakang obyek
penelitian tentang sejarah singkat SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan,
struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana
parasarana, kurikulum dan analisis data
tentang implementasi, faktor-faktor yang
menghambat manajemen kelas serta usaha-usaha guru dalam manajemen kelas
sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
BAB V, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan
saran berdasarkan hasil penelitian.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Manajemen Kelas.
1. Konsep dan
Pengertian Manajemen Kelas.
Kepala
sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan
proses pembelajaran dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan
saran-saran positif kepada guru. Disamping itu juga harus melakukan tukar
pikiran, sumbang saran, serta studi banding antar sekolah untuk menyerap dan menfilter
kiat-kiat kepemimpinan kepala sekolah yang lain.
Guru harus
berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan
langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan
segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pelajaran. Guru
harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik, jadwal pelajaran, pembagian
tugas, peserta didik, kebersihan, keindahan serta ketertiban kelas. Pengaturan
tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat harus dilakukan dengan
sebaik-baiknya. Manajemen kelas yang baik memungkinkan guru mengajar dengan
baik, karena kelas yang terhindar dari konflik menjadikan guru mengembangkan
kemampuannya sehingga terjadi hubungan yang efisien dengan siswanya.[13]
Sebelum
kita membicarakan tentang definisi manajemen kelas, terlebih dahulu kita perlu
mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan manajemen dan kelas.
Menurut
Made Pidarta dalam bukunya Manajemen Pendidikan Indonesia sebagaimana yang
telah dikutip oleh Mujamil Qomar, mengatakan bahwa manajemen adalah suatu
proses dalam mengintegrasikan sumber-sumber (mencakup orang-orang, alat-alat,
media bahan-bahan uang dan sarana semuanya) diarahkan dan dikoordinasi agar
terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan. [14]
Adapun
menurut Nawawi, bahwa:
“Kelas adalah sebagai suatu masyarakat
kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan
diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan berbagai
kegiatan pembelajaran yang kreatif untuk
mencapai suatu tujuan”.[15]
Dengan
demikian, yang dimaksud dengan kelas bukan hanya kelas yang merupakan ruangan
yang dibatasi dinding tempat para siswa berkumpul bersama untuk mempelajari
segala yang disajikan oleh pengajar, tetapi lebih dari itu kelas merupakan satuan
unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran dengan
beragam keunikan yang dimiliki, contoh: aspek fisik, psikis, latar keluarga,
bakat dan minat. Seluruh aspek tersebut perlu ditanggapi secara positif sebagai
faktor pemacu dalam mewujudkan situasi dinamis yang dapat berlangsung dalam
kelas, sehingga segenap siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara
efektif dan terarah sesuai dengan tugas-tugas perkembangan mereka. Dan situasi
seperti inilah yang akan mendorong terciptanya kerjasama sekaligus persaingan
yang sportif dalam meraih prestasi belajar. Hubungan manusiawi yang efektif
ini dapat menjadi motivator belajar siswa, dan merupakan faktor
pendukung bagi penciptaan lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan proses belajar
mengajar. Selain itu Nawawi juga menegaskan bahwa definisi kelas dibagi dua
yaitu:
1) Kelas dalam arti
sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa
berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Dalam pengertian tradisional
mengandung sifat statis, karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut
tingkat perkembangannya yang didasarkan pada batas umur kronologis
masing-masing.
2) Kelas dalam arti luas
adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah
yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis
menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai
suatu tujuan.[16]
Berdasarkan
pendapat tentang manajemen dan kelas dari para ahli diatas, maka pengertian manajemen kelas adalah antara
lain:
Menurut Pidarta seperti yang telah dikutip
oleh Saiful Bakhri, mengatakan bahwa “Manajemen kelas adalah proses seleksi dan
penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem kelas. Ini berarti guru
bertugas menciptakan, memperbaiki dan melelihara sistem/ organisasi kelas,
sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya dan energinya
pada beberapa tugas individualnya”.[17]
Menurut
Sudirman, bahwa “Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas,
karena itu kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang
keberhasilan proses interaksi edukatif, maka agar memberikan dorongan
dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola
sebaik-baiknya oleh guru”.[18]
Dari kedua
pendapat tersebut dapat ditarik garis tengah, bahwa manajemen kelas suatu upaya
memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses
interaksi edukatif dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
Kelas
sebagai lingkungan belajar siswa yang merupakan aspek dari lingkungan yang
harus diorganisasikan dan dikelola secara sistematis. Lingkungan ini harus
diawasi, agar kegiatan belajar mengajar bisa terarah dan menuju pada sasaran
yang dikehendaki. Pengawasan terhadap lingkungan belajar mengajar itu juga
dimaksudkan untuk mendorongnya menjadi lingkungan yang baik. Karakteristik
lingkungan yang baik itu, diantaranya kelas memiliki sifat merangsang dan
menantang siswa untuk selalu belajar memberi rasa aman dan kepuasan dalam
tujuan belajar.
Dengan
demikian, berarti bahwa kelas itu mempunyai peran dan fungsi tertentu yang
nyata-nyata dapat menopang keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga agar
dapat memberikan rangsangan terhadap siswa dalam situasi dan kondisi belajar,
maka kelas perlu dikelola sebaik mungkin. Hubungan baik antara guru dan siswa,
siswa yang satu dengan yang lainnya dipandang sebagai indikasi keberhasilan
manajemen kelas. Dari sini tepat dikatakan bahwa manajemen kelas secara dinamis
merupakan penentu perwujudan proses pembelajaran yang efektif. Dan untuk
menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan
prestasi belajar siswa, serta lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan
bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka diperlukan manajemen kelas yang baik
dan memadai.[19]
Manajemen kelas yang asal-asalan jelas nyata bisa menampakkan proses
pembelajaran yang rusak.
2. Tujuan dan Fungsi
Manajemen Kelas.
Sebagai manager
kelas, guru atau wali kelas dituntut mengelola kelas sebagai lingkungan belajar
siswa, juga sebagai bagian dari lingkungan belajar siswa, juga sebagai bagian
lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Karena, tugas guru yang utama
dalah menciptakan suasana di dalam kelas
agar terjadi interaksi pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. Oleh sebab itu guru dan wali kelas dituntut
memiliki kemampuan yang intensif dalam mengelola kelas.
Dengan
pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat tercipta kondisi kelompok belajar
proporsional terdiri dari lingkungan kelas yang baik yang memungkinkan siswa
berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta tersedia kesempatan yang
memungkinkan untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru,
sehingga siswa mampu merealisasikan kegiatannya sendiri. Ini berarti, siswa
diharapkan mampu melakukan self activity dan self control secara
bertahap, tetapi pasti menuju taraf yang lebih dewasa.[20]
Disamping itu guru atau wali kelas dituntut
mampu memimpin kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam
mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai pengelola lingkungan belajar siswa, guru
harus mampu mengaplikasikan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang
berkaitan dengan proses pembelajaran. Sehingga kemungkinan untuk menciptakan
kegiatan pembelajaran yang variatif dan strategis bisa menjadi kenyataan.
Secara umum yang menjadi tujuan pengelolaan
kelas dalam pandangan Sudirman, adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam
kegiatan pembelajaran siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual
dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan
bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin,
perkembangan intelektual, emosional dan sikap apresiasi para siswa.
Secara
khusus, yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan Usman adalah
mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan
kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu
siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.[21]
Pengelolaan
kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa
lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan
kemampuannya. Kemudian dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan
tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya
telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Menurut Cece Wijaya menyebutkan tujuan pengelolaan
kelas adalah :
1) Agar pengajaran dapat
dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara
efektif dan efisien.
2) Untuk memberi
kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan
pengelolaan kelas, guru mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang
dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3) Untuk memberi
kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas
untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang.[22]
Adapun
menurut Udin Saifuddin tujuan manajemen kelas meliputi antara lain
menfasilitasi kegiatan belajar mengajar secara maksimal, untuk mencapai tujuan
pembelajaran memberikan kemudahan dalam mendukung sumber-sumber belajar serta
membangkitkan gairah (ghiroh) belajar siswa. Selain itu juga
mengembangkan disiplin belajar siswa sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangannya.[23]
3. Ruang Lingkup dan
Aspek-aspek Manajemen Kelas.
Ruang
lingkup manajemen kelas menurut Johanna Kasin Lemlech adalah sebagai berikut:
a) Perencanaan kurikulum
yang lengkap mulai dari rumusan tujuannya, bahan ajarannya, sampai pada
evaluasinya. Tanpa
perencanaan, usaha penataan kelas tidak sebaik yang diharapkan.
b) Pengorganisasian proses belajar-mengajar dan sumber belajar sehingga serasi
dan bermakna kegiatan guru dan murid diatur, sehingga terjadi interaksi yang responsive.
Penataan sumber belajar akan selalu berkaitan dengan pengorganisasian proses
belajar mengajar.
c) Penataan lingkungan
yang bernafaskan pokok bahasan menjadi usaha guru dalam menata kelas agar kelas
merangsang dan penuh dorongan untuk memunculkan proses belajar yang efektif dan
efisien.[24]
Sedangkan
menurut Udin Saifuddin, bahwa ruang lingkup manajemen kelas terdiri atas
kegiatan akademik berupa perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran,
dan penilaian pembelajaran. Selain itu juga berupa kegiatan administratif yang
mencakup kegiatan procedural dan organisasional, seperti penataan
ruangan, pengelompokan siswa dan tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes
dan menilainya, iklim kelas yang favourable, pengorganisasian kelas,
penataan kelas dan pelaporan.[25]
Mengenai
aspek-aspek manajemen kelas ini, maka dibedakan menjadi dua:
1) Kegiatan Administratif
Manajemen.
Kegiatan
administratif pendidikan tidak terlepas dari proses manajemen. Administratif
dalam pandangan Shulhan adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha kerjasama
sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Berkaitan dengan hal ini Nawawi
berpandangan bahwa “…sebuah kelas pada dasarnya merupakan suatu unit kerja yang
di dalamnya bekerja sejumlah orang untuk mencapai tujuan”. [26]
Dengan
demikian, dalam suatu kelas harus ada upaya untuk menciptakan kondisi kelas
yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas
dan inisiatif siswa dalam sebuah kelompok. Oleh sebab itu, dalam mengelola
suatu kelas, guru atau wali kelas tentu menjalani langkah-langkah manajemen administrative
yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian,
pengkomunikasian dan pengontrolan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan.
Perencanaan
mengenai program tahunan, program semester, program bulanan, program mingguan
dan harian harus disusun secara rapi dan disesuaikan dengan alokasi waktu dan
beberapa kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
b. Pengorganisasian.
Dalam program kerja kelas sebagai rencana kerja harus bersifat realistis
dengan tujuan yang realistis. Dengan demikian guru dan wali kelas harus membagi
beban kerja kepada seluruh personal yang ikut dalam pengelolaan kelas agar
aktifitas kelas dapat berjalan dengan tertib sesuai dengan tujuan dan rencana.
c. Pengarahan.
Guru harus memberi instruksi, petunjuk dan bimbingan sebagai pengarahan
agar kegiatan yang dilaksanakan tidak menyimpang dari perencanaan. Pengarahan
ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan kepala sekolah selaku pucuk
pimpinan dan penanggung jawab, juga kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait,
demi mewujudkan proses belajar mengajar di kelas yang efektif dan efisien.
d. Pengkoordinasian.
Pengkoordinasian
ini bisa diwujudkan dengan menciptakan kerjasama yang disadari saling
pengertian akan tugas dan peranan masing-masing, sehingga mampu menciptakan
hubungan kerja yang harmonis dan pekerjaan menjadi produktif.
e. Pengkomunikasian.
Dalam pengkomunikasian harus selalu terjalin antara guru dan wali kelas
dengan siswa di dalam kelas, agar tercipta situasi kelas yang dinamis. Komunikasi
antar personal di kelas dapat berlangsung secara formal dalam acara rapat,
musyawarah, diskusi dan dapat berlangsung secara informal melalui kontak antar
pribadi dala setiap kesempatan di dalam dan di luar sekolah.
f. Pengontrolan.
Kegiatan
kontrol ini memungkinkan untuk mengetahui kebaikan dan kekurangan dalam
melaksanakan program kelas. Pengontrolan kelas dapat dilakukan terhadap
realisasi jadwal pelajaran, kedisiplinan siswa, partisipasi siswa terhadap
kegiatan, realisasi tugas siswa. [27]
2) Kegiatan
Operatif Manajemen.
Agar
seluruh program kelas dapat direalisasikan secara efektif mencapai tujuan, maka
kegiatan administrative manajemen di atas harus ditunjang oleh kegiatan
operatif manajemen berikut ini:
a. Tata Usaha.
Tata
usaha berfungsi untuk melakukan pencatatan tentang segala sesuatu yang terjadi
di kelas yang bisa digunakan guru dan wali kelas untuk mengambil suatu
kebijakan pendinamisan kelas.
b. Perbekalan
Kelas.
Perbekalan
kelas merupakan alat bantu yang memungkinkan program kelas dapat direalisasikan
secara efektif. Perbekalan
kelas itu menurut Nawawi dibedakan menjadi 2 macam :
1) Alat-alat
kependidikan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti: papan
tulis, kapur tulis, kertas untuk ulangan, berbagai alat peraga.
2) Alat-alat
non-kependidikan yang tidak langsung berhubungan dengan proses pembelajaran
seperti: meja kursi, lemari, papan absent, buku raport, absensi, buku agenda
dan lain-lain.[28]
c. Keuangan kelas.
Pengadaan
dan pemeliharaan perbekalan kelas mengharuskan ada dukungan dana. Dana ini
diperlukan sekali ketika pembelian perbekalan kelas, sekaligus perawatannya
agar segala bentuk perbekalan itu bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang
relatif panjang dan tidak segera rusak atau hilang.
d. Personal kelas.
Di
lingkungan kelas, para siswa sebagai personal kelas harus dikelola dengan baik.
Kegiatan ini berkenaan dengan penempatan siswa dalam kelompok belajar, olah
raga, kesenian dan lain-lain dengan mempertimbangkan faktor intelegensi, bakat,
minat dan lain-lain.
e. Kehumasan.
Kehumasan
secara ekstern dapat dilakukan terhadap wali murid melalui pemberian informasi
program kelas agar mendapatkan dukungan penuh, terutama bila curahan pikiran,
tenaga, waktu dan keuangan dari wali murid benar-benar dibutuhkan.[29]
4. Masalah dan Kunci
Keberhasilan Manajemen Kelas.
Tingkah
laku anak didik bervariasi. Dan variasi perilaku anak merupakan permasalahan
bagi guru dalam upaya manajemen kelas. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah
manajemen kelas berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
1. Kurang kesatuan,
dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2. Tidak ada standar
perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap dan sebagainya.
3. Reaksi negatif
terhadap anggota kelompok, misalnya ribut bermusuhan, mengucilkan, dan
merendahkan kelompok bodoh.
4. Kelas mentoleransi
kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima dan mendorong perilaku anak didik yang
keliru.
5. Mudah mereaksi ke
hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim
yang berubah.
6. Moral rendah,
permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang.
7. Tidak mampu
menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah seperti tugas-tugas tambahan,
anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.[30]
Mengenai
masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah
individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua
kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan manajemen kelas
seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat
hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih
strategi penanggulangannya yang tepat pula.
Mengenai
kunci keberhasilan manajemen kelas, guru dan wali kelas yang merupakan
pengemban amanat kepala sekolah perlu memperhatikan kunci keberhasilan supaya
dapat mengatasi dan menghadapi ancaman, gangguan serta hambatan dan tantangan
ketika merealisasikan tugas-tugas yang relevan dengan maksud perealisasian
amanat.
Kunci
keberhasilan manajemen kelas tersebut antara lain yaitu :
A. Prosedur Preventif.
Prosedur
usaha preventif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk menciptakan
kondisi yang baru dari interaksi biasa menjadi interaksi edukatif, dengan
senantiasa membangkitkan motivasi belajar siswa.
B. Prosedur Kuratif.
Prosedur
kuratif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk mengatasi bentuk
perbuatan siswa yang dipandang bisa berpengaruh negatif terhadap proses belajar
mengajar dengan jalan memberhentikan perbuatannya itu sekaligus membimbingnya
agar memiliki perbuatan pendukung proses belajar mengajar.
5. Pendekatan
Manajemen Kelas.
Ada
beberapa pendekatan yang dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam usaha
menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain:
a. Pendekatan Manajerial.
Pendekatan
ini dilihat dari sudut pandangan manajemen yang berintikan konsepsi-konsepsi
tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini dapat dibedakan:
1) Kontrol otoriter,
dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, kalu perlu dengan
hukuman-hukuman yang berat.
2) Kebebasan liberal,
menurut konsep ini siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan
kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3) Kebebasan terbimbing,
konsep ini merupakan perpaduan diantara kontrol otoriter dan kebebasan liberal.
Dari sini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing
atau terkontrol. Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan
kepada kesadaran dan pengendalian diri sendiri.[31]
b. Pendekatan psikologis.
Terdapat
beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologi yang dapat
dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas kepada siswanya. Pendekatan
yang dimaksud antara lain:
1) Pendekatan
Modifikasi Tingkah laku (Behavior-Modification Approach).
Pendekatan
ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa:
a) Semua tingkah laku
yang baik dan kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b) Ada sejumlah kecil
proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu di antaranya penguatan positif (positif
reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk
melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negatif
reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak dan ancaman.
Untuk
membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus memberikan penguatan positif
(pemberian ganjaran atau penghapusan hukuman).
Sedangkan untuk mengurangi atau menghentikan tingkah laku yang tidak
dikehendaki, guru harus menggunakan penguatan negatif (pemberian hukuman atau
penghapusan hak).
Penguatan
ini sendiri ada dua macam, yaitu penguatan primer (penguatan yang tanpa
dipelajari) misalnya makanan, air, kehangatan badaniah dan penguatan sekunder
(penguatan sebagai hasil proses belajar, misalnya perhatian, pujian, sanjungan
serta kegiatan lain yang disenangi oleh peserta didik. [32]
2) Pendekatan
iklim sosio-emosional (Sosio-Emotional-Climate Approach).
Pendekatan
ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradukan: pertama,
proses belajar-mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional
yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan
antara siswa dengan siswa. Kedua, guru merupakan
unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru
diperlukan bersikap tulus di hadapan siswa, menerima dan menghargai siswa
sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandangan siswa sendiri.
Selanjutnya
Carl A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap tulus di hadapan peserta
didik (roalness, genueness, and congruence); menerima dan menghargai
peserta didik sebagai manusia (Acceptance, prizing, caring dan trust);
dan mengerti peserta didik dari sudut pandangan peserta didik send
iri (emphatio understanding)[33].
3) Pendekatan
proses kelompok (Group-Processess Approach).
Pendekatan
ini didasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi
anggapan dasar dari pendekatan ini ialah pengalaman belajar sekolah berlangsung
dalam konteks sosial dan tugas pokok guru yang terutama dalam pengelolaan kelas
ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
Adapun
unsur-unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan proses kelompok yang
dapat diwujudkan kelompok produktif dan efisien, antara lain:
a) Harapan timbal-balik
tingkah laku antara guru dengan siswa dan siswa dengan Siswa.
b) Sifat kepemimpinan,
baik dari pihak guru maupun pihak siswa, yang mengarahkan kegiatan kelompok ke
arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
c) Pola persahabatan
antar kelas, semakin baik ikatan persahabatan antar siswa maka semakin besar
peluang kelompok menjadi produktif.
d) Norma-norma kelompok
yang produktif dimiliki dan dipertahankan, sedangkan yang kurang baik
dihilangkan.
e) Terjadinya komunikasi
yang efektif.
f) Kekohesifan
(keakraban)), yaitu perasaan keterikatan masing-masing anggota terhadap
kelompok seraca keseluruhan.[34]
4) Pendekatan eklektik (Eclectic
Approach).
Dalam pendekatan ini seorang
guru hendaknya:
a) Menguasai
pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini
pendekatan perubahan tingkah laku.
b) Dapat memilih
pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam
masalah pengelolaan kelas.[35]
6. Hambatan-hambatan
Manajemen Kelas.
Dalam
manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa
datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena
faktor fasilitas. Dan dari uraian diatas tampaklah bahwa kewenangan penanganan
masalah pengelolaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:[36]
a. Masalah yang ada
dalam wewenang guru.
Ada
sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup wewenang
seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang
guru bidang studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk
dapat menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi
belajar mengajar yang menguntungkan kalau ada gangguan sehingga peserta didik
berkesempatan untuk mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang
dilakukannya.
b. Masalah yang ada
dalam wewenang sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Dalam
kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang lingkup
wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru bidang studi. Masalah
ini harus diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan. Bahkan mungkin
juga ada masalah pengelolaan yang tidak bisa hanya diatasi oleh satu lembaga
pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama antarasekolah.
Masalah-masalah
yang ada dibawah wewenang sekolah antara lain pembagian ruangan yang adil untuk
setiap rombel atau jenjang, pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin
dan bila pada hari itu turun hujan lebat upacara diliburkan, menegur peserta
didik yang selalu terlambat pada saat upacara bendera, mengingatkan peserta
didik yang tidak mau memakai seragam sekolah lengkap dengan lokasinya,
menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong, memberi peringatan keras
kepada peserta didik yang sering membuat gaduh di kelas atau sekolah.[37]
c. Masalah yang ada di
luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.
Dalam mengatasi
masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang tua,
lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruna, bahkan para
pengusaha dan lembaga pemerintahan setempat.
Selain
masalah diatas ada juga beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam manajemen
kelas adalah:
1) Faktor guru.
Faktor
penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal, seperti: tipe kepemimpinan
guru yang otoriter, format belajar mengajar yang tidak bervariasi (monoton),
kepribadian guru yang tidak baik, pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman
guru tentang peserta didik yang kurang.[38]
2) Faktor peserta didik.
Kekurang
sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas
atau suatu sekolah akan menjadi masalah dalam pengelolaan kelas.
3) Faktor keluarga.
Tingkah
laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya.
Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang
agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penganggu
dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.
4) Faktor fasilitas.
Faktor ini
meliputi: jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak
seimbang dengan ukuran kelas, besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan
jumlah peserta didiknya, ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah
peserta didik yang membutuhkannya. [39]
B. Efektifitas
Pembelajaran.
1.
Pengertian Pembelajaran.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional
(UUSPN) No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[40]
Jadi, pada intinya proses pembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu
pendidik, peserta didik dan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
Menurut Meril, 1971:
“Pembelajaran
merupakan kegiatan dimana seseorang secara sengaja diubah dan dikontrol dengan
maksud agar bertingkah laku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu”.[41]
Karena pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja
direncanakan maka diperlukan pendekatan yang tepat untuk merancang kegiatan
pembelajaran yang sistematis sehingga dapat dicapai kualitas hasil atau tujuan
yang diperlukan.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa
yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang
sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam kontek, proses belajar di
sekolah/madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya terjadi dengan sendirinya, yakni peserta didik
belajar berinteraksi dengan lingkunganny` seperti yang terjadi dalam proses
belajar di masyarakat (social learning). Proses pembelajaran harus
diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya
segala kegiatan interaksi, metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan
dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.[42]
2.
Faktor Efektifitas
Pembelajaran.
Dalam pembelajaran
terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran
pendidikan Agama Islam, antara lain:
a.
Kondisi pembelajaran PAI.
Kondisi pembelajaran PAI adalah
semua faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI.
Karena itu berusaha mengidentifikasikan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang
termasuk kondisi pembelajaran, yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi PAI,
kendala dan karakteristik bidang studi PAI serta karakteristik peserta didik.
b.
Metode Pembelajaran PAI.
Metode pembelajaran PAI dapat diklasifikasikan menjadi strategi
pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan pembelajaran.
c.
Hasil Pembelajaran PAI.
Hasil pembelajaran PAI diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi dan
daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan criteria: (1)
Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari, (2) Kecepatan
unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar, (3) Kesesuaian dengan prosedur
kegiatan belajar yang harus ditempuh, (4) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk
hasil belajar, (5) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai, (6) Tingkat alih
belajar, dan (7) Tingkat retensi belajar. Sedangkan efisiensi pembelajaran
dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan
atau dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dan daya tarik pembelajaran biasanya
diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk berkeinginan terus
belajar.[43]
3.
Peningkatan Kualitas
Pembelajaran.
Guru kreatif,
professional dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain:[44]
a.
Mengembangkan kecerdasan emosi,
ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan emosi ini dalam pembelajaran,
yaitu dengan:
1)
Menyediakan lingkungan yang
kondusif.
2)
Menciptakan iklim pembelajaran
yang demokratis.
3)
Mengembangkan sikap empati.
4)
Membantu peserta didik menemukan
solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya.
5)
Menjadi teladan dalam menegakkan
aturan dan disiplin dalam pembelajaran.
b.
Mengembangkan kreativitas dalam
pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan lebih kreatif jika;
1)
Dikembangkan rasa percaya diri
pada peserta didik dan tidak ada perasaan takut.
2)
Diberi kesempatan untuk
berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah.
3)
Diberikan pengawasan yang tidak
terlalu ketat dan tidak otoriter.[45]
c.
Mendisiplinkan peserta didik
dengan kasih sayang.
Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah
peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi yang
kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran
dan berperilaku di sekolah. Dalam pembelajaran mendisiplinkan peserta didik
harus dilakukan dengan kasih sayang, dan harus ditujukan untuk membantu mereka
menemukan diri; mengatasi situasi yang
menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran.
d.
Membangkitkan nafsu belajar. Cara
membangkitkan nafsu belajar, antara lain:
1)
Tujuan pembelajaran harus disusun
dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui
tujuan belajar.
2)
Peserta didik harus selalu
diberitahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya.
3)
Pemberian pujian dan hadiah lebih
baik daripada hukuman.
4)
Memanfaatkan sikap, cita-cita,
rasa ingin tahu dan ambisi peserta didik, misalnya perbedaan kemampuan, latar
belakang.[46]
e.
Mendayagunakan sumber belajar.
Caranya:
1)
Memanfaatkan perpustakaan dengan
semaksimal mungkin dengan memahami hal-hal yang berkenaan dengan perpustakaan
yaitu sistem katalog, bahan-bahan referensi seperti; kamus, ensiklopedi dan
lain-lain.
2)
Memanfaatkan media masa, misalnya:
radio, televisi, surat kabar dan majalah.
3)
Sumber yang ada di masyarakat,
misalnya perusahaan swasta, pabrik dan lain-lain.
4.
Manajemen Kelas Dalam
Efektifitas Pembelajaran.
Pendidikan merupakan
proses tindakan bimbingan dan pertolongan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan kepribadian peserta didik. Pendidikan mengusahakan pembinaan
pribadi manusia sampai pada tujuan akhirnya yaitu kebahagiaan dan sekaligus berguna
bagi kepentingan masyarakat. Maka kegiatan pendidikan yang benar adalah
pembinaan kepribadian manusia untuk mampu membina hubungan yang harmonis dengan
Tuhan dan diri sendiri, serta sekaligus untuk kepentingan masyarakat, perilaku
hubungan dengan keluarga, masyarakat dan alam sekitar.
Oleh karena itu, dalam
proses pembelajaran kelas perlu dikelola sedemikian rupa sehingga membantu
pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik. Pengelolaan kelas tidak
sekedar bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana dan prasarananya,
tetapi menyangkut bagaimana interaksi dan pribadi-pribadi di dalamnya.
Pengelolaan kelas lebih ditekankan bagaimana pribadi-pribadi dalam kelas dapat
menjadi suatu komunitas yang penuh persaudaraan dan kekeluargaan. Komunitas
yang demikian akan mengembangkan kepribadian baik pendidik maupun peserta
didiknya. Dari sini, maka peserta didik di kelas tidak hanya belajar aspek pengetahuan
akan tetaph juga aspek afektif dan
sosialitasnya.[47]
Pengelolaan kelas
merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif
dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan
dalam pengelolaan kelas adalah (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan,
(3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, (6) penanaman
disiplin diri.
Ketrampilan mengelola kelas memiliki
komponen sebagai berikut:[48]
1.
Penciptaan dan pemeliharaan iklim
pembelajaran yang optimal.
a)
Menunjukkan sikap tanggap dengan
cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi
reaksi terhadap gangguan di kelas.
b)
Membagi reaksi secara visual dan
verbal.
c)
Memusatkan perhatian kelompok
dengan cara menyiapkan peserta didik terhadap gangguan di kelas.
d)
Memberi petunjuk dan teguran
secara jelas dan bijaksana.
2.
Ketrampilan yang berhubungan
dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, dengan cara:
1)
Modifikasi perilaku:
a)
Mengajarkan perilaku baru dengan
contoh dan pembiasaan.
b)
Meningkatkan perilaku yang baik
melalui penguatan.
c)
Mengurangi perilaku buruk dengan
hukuman.
2)
Pengelolaan kelompok dengan cara
(1) peningkatan kerjasama dan ketertiban, (2) menangani konflik dan memperkecil
masalah yang timbul.
3)
Menemukan dan mengatasi perilaku yang menimbulkan masalah:
a)
Pengabaian yang direncanakan.
b)
Campur tangan dengan isyarat.
c)
Mengawasi secara ketat.
d)
Mengakui perasaan negatif peserta
didik.
e)
Mendorong peserta didik untuk
mengungkapkan perasaannya
f)
Menghilangkan ketegangan dengan
belajar dan mengekang secara fisik.
Ada asumsi bahwa manajemen kelas yang baik
merupakan hasil sadar atas peranan guru untuk mengintegrasikan manajemen
interaksi (belajar mengajar) dengan perencanaan interaksi pengajaran. Perpaduan
ini seringkali menghasilkan persoalan dalam masalah disiplin. Interaksi belajar
mengajar dan manajemen hakikatnya tidak terpisah, tetapi lebih merupakan dua
komponen utama yang harus dibangun satu dengan lainnya jika menginginkan
tercapainya kelas yang harmonis.
Ketrampilan guru yang efektif akan mengawasi
perilaku murid dengan waktu yang baik, dengan memberikan pertanyaan yang baik,
atau jenis pengalaman pembelajaran. Pengawasan itu justru bisa efektif sebagai
tindakan manajemen kelas secara langsung. Meskipun pengajaran dan manajemen
dilakukan berbeda, keduanya saling melengkapi dan berinteraksi dalam cara-cara
yang produktif. Guru menyusun perencanaan pengajaran. Selanjutnya memimpin
dalam proses pengajaran, memotivasi dalam belajar, dan selanjutnya mengawasi
atau mengevaluasi hasil belajar. Semua itu adalah tindakan manajemen kelas yang
dipadukan untuk mencapai efektifitas pembelajaran.[49]
C. Pendidikan
Agama Islam
1.
Pengertian Pendidikan Agama
Islam
Di dalam (Kurikulum PAI,
3: 2002) seperti yang telah dikutip oleh Abdul Majid, mengatakan bahwa
pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran
agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama
lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.[50]
2.
Dasar-dasar Pendidikan
Agama Islam.
Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama di
Indonesia memiliki status yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari
beberapa segi, yaitu:
a.
Dasar dari segi yuridis/hukum.
Dasar yuridis adalah dasar pelaksanaan pendidikan
agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat
menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal.
Dasar yuridis formal ini terdiri dari tiga macam, yaitu:
1)
Dasar Ideal adalah dasar dari
falsafah negara, pancasila sila pertama ialah ketuhanan Yang Maha Esa.
2)
Dasar Struktur/ Konstitusional
adalah dasar-dasar dari UUD 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi:
(1) Negara
berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan
kepercayaannya itu.
3)
Dasar Operasional, yaitu terdapat
dalam Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1
da 2 yang berbunyi sebagai berikut: (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah
wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika,
ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan
jasmani, ketrampilan/ kejuruan dan muatan lokal. (2) Pendidikan tinggi wajib
memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa.[51]
b.
Dasar dari segi Religius.
Dasar religius ini bersumber dari agama Islam yang
tertera dalam ayat Al-Qur’an dan Hadits, yaitu:
1.
Sumber dari al-Qur’an. Antara lain:
a)
Surat Al-Mujadalah ayat 11:
... يَرْفَعِ اللهُ الّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ
اُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجتٍ…(المجادله:
11)
“. . . . niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang
berilmu pengetahuan beberapa derajat . . .”(QS. Al-Mujadalah:11).
b)
Dalam surat An-Nahl ayat 125;
اُدْعُ
اِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ
. . . (النحل: 125)
“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan
dengan nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).
2.
Sumber dari hadits, yaitu:
a) Hadist Riwayat Bukhori:
بَلِّغُوْا
عَنِّيْ وَلَوْايَه (رواه
البخاري)
“Sampaikanlah ajaranku
kepada orang lain walaupun hanya sedikit”. (HR. Bukhari).
b)
Hadist Riwayat Baihaqi:
كُلُّ
مَوْلُوْدٍ ُيْولَدُ عَلى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِه
اَوْيُنَصِّرَانِه اَوْ يُمَجِّسَانِه
(رواه
البيهقى)
“Setiap anak yang dilahitkan
itu telah membawa fitrah beragam (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua
orang tauanyalah yang menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasroni atau
Majusi”. (HR. Baihaqi)
c.
Dasar dari segi sosial psikologis.
Semua manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu
membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama. Mereka
merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat Yang
Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan.
Hal seperti ini terjadi pada masyarakat yang masih
primitif maupun modern. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau
mereka dapat mendekatkan dan mengabdi beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana
dalam surat Ar-Ra’du ayat 28:[52]
. . . اَلَا بِذِ كْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبَ
(الرعد:28)
“Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi
tenteram”.(Q.S. Ar-Ra’du: 28)[53]
3.
Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan
Agama Islam.
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk
“meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik
tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa
kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara”.(GBPP PAI 1994).
Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam
kurikulum 1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: “agar siswa
memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi
manusia muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia”.
Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama
Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah, dimulai dari tahapan kognisi,
yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi,
yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan meyakininya. Tahapan afeksi
ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan pemahamannya
terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut
diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk
mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah
diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia
muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlaq mulia.
Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam (kurikulum
PAI: 2002) seperti yang telah dikutip oleh Abdul Majid, bahwa tujuannya untuk
menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan
pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang
agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal
keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan
pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[54]
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ruang lingkup
materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu
Al-Qur’an, Hadist, Keimanan, Syari’ah, Ibadah, Muamalah, Akhlak dan Tarikh
(sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Sedangkan pada
kurikulum tahun 1999 dipadatkan lagi menjadi lima unsur pokok yaitu: Al-Qur’an,
Keimanan, Akhlaq, Fiqih dan bimbingan ibadah, serta tarikh/ sejarah yang lebih
menekankan pada perkembangan ajaran agama ilmu pengetahuan dan kebudayaan.[55]
4.
Standar Efektifitas
Pembelajaran PAI.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam
menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya khususnya
dalam pembelajaran PAI. Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran,
bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran
yang efektif sehingga memungkinkan proses pembelajaran, mengembangkan bahan
pengajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak
pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Standar efektifitas pembelajaran PAI antara lain:
1.
Dapat melibatkan siswa secara
aktif.
Menurut William Burton mengajar adalah membimbing
kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar.[56]
Dengan demikian, aktivitas murid sangat diperlukan dalam proses pembelajaran,
sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif sebab murid sebagai subyek didik
adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
2.
Dapat menarik minat dan perhatian
siswa.
Kondisi belajar yang efektif adalah adanya minat dan
perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap
pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Keterlibatan
siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid, baik yang bersifat
kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sehingga
hal itu akan menjadikan pembelajaran PAI berjalan secara efektif.
3.
Dapat membangkitkan motivasi
siswa.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan
motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan
mencapai tujuan, atau kesadaran dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong
tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu.
Pembelajaran PAI bisa dikatakn efektif apabila dapat membangkitkan motivasi
siswa yang sedang belajar.
4.
Prinsip individualitas.
Pembelajaran PAI akan berjalan efektif kalau guru
selalu harus memperhatikan keragaman karakteristik setiap siswa karena dengan
begitu maka siswa akan merasakan perhatiannya dan pembelajaran juga akan
terlaksana dengan maksimal.
5.
Peragaan dalam pengajaran.
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman
langsung atau pengalaman konkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih
abstrak. Dan apabila pembelajaran dilaksanakan dengan melaksanakan peragaan
yang sesuai maka akan dapat membantu siswa dalam pembelajaran.[57]
6.
Pembelajaran yang dapat menjadikan
siswa antusias.
Kenatusiasan siswa dalam pembelajaran khususnya PAI
akan berpengaruh pada efektifitas proses pembelajaran yang dilakukannya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat diperlukan. Oleh
karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Karena penelitian ini
berusaha mengungkapkan gejala suatu tradisi tertentu yang secara fundamental
tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan
dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilihannya, sebagaimana
pendapat Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Moleong.[58] Alasan peneliti menggunakan metode
kualitatif karena: pertama, penelitian ini berusaha menyajikan langsung
hakikat hubungan antara peneliti dan responden dengan tujuan supaya lebih peka dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola
nilai yang dihadapi ketika di lapangan. Kedua, data dalam penelitian ini
dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen[59]
fakta-fakta dikumpulkan secara
lengkap, selanjutnya ditarik kesimpulan.
Menggunakan pendekatan deskriptif, karena datanya berupa ungkapan kata-kata
dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan suatu
gejala atau keadaan yang diteliti secara apa adanya serta diarahkan untuk
memaparkan fakta-fakta, kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat.
Penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai
status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat
penelitian dilakukan.[60]
Jadi, dalam penelitian ini penulis berusaha meneliti tentang manajemen
kelas dalam rangka meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
B. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk
memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan
permasalahan penelitian. Adapun lokasi penelitian ini adalah berada di
lingkungan SD. Darul Ulum Jl.
Hangtuah XA/363
Ngemplakrejo Kota Pasuruan
C. Metode Pembahasan
Ada dua pendekatan dalam
penelitian yaitu pendekatan induksi dan deduksi.[61]
Dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode induksi, yang berarti suatu proses berfikir yang dimulai dari suatu
fakta yang khusus dan peristiwa konkrit
ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat-sifat umum.[62] Menggunakan metode induksi karena proses
penelitian ini berangkat dari data empiris lewat observasi dan interview menuju
kepada suatu teori, kemudian digambarkan berdasarkan logika dalam mengambil
suatu kesimpulan ini secara jelas dapat dijadikan landasan teoritis untuk
mempermudah dalam pembahasan.[63]
D. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini,
peneliti sebagai instrumen utama (key instrumen) pengumpul data.[64]
Akan tetapi instrumen non manusia juga dipergunakan dalam penelitian ini. Pada dasarnya metode dan instrumen
penelitian saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Jika metode
pengumpulan data menggunakan variasi metode seperti wawancara, observasi dan
lain-lain, maka instrumen penelitian adalah pelengkapnya.
Instrumen penelitian
adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data
agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat,
lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.[65]
Variasi jenis instrumen non
manusia adalah:
a)
Pedoman wawancara, sebagai
kerangka atau dasar dalam mengadakan wawancara dengan aktor yang terlibat
sebagai sumber data dalam penelitian.
b)
Pedoman pengamatan.
c)
Alat-alat tulis, guna mencatat
hasil wawancara serta sewaktu menyaksikan suatu kejadian dalam penelitian.
d)
Tape recorder untuk merekam hasil
wawancara.
e)
Camera untuk menghasilkan data deskriptif
yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan
hasilnya sering dianalisis secara induktif.
E. Sumber Data
Menurut
Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana
data-data diperoleh.[66] Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan
sumber data adalah dari mana peneliti akan mendapatkan dan menggali informasi
berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Selanjutnya apabila
peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka
sumber data disebut respunden, yaitu orang yang merespon atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan.
Adapun sumber data dalam
penelitian ini adalah:
1.
Sumber data primer, yaitu data
yang diperoleh dari sumbernya secara langsung. Dan yang menjadi sumber data
primer adalah kepala sekolah, waka kurikulum, bagian sarana dan prasarana, guru
bidang studi Pendidikan Agama Islam dan siswa.
2.
Sumber data sekunder, yaitu data
yang diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai hubungan dengan masalah
yang diteliti atau sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data-data
yang diperlukan oleh data primer. Antara lain berupa dokumen-dokumen.
F.
Penentuan Populasi Dan Sampel
Untuk
lebih dapat memudahkan dalam penelitian, maka peneliti menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut :
a.
Populasi
Menurut Arikunto, populasi adalah
keseluruhan subyek penelitian.[67] Sedangkan menurut Hadi, populasi adalah seluruh
penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.[68] Bila
seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi
atau penelitian juga disebut juga studi populasi atau studi sensus.[69]
Adapun yang menjadi populasi dalam
penelitian ini adalah: seluruh siswa kelas SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan dengan jumlah keseluruhan 514 siswa, disamping itu Kepala sekolah, Waka Kurikulum, Bagian
sarana prasarana, dan Guru pendidikan agama
Islam.
b.
Sampel
Sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti.[70] Sedangkan menurut Hadi,
sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Hal ini bisa
difahami bahwa, jika kita hanya akan meneliti sebagaian dari populasi, maka
penelitian tersebut disebut penelitian sampel.
Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer
maka, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga
penelitiannya merupakan penelitian populsi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya
besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung
setidak-tidaknya dari:
a.
Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b.
Sempit luasnya wilayah pengamatan
dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
c.
Besar kecilnya resiko yang
ditanggung oleh peneliti.[71]
Berdasarkan pendapat
diatas, maka penulis akan mengambil sampel: Kepala sekolah, Wakil Kurikulum 2
orang, Bagian
sarana Prasarana 2 orang, Guru pendidikan
agama Islam sejumlah 6 orang, dan seluruh siswa SD. Darul
Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan.
Dengan demikian, karena jumlah populasi
lebih dari 100, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari 514 siswa yaitu 102,8 dibulatkan
menjadi 103 siswa.
Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sample atau sampel bertujuan,[72] dimana sampel bertujuan ini dilakukan berdasarkan atas
ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik yang merupakan ciri pokok populasi. Dalam hal ini peneliti
menganggap bahwa informan tersebut mengetahui masalah yang diteliti secara
mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap. Selain itu sampel bertujuan ini dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan
atas strata, random ataupun daerah, tetapi berdasarkan atas tujuan tertentu. Hal
ini dilakukan karena adanya berberapa pertimbangan, yaitu keterbatasan waktu,
tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang jumlahnya besar dan
jauh.
G. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan metode
sebagai berikut:
a)
Metode Observasi.
Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data
dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang
diselediki[73]. Observasi yang dilakukan
adalah observasi secara sistematis, yang dilakukan oleh peneliti dengan
menggunakan pedoman sebagai instrumen penelitian.
Adapun data yang ingin diperoleh peneliti adalah ;
1.
Kondisi lingkungan sekolah.
2.
Sarana dan prasarana pendidikan
yang dilakukan sekolah.
3.
Kegiatan belajar mengajar.
b)
Metode Interview.
Metode
interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak
yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.[74] Metode ini juga merupakan wawancara
langsung dengan responden sebagai pihak yang memberikan keterangan. Di sini
peneliti menggunakan metode interview tak berstruktur (Instructured
interview) dikarenakan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang
tersusun secara sistematis tetapi hanya berupa garis besar atau pedoman umum
saja.[75] Metode ini bersifat luwes dan terbuka untuk
mendorong subyek penelitian agar jawabannya cukup lengkap dan terjabarkan serta
mendalam sesuai dengan tujuan peneliti.[76]
Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang :
1. Program-program yang
disusun oleh SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan,
khususnya tentang manajemen kelas.
2. Sejauh mana
implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI.
3. Hambatan-hambatan
dalam pelaksanaan manajemen kelas.
c)
Metode Dokumentasi.
Metode ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan interview.[77] Peneliti menggunakan metode
ini karena untuk mencari data melalui dokumen tertulis mengenai hal-hal yang
berupa catatan harian, transkip buku, surat kabar, majalah, foto-foto dan
lain-lain.[78]
Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang:
1. Catatan Latar
Belakang SD. Darul Ulum Ngemplakrejo
Kota Pasuruan.
2.
Struktur
organisasi SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
3. Data guru, siswa, dan
karyawan SD. Darul Ulum Ngemplakrejo
Kota Pasuruan.
4. Data mengenai
program-program SD. Darul Ulum Ngemplakrejo
Kota Pasuruan yang direncanakan dalam implementasi manajemen kelas.
H. Analisis Data
Untuk
menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview dan
dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian
ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas
dan sederhana tentang manajemen kelas dalam rangka mengefektifkan pembelajaran
siswa, sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain yang
tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan
mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap
responden. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan
logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik.[79]
Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan
langkah-langkah sebagai beikut:
a. Reduksi Data.
Reduksi
data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa hingga
kesimpulan finalnya dapat ditarik atau diverifikasi.
Data
yang diperoleh dari lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis
setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu
dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar mudah
untuk menyimpulkannya. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam
mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan serta membansstu dalam
memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.[80]
b. Display data
atau penyajian data.
Yaitu mengumpulkan
data atau informasi secara tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Data yang sudah ada disusun dengan menggunakan teks yang
bersifat naratif, selain itu bisa juga berupa matriks, grafik, networks dan
chart.[81]
Dengan alasan supaya peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam
tumpukan data, [82]
serta untuk memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan
merencanakan kerja selanjutnya.[83]
- Menarik kesimpulan atau verifikasi.
Yaitu merupakan rangkaian analisis data
puncak. Meskipun begitu, kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama
penelitian berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan
yang valid. Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang
dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan lencari
pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk diambil sebuah kesimpulan.[84]
I.
Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam
penelitian, setiap hal temuan harus dicek keabsahannya agar hasil penelitiannya
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan keabsahannya.
Untuk pengecekan keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh peneliti
adal`h trianggulasi. Trianggulasi adalah
teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar
data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.[85]
Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti
antara lain dengan :
a. Trianggulasi data, yaitu
dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data
hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan
dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas
data yang diperoleh.
b. Trianggulasi metode, yaitu
dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena yang diperoleh dengan
menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi.
Kemudian hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan
disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa dipercaya.
c. Trianggulasi sumber, yaitu
dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang
diperoleh oleh peneliti, baik dilihat dari dimensi waktu maupun sumber yang
lain.
J.
Tahap-Tahap Penelitian.
Selama melakukan
penelitian ini, peneliti melalui beberapa tahapan, antara lain:
1.
Tahap Persiapan, meliputi:
a)
Pengajuan judul dan proposal
penelitian kepada pihak Kajur
b)
Konsultasi proposal ke Dosen
pembimbing.
c)
Melakukan kegiatan kajian pustaka
yang sesuai dengan judul penelitian.
d)
Menyusun metode penelitian.
e)
Mengurus surat perizinan
penelitian kepada dari fakultas untuk diserahkan kepada Kepala Sekolah yang
dijadikan obyek penelitian.
f)
Menjajaki dan menilai keadaan
lapangan yang akan diteliti.
g)
Memilih dan memanfaatkan informan.
h)
Menyiapkan perlengkapan
penelitian.
2.
Tahap Pelaksanaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data dan
pengolahan data, pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a)
Memahami latar penelitian dan
persiapan diri.
b)
Mengadakan observasi langsung.
c)
Melakukan wawancara kepada subyek
penelitian.
d)
Menggali data penunjang melalui
dokumen-dokumen.
Pengolahan data dilakukan dengan cara data yang
diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisis data yang
telah ditetapkan.
3.
Tahap Penyelesaian, meliputi:
a)
Menyusun kerangka laporan hasil
penelitian.
b)
Menyusun laporan akhir penelitian
dengan selalu berkonsultasi kepada Dosen Pembimbhng.
c)
Ujian pertanggungjawaban hasil
penelitian di depan dewan penguji.
d)
Penggandaan dan menyampaikan
laporan hasil penelitian kepada pihak yang berwenang dan berkepentingan.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar
Belakang Obyek Penelitian
Latar
belakang obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk dikemukakan
dalam penelitian, karena obyek penelitian merupakan tempat pusat informasi data
yang diambil peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya tentang keberadaan
secara umum SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan. Latar belakang ini akan memaparkan secara garis besar tentang hal-hal
sebagai berikut;
1. Sejarah Singkat Sekolah
Dasar Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
SD. Darul
Ulum Ngemplakrejo merupakan sekolah swasta yang terletak dipantai utara Selat
Madura di wilayah Kota Pasuruan tepatnya di jalan Hangtuah XA/363 Kelurahan Ngemplakrejo dan didirikan pada tahun 1963 oleh
tokoh-tokoh masyarakat setempat dan Ulama Pasuruan, peletak batu pertama adalah
KH. Mas Imam Bin Thohir.
Semula
lembaga ini merupakan sebuah lembaga Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada di bawah naungan Yayasan Darul
Ulum, Departemen Agama dan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Beberapa tahun
kemudian, Lembaga ini resmi berada dinaungan Depatemen Pendidikan dan
Kebudayaan Nasioanl tepatnya pada tanggal 10 Desember 1983 dengan mendapatkan
Piagam Sekolah
Terdaftar Nomor : 35/II04.7/15.83. Sejak itu lembaga ini hanya berada di bawah naungan Yayasan Darul Ulum,
Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dan Departemen Pendidikan Nasional yang
memprioritaskan program adaptif hingga
sekarang.[86]
Demikian gambaran singkat sejarah SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan berkat jerih
payah dan usaha pengurus dan masyarakat, sehingga berhasil merealisasikan
cita-cita sebagai lembaga pendidikan.
Mengenai form
identitas sekolah lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
FORM IDENTITAS SEKOLAH
PROFIL SEKOLAH
1.
|
a.
Nama Sekolah
|
: SDS. Darul Ulum
|
b.
Alamat
|
: Jl. Hangtuah XA/363 Ngemplakrejo
|
|
c.
Nama Yayasan
|
: Yayasan Pendidikan Darul Ulum
|
|
d.
Alamat
|
: Jl. Hangtuah XA/363 Ngemplakrejo
|
|
2.
|
NSS/NSM
|
: 1020056602027
|
3.
|
Jenjang Akreditasi
|
: Terakreditasi B
|
4.
|
Tahun Didirikan
|
: 1963
|
5.
|
Tahun Beroperasi
|
: 1963
|
6.
|
a.
Nama Kepala Sekolah
|
: MASDUQI, S.Pd
|
b.
Tempat, Tanggal
Lahir
|
: Mojokerto, 11 Desember 1963
|
|
c.
Ijazah Terakhir
|
: IKIP BUDI UTOMO MALANG
|
|
d.
Masa Kerja
|
: 9 Tahun
|
|
7.
|
a.
Surat Kepemilikan Tanah
|
: Ada
|
b.
Surat Tanah
|
: Ada
|
|
8.
|
a.
Surat Ijin Bangunan
|
: Ada
|
b.
Surat Bangunan
|
: Ada
|
Sumber : Dokumen dan Profil SD. Darul
Ulum
Setelah
sekolah didirikan, maka mempunyai visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai oleh
sekolah agar nantinya output yang dikeluarkan oleh sekolah sesuai dengan
visi, misi dan tujuan tersebut.
Adapun
visi, misi dan tujuan SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai berikut:
a. Visi dan Misi SD
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Visi dari SD
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah “ Membentuk peserta didik yang memiliki Imtaq, Iptek dan
berakhlaq mulia ”.
Sedang
mengenai misi SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai berikut:
1.
Melaksanakan pembelajaran secara
efektif sehingga dapat mengembangkan
potensi siswa secara optimal
2.
Membantu siswa mengenali potensi
dirinya sehingga berkembang secara optimal
3.
Menumbuhkan semangat kreatif
kepada seluruh warga sekolah
4.
Meningkatkan penghayatan dan
pengamalan ajaran agama dalam kehidupan
5. Meningkatkan management partisipasi masyarakat dalam dunia
pendidikan
b. Tujuan SD
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah :
1. Dapat mengamalkan ajaran agama dari hasil proses ajaran agama
dan kegiatan pengembangan diri
2. Dapat meraih prestasi akademik dan non akademik yang memadai
3. Dapat menghasilkan peserta didik yang terampil dan mandiri
4. Dapat menguasai dasar teknologi serta seni budaya kejenjang yang
lebih tinggi
5. Menjadi sekolah berwawasan budaya dan lingkungan serta penggerak
di masyarakat sekitar
2. Struktur
Organisasi.
Struktur
organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan yang menunjukkan hubungan
antara komponen yang satu dengan yang lain, hingga jelas wewenang dan tanggung
jawab masing-masing dalam kebulatan yang teratur. Pengorganisasian adalah
menyusun hubungan perilaku yang efektif antar personalia, sehingga mereka dapat
bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan
beberapa tugas dalam situasi lingkungan yang ada guna mencapai tujuan dan
sasaran tertentu.[87]
Adapun
struktur organisasi SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai
berikut :
Tabel 4.2
Struktur Organisasi SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan
3. Keadaan Guru dan
Karyawan.
Selama
pelaksanaan proses belajar mengajar guru
dan siswa harus ada,
sebab keduanya merupakan komponen yang terpenting dalam proses belajar mengajar.
Pada
tahun pelajaran 2010-2011 ini, SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan telah
mempunyai tenaga pengajar dan karyawan sebanyak 34 orang, terdiri dari 29 orang
guru dan 5 orang pegawai.
Adapun data guru dan karyawan SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan sebagailana terlampir pada table di bawah ini :
Tabel 4.3
Data Guru dan Karyawan
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
No
|
Nama
|
L/P
|
Ijazah Terakhir
|
Jabatan
|
Status
|
1
|
Masduqi , S.Pd.
|
L
|
S 1 ’99
|
Kep.Sek
|
PNS
|
2
|
Nur Hadi, S.Pd
|
L
|
S1 ‘08
|
Guru Kelas
|
PNS
|
3
|
Anik Herlina, AmaPd
|
P
|
D 2 ‘01
|
Guru Kelas
|
PNS
|
4
|
Rodeyah, S.Pd I
|
P
|
S.1’07
|
Guru PAI
|
PNS
|
5
|
Julaichah, SPd
|
P
|
S1 ‘10
|
Guru Kelas
|
GTT
|
6
|
Abdul Hamid, S.Pd
|
L
|
S.1’08
|
Guru Kelas
|
GTT
|
7
|
Nur Aini, S.Pd
|
P
|
S1’97
|
Guru Kelas
|
GTT
|
8
|
Siti Khatimah, S.Pd.I
|
P
|
S.1’07
|
Guru Kelas
|
GTT
|
9
|
Siti Musyarafah, Sag
|
P
|
S1’94
|
Guru Kelas
|
GTT
|
10
|
Estu Ismayanti,S.Pd
|
P
|
S.1
|
Guru Kelas
|
GTT
|
11
|
Hendra Teguh A, SH
|
L
|
S.1 ‘04
|
Guru Kelas
|
GTT
|
12
|
Juma’ati, S.Pd
|
P
|
S.1
|
Guru Kelas
|
GTT
|
13
|
Arminah
|
P
|
MAN’82
|
Guru Kelas
|
GTT
|
14
|
Achady Abdullah
|
L
|
MTs ‘69
|
Guru PAI
|
GTT
|
15
|
Siti Mariyam
|
P
|
MAN’82
|
Guru PAI
|
GTT
|
16
|
Minaturrahmah
|
P
|
MAN’82
|
Guru PAI
|
GTT
|
17
|
Nurul Aini, AMa.Pd
|
P
|
D2 ‘08
|
Guru PAI
|
GTT
|
18
|
Umi Kulsum
|
P
|
SMEA
|
Guru Kelas
|
GTT
|
19
|
Nur Hasin
|
L
|
SMA
|
Guru PAI
|
GTT
|
20
|
Kholid M.
|
L
|
MAN’95
|
Guru PAI
|
GTT
|
21
|
Moh Akhiyar, S.Pd
|
L
|
S1 ‘10
|
Guru Kelas
|
GTT
|
22
|
Siti Aminah, AMa Pd
|
P
|
D2 ‘08
|
Guru Kelas
|
GTT
|
23
|
Naily Iswati
S.,S.Pd
|
P
|
S1 ‘10
|
Guru Kelas
|
GTT
|
24
|
Sudarmanto, S.Pd
|
L
|
S.1’08
|
Guru Penjas
|
GTT
|
25
|
Akhmad Marzuki, S.Pd
|
L
|
S1 ‘10
|
Gr. B. Inggris
|
GTT
|
26
|
Ida Mahmudah, AMaPd
|
P
|
D2 ‘08
|
Guru Kelas
|
GTT
|
27
|
Inayatul Fitriyah, SPd
|
P
|
S1 ‘09
|
Guru Kelas
|
GTT
|
28
|
Dessy Resty L.,AMa.Pd
|
P
|
D2
|
Guru Kelas
|
GTT
|
29
|
Yusuf Arif, S.Pd
|
L
|
S1 ‘10
|
Guru Penjas
|
GTT
|
30
|
Mukhdor Siddiq
|
L
|
ST
|
TU
|
PTT
|
31
|
Uswatun Khasanah
|
P
|
MAN
|
TU
|
PTT
|
32
|
Naimatus Su’udah, SE
|
P
|
S.1
|
TU
|
PTT
|
33
|
Nurul Huda, S.Kom
|
L
|
S1 ‘10
|
TU
|
PTT
|
34
|
Firda Rokhaniyah
|
P
|
MAN‘02
|
Pustakawati
|
PTT
|
Sumber : Dokumen dan arsip SD. Darul
Ulum
4. Keadaan Siswa.
Dengan
mulai tumbuhnya masyarakat untuk menyekolahkan anaknya dan seiring dengan
berjalannya waktu serta berkembangnya SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan ini, jumlah siswa-siswi di
lembaga ini dari tahun ke tahun mulai tahun 1963 sampai dengan tahun 2009 semakin
meningkat. Pada tahun pelajaran 2010-2011 jumlah seluruh siswa SD. Darul
Ulum ini sebanyak 514 siswa terdiri dari 243 siswa dan 271 siswi.
Adapun
data jumlah seluruh siswa SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan sebagaimana
terlampir pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Jumlah Siswa-Siswi SD.
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
Tahun Pelajaran 2010/2011
No
|
Kelas
|
Laki-Laki
|
Perempuan
|
Jumlah
|
1
|
I
|
46
|
45
|
91
|
2
|
II
|
35
|
33
|
68
|
3
|
III
|
37
|
40
|
77
|
4
|
IV
|
43
|
63
|
106
|
5
|
V
|
39
|
50
|
89
|
6
|
VI
|
43
|
40
|
83
|
JUMLAH
|
243
|
271
|
514
|
Sumber : Dokumen dan arsip SD. Darul
Ulum
5. Sarana dan
Prasarana.
Dalam
suatu lembaga sarana prasarana merupakan alat keberhasilan dalam mencapai
tujuan. Adapun sarana dan prasarana di SD
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan secara lebih rinci adalah sebagai berikut: 18 ruang kelas dengan luas
655.3 m2, 1 ruang Kepala Sekolah dengan luas 7.3 m2, 1
ruang laboratorium dengan luas 38.0 m2, 1 ruang guru dengan luas
38.0 m2,, 1 ruang Tata Usaha dengan luas 38.0 m2, 1 ruang
perpustakaan dngan luas 31.0 m2, 1 ruang UKS dengan luas 6.2 m2,
1 ruang koperasi dengan luas 8.1 m2, 1 ruang kamar kecil guru dengan
luas 4.0 m2, 1 ruang kamar kecil siswa dengan luas 11.2 m2.
Sedangkan perlengkapan sekolah antara lain: 3 buah komputer, 2 buah mesin ketik, 2 buah TV education, 1
buah TV umum, 2 buah laptop.
1 buah Warles, dan 2
buah LCD.
6. Kurikulum.
Eksistensi
Kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan mempunyai fungsi yang sangat penting,
karena merupakan operasionalisasi yang dicita-citakan bahkan tujuan pendidikan
tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum. Hal ini sesuai dengan UUSPN
No.20 Tahun 2003 yang menekankan tujuan pendidikan nasional dengan
memperlihatkan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan
lingkungan dan kebutuhan pembangunan nasional.
Struktur
kurikulum di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan menggunakan struktur yang ditetapkan oleh
Departemen Pendidikan Nasional. Dengan diterapkannya kurikulum yang baru yaitu
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka secara otomatis kurikulum yang
diterapkan mengikuti kurikulum baru tersebut.
Ada beberapa
program yang sudah direncanakan oleh Waka Kurikulum antara lain:
1. Pelaksanaan KBM
berjalan dalam 2 semester genap dan ganjil.
2. Koordinasi dengan
sesama Waka setiap hari.
3. Semester 2 penetapan
Kelompok Kerja
4. Menyiapkan ulangan
semester ganjil serta semester genap dan mensukseskan UAS dengan menggunakan
pola Drill dan Try Out.
Sedangkan
mengenai program Waka Kurikulum yang direncanakan terkait dengan materi PAI
adalah:
1. Meningkatkan materi PAI/Ma’arif
NU, seperti Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Feqih, SKI, Bahasa Arab dan
Ke-NU-an.
2. Setiap hari jum’at
pagi diadakan do’a/Istighosah bersama dengan ditangani langsung oleh guru PAI
dengan tujuan untuk menanamkan nilai spiritual.[88]
B. Penyajian Dan
Analisis Data
1. Implementasi
Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Dengan
semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menjadi faktor
pendorong upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Berbagai upaya untuk
mencapai tujuan pendidikan Indonesia dewasa ini terus berlangsung dan
berkembang. Adapun salah satu upaya yang diprioritaskan untuk mencapainya
adalah peningkatan mutu pendidikan.
Dalam
kaitannya dengan efektifitas pelaksanaan manajemen kelas di SD Darul
Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
terutama dalam pembelajaran PAI ini yang dapat dirasakan adalah lebih dapat
memberikan nuansa yang nyaman dalam proses pembelajaran. Maka pihak yang respon
terhadap peningkatan efektifitas pembelajaran menganggap penting sekali
manajemen kelas tersebut dan perlu dikembangkan terus. Menurut Waka Kurikulum
mengenai penjelasan manajemen kelas adalah seperti yang dikutip oleh
peneliti dalam deskripsi wawancara
berikut:
“..... Manajemen kelas adalah suatu
rancangan atau perencanaan yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum
melakukan pengajaran di kelas, dan tidak hanya terbatas pada pengajaran saja
akan tetapi dalam manajemen kelas ini guru harus memperhatikan setiap individu
siswa, masalah yang akan timbul di kelas, sehingga pembelajaran yang terjadi berjalan
secara efektif dan efisien”.[89]
Implementasi
manajemen kelas di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan khususnya pembelajaran PAI pada dasarnya
tidak terlepas dari visi, misi sekolah, yaitu ”Terbentuknya peserta
didik yang memiliki Imtaq, Iptek dan berakhlaq mulia” dan misi SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan khususnya point satu dari kelima misi tersebut yaitu :
1. Melaksanakan
pembelajaran secara efektif sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara
optimal
2. Membantu siswa
mengenali potensi dirinya sehingga berkembang secara optimal
3. Menumbuhkan semangat
kreatif kepada seluruh warga sekolah
4. Meningkatkan
penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan
5. Meningkatkan
management partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan
Usaha yang
dilakukan untuk mewujudkan semuanya, SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
menjalani langkah-langjah manajemen administrative antara lain yaitu : pertama,
perencanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum dan alokasi waktu yang
sudah terprogram. Kedua, pengorganisasian pembelajaran. Ketiga, pengkomunikasian
yang harmonis. Keempat, pemilihan metode disesuaikan dengan
karakteristik siswa serta materi yang akan disampaikan. Kelima, penggunaan
media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi dan kondisi
serta lingkungan siswa. Keenam, peningkatan disiplin kelas tetap
ditegakkan. Ketujuh, Diterapkannya konflik kelas. Kedelapan, pelaksanaan
evaluasi pembelajaran yang efektif. Kesembilan, penataan ruang
disesuaikan dengan jumlah siswa.
Langkah-langkah
implementasi manajemen kelas di SD. Darul Ulum tersebut sudah berjalan dengan
baik, hal ini termuat dalam deskripsi wawancara berikut:
“.......... Impldmentasi manajemen kelas
dalam proses pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini tidak terlepas dengan visi dan misi
sekolah. Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan semuanya, SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan menjalani langkah-langkah manajemen administrative
antara lain yaitu : pertama, perencanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum
dan alokasi waktu yang sudah terprogram. Kedua, pengorganisasian pembelajaran.
Ketiga, pengkomunikasian yang harmonis. Keempat, pemilihan metode disesuaikan
dengan karakteristik siswa serta materi yang akan disampaikan. Kelima, media
pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi dan kondisi serta
lingkungan siswa. Keenam, penigkatan disiplin kelas tetap ditegakkan. Ketujuh,
Diterapkannya konflik kelas. Kedelapan, pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang efektif.
Kesembilan, penataan ruang disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. Sehingga siswa menjadi antusias dan
juga dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan agama siswa. Namun dalam
pelaksanaannya juga ada kendala-kendala seperti kurangnya media pembelajaran
dan masalah lain masih dalam perbaikan,. Dan waka kurikulum bersama pihak-pihak
yang lain berusaha terus untuk meningkatkan manajemen kelas dengan didukung
pada penanmbahan fasilitas media pembelajaran agar pembelajaran itu berlangsung
dengan efektif dan efisien”.[90]
Implementasi
manajemen kelas perlu ditingkatkan terus, untuk menemukan inovasi-inovasi baru
dalam proses pembelajaran yang selama ini sudah tidak efektif lagi untuk
diterapkan, supaya proses pembelajaran PAI khususnya di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan berjalan sesuai ddngan yang diharapkan bersama, sehingga
pengetahuan agama peserta didik mengalami peningkatan. Seperti yang telah
dikutip dari deskripsi wawancara dengan Waka Kurikulum berikut:
“………Implementasi manajemen kelas dalam
efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan harus terus dilaksanakan, karena mengingat
pembaharuan dalam pendidikan harus terus dilakukan dan tidak boleh berhenti
sampai disini. Pendidikan harus terus diupayakan agar berjalan dengan efektif
dan efisien, serta memudahkan siswa dan berdaya mutu tinggi. Begitu juga dengan
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, terus berusaha dan berupaya untuk menjadikan semua proses
pembelajaran itu terus dijalankan dengan inovasi-inovasi yang bermutu tinggi.
Tujuan utama Implementasi manajemen kelas dalam efektifitas pembelajaran adalah
merombak dan memperbaharui sistem yang sudah tidak efektif untuk diterapkan dan
diganti dengan program baru yang lebih inovatif, agar peserta didik dapat
belajar dengan tenang, lancar dan akan lebih cepat dalam menangkap pelajaran
sehingga akan meningkatkan pengetahuan agama peserta didik”.[91]
Menurut
informasi yang diperoleh dari para responden di atas, dapat disimpulkan bahwa
implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan terus berjalan dengan baik dan mendapat
dukungan dari semua pihak, karena implementasi manajemen kelas ini pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran yang nantinya
akan memperbaiki dan meningkatkan mutu PAI yang sesuai visi dan misi di SD.
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Menurut
hasil observasi dan wawancara, ada beberapa hal dalam manajemen kelas yang sudah diterapkan
khususnya dalam pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan,
antara lain yaitu :
1. Perencanaan
pembelajaran.
Setiap guru
membuat Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus, dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan demikian semua program pembelajaran akan
terlaksana sesuai dengan alokasi waktu yang sudah terprogram dan kurikulum.
2. Pengorganisasian
pembelajaran.
Sebelum
pembelajaran dimulai guru dan siswa membagi beban kerja agar dalam pembelajaran
terbentuk tanggung jawab yang seimbang untuk mewujudkan tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Dengan demikian aktifitas pembelajaran berjalan sesuai dengan
tujuan dan rencana, karena seluruh personil kelas menjalankan tugas dan
tanggung jawab masing-masing.
3. Pengkomunikasian.
Guru, wali
kelas, orang tua dan siswa terjadi hubungan komunikasi yang harmonis dalam
mewujudkan proses pembelajaran. Dengan demikian akan tercipta kelas yang
dinamis dan komunikasi yang aktif antara siswa dan guru dalam pembelajaran PAI.
4. Pemilihan metode.
Metode yang
digunakan disesuaikan dengan keadaan dan karakter siswa serta materi yang akan
disampaikan. Dengan demikian maka pembelajaran PAI terasa nyaman dan efektif.
5. Penggunanaan dan
penentuan media pembelajaran.
Media
pembelajaran digunakan secara proposional dan disesuaikan dengan materi dan
karakteristik siswa supaya pembelajaran PAI
akan berlangsung dengan maksimal dan tidak menjenuhkan.
6. Disiplin kelas.
Guru PAI
mengadakan kerja sama dengan pihak Waka Kesiswaan serta wali kelas dan
guru-guru yang lain untuk meningkatkan kedisiplinan kelas agar dalam pembelajaran
berjalan efektif. Dengan demikian efektifitas pembelajaran PAI akan semakin
meningkat dan berlangsung dengan tertib.
7. Konflik Kelas.
Setiap ada
permasalahan yang terkait dengan sikap siswa dan masalah ekstern lainnya, guru
PAI berusaha untuk mencari solusinya agar tanggung jawab guru berfungsi dengan
maksimal. Dengan demikian akan mengurangi masalah yang terjadi dalam
pembelajaran PAI.
8. Evaluasi
pembelajaran.
Evaluasi
pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dan pemahaman
setiap siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru. Dengan demikian
maka hasil efektifitas pembelajaran akan terlihat.
9. Penataan Ruangan.
Ukuran
ruangan kelas disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada agar tidak terjadi
kepadatan siswa dalam pembelajaran supaya siswa merasa nyaman dan guru bisa
mengontrol dengan baik dan pembelajaran PAI akan mudah terkondisikan.
2. Faktor-Faktor Yang
Menghambat Manajemen Kelas Dalam Rangka Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran
PAI Di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Penerapan sebuah program, tentunya tidak akan terlepas dari
hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan. Begitu juga dengan penerapan
manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran. Hambatan-hambatan
ini mungkin terjadi karena manajemen kelas merupakan sebuah konsep pendidikan
yang sangat komplek, karena menyangkut semua unsur pendidikan. Sehingga untuk
menyatukannya juga merupakan suatu hal yang tidak mudah. Butuh sebuah proses
dan perjuangan dalam mengimplementasikannya.
Hal ini sejalan dengan informasi yang diberikan oleh Waka Kurikulum dalam
deskripsi wawancara berikut:
“…….Mengenai
hambatan implementasi manajemen kelas ada banyak faktor yang bisa menghambat
yaitu faktor peserta didik, faktor lingkungan, faktor fasilitas dan faktor
guru. Yang mana kalau dari beberapa unsur penghambat ini berfungsi secara
maksimal, maka manajemen kelas akan terlaksana dengan efektif”.[92]
Selain hambatan diatas adalah hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan yaitu kurangnya sarana prasarana dan
media pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa, disamping itu masih banyak guru
PAI yang belum bisa mengoperasikan media pembelajaran seperti komputer dan LCD,
Sebagaimana deskripsi wawancara dengan Waka Sarpras sebagai berikit:
“…….Kurangnya sarana prasarana yang sangat dibutuhkan oleh siswa SD. Darul
Ulum Ngemplakrejo seperti mushalla dan ruang belajar serta kurangnya media
pembelajaran seperti komputer dan LCD, disamping itu masih banyak guru PAI yang
belum bisa mengoperasikan media pembelajaran yang ada. Akan tetapi masalah ini
semua sudah berusaha untuk diantisipasi dan sekarang masih dalam pengadaan”.[93]
Sedangkan hambatan-hambatan yang dialami oleh guru sebagai pelaksana
langsung implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas
pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, seperti yang
dikutip dalam deskripsi wawancara sebagai berikut:
“……Hambatan implementasi program ini pada pembelajaran PAI di SD. Darul
Ulum ini yaitu faktor sarana prasarana yang kurang memadai yaitu mengenai
kurang adanya media pembelajaran untuk siswa, faktor peserta didik (kurang
adanya kesadaran dalam melakukan efektifitas pembelajaran) serta faktor
lingkungan yang akan mendominasi dalam cara bersikap siswa untuk melakukan
hal-hal yang kurang baik di sekolah”. [94]
Selain dari sarana prasarana yang menjadi penghambat dalam implementasi
manajemen kelas adalah siswa sendiri yang menjadi penghambat, ketika
pembelajaran berlangsung siswa kadangkala menimbulkan masalah di dalam kelas,
contohnya: membuat gaduh di kelas, sering terjadi perkelahian antar siswa dan
lain-lain. Hal ini sesuai dengan deskripsi wawancara dengan siswa kelas V :
“……. Siswa pada waktu pembelajaran terkadang ada
yang membuat gaduh di kelas, sering terjadi perkelahian antar siswa dan
lain-lain, hal ini bisa menghambat jalannya manajemen kelas dalam proses
pembelajaran. Guru melihat hal ini tidak dibiarkan begitu saja,tapi sudah mencari jalan penyelesaiannya”.[95]
Dari penjelasan responden diatas dan juga hasil observasi peneliti, ada
beberapa hambatan yang dihadapi oleh SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dalam implementasi manajemen kelas khususnya
dalam pembelajaran PAI secara garis besar adalah sebagai berikut:
1.
Faktor peserta didik.
Di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini peserta didiknya kurang mempunyai kesadaran akan tanggungjawabnya
sebagai siswa dalam melakukan efektifitas pembelajaran khususnya pembelajaran
PAI. Maksudnya siswa kurang merespon dalam setiap materi pembelajaran yang
telah disampaikan oleh guru. Ketika pembelajaran berlangsung kadang siswa
membuat gaduh dan membuat masalah yang tidak disangka sebelumnya. Terkait
dengan masalah ini Guru memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada
siswa serta mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak yang terkait dengan
penanganan masalah siswa.
2.
Faktor Orang tua.
Guru bukan satu-satunya orang yang bertugas untuk merubah peserta
didiknya ke arah yang lebih baik. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan
lancar tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak yang terkait. Orang tua
menjadi faktor penghambat manajemen kelas, misalnya kurang adanya kontrol dari
orang tua, padahal motivasi orang tua sangat perlu dalam membantu meningkatkan
semangat anaknya ketika pembelajaran. Terkait dengan masalah ini guru
mengadakan komunikasi dan hubungan kerjasama yang harmonis dengan orang tua
dalam membina dan mendidik anaknya.
3.
Faktor Fasilitas.
Pembelajaran tanpa didukung oleh fasilitas maka yang terjadi
adalah pembelajaran berjalan kurang maksimal. Fasilitas ini meliputi media
pembelajaran yang akan dijadikan sebagai penunjang pembelajaran siswa dan
sarana mempermudahkan guru dalam penyampaian materi serta mempermudahkan dalam
menerima materi yang telah disampaikan oleh guru.
Di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini,
fasilitasnya masih kurang seperti ruang pembelajaran, media pembelajaran dan
lain lain. Disamping itu masih banyak
guru yang belum bisa mengoperasikan media pembelajaran yang ada.
4.
Faktor Lingkungan.
Lingkungan ini yang akan menentukan setiap siswa dalam bersikap ketika
bergaul dengan masyarakat. Lingkungan yang baik akan menjadikan siswa
berperilaku baik ketika di sekolah atau di lingkungan masyarakatnya. Begitupun
sebaliknya, Siswa di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini rata-rata berasal dari lingkungan yang
keras yaitu pesisir, yang mana hal tersebut menimbulkan persepsi bahwa
pergaulan yang ada di sana kurang baik terutama untuk remaja yang masih
bersekolah. Lingkungan seperti ini akan berpengaruh terhadap cara bersikap
siswa ketika proses pembelajaran di sekolah. Terkait dengan hal ini guru
memberikan pengetahuan kepada siswa supaya tidak mudah terpengaruh dengan
pergaulan yang kurang baik.
3. Usaha-Usaha Yang
Ditempuh Guru Dalam Manajemen Kelas Sehingga Dapat Meningkatkan Efektifitas
Pembelajaran PAI Di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Sebuah
permasalahan haruslah dicari jalan pemecahannya, begitu juga dengan masalah
peningkatan mutu pendidikan. Hal inilah yang ingin dicapai dalam manajemen
kelas. Karena manajemen kelas merupakan pemikiran yang sistematis untuk
meningkatkan efektifitas pembelajaran khususnya terhadap materi PAI di SD.
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Untuk itu perlu dilihat faktor-faktor yang
menjadi penghambat dan dicarikan usaha-usaha dari guru dalam memaksimalkan
manajemen kelas dengan tujuan supaya efektifitas pembelajaran itu meningkat.
Guru SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan benar-benar aktif dalam me-manage kelas terutama dalam
hal ini, sesuai dengan hasil informasi dari deskripsi wawancara dengan Waka
Kurikulum berikut:
“………Dalam manajemen kelas ini guru SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
sebelum memulai proses pembelajaran di kelas, telah mempersiapkan beberapa
tugas administratifnya, karena hal itu sangat penting untuk dijadikan pedoman
oleh guru dalam melakukan pembelajaran”.[96]
Hal diatas
diperkuat oleh guru PAI, bahwa dalam Manajemen kelas ini khususnya guru PAI SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
dalam mengatasi beberapa persoalan dan masalah
di kelas, telah melakukan beberapa hal sebagai pengantisipasi masalah
yang kemungkinan terjadi ketika pembelajaran di kelas. Seperti kutipan dalam
deskripsi wawancara berikut:
“…………Ada beberapa usaha yang telah dipersiapkan
oleh guru PAI sebelum mulai pembelajaran di kelas untuk meningkatkan manajemen
kelas yang lebih efektif dan efisien, yaitu: pertama, mempersiapkan tugas
administrative (membuat Prota, Promes, Silabus, dan RPP). Kedua, memberi
motivasi kepada siswa setelah pembelajaran berakhir supaya termotivasi untuk
belajar materi yang akan disampaikan minggu depan, dengan tujuan agar
pembelajaran dapat berjalan maksimal sesuai dengan alokasi waktu yang sudah
terprogram. Selain itu guru membuat modul untuk dijadikan sebagai pedoman
materi pilihan dengan tetap berpedoman pada kurikulum dan system yang digunakan
kerja kelompok, guru hanya sebagai pengontrol dan pengarah saja”.[97]
Usaha yang
dilakukan oleh guru PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dalam
mengatasi beberapa masalah yang terkait dengan tugas guru PAI yaitu mengubah
prilaku peserta didik ke arah yang lebih baik khususnya dalam proses
pembelajaran. Selain itu guru PAI SD.
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dari kelas 1 sampai VI
mengadakan atau membentuk “team
kerjasama” antar guru PAI. Lebih jelasnya seperti dalam deskripsi wawancara
berikut:
“………Kita sebagai guru PAI dalam mengatasi
permasalahan siswa terkait dengan tugas guru PAI yaitu dengan cara membentuk
team guru PAI kelas I sampai
VI. Pak Nur Hasin selaku guru PAI kelas IV sebagai pengawas langsung
aktivitas dalam kegiatan ibadah dan perilaku keseharian siswa. Bu rodeyah
selaku guru PAI kelas VI sebagai guru yang langsung mengadakan pendekatan
individual kepada siswa yang bermasalah dengan sistem curhat. Dan Bu Nurul
selaku guru PAI kelas V atau termasuk guru PAI Senior di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan dan selaku penasehat yang memberikan arahan dan
bimbingan langsung serta membuka konsultasi untuk orang tuanya siswa yang
bermasalah tersebut yang bertempat di sekolah maupun di rumah kediaman saya.
Serta mengadakan kerjasama dengan guru Wali Kelas dan Waka Kesiswaan”.[98]
Hasil
wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa
di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dewan guru PAI membentuk “team
kerjasama” untuk membuat perangkat pembelajaran dengan tujuan yaitu untuk
meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI. Guru PAI ini menggunakan metode
pembelajaran yang bervariatif, dan sebelum menentukan metode terlebih dahulu
melihat kondisi siswa dan materi serta lingkungan. Seperti yang dijelaskan oleh
guru PAI dalam deskripsi wawancara berikut:
“…….Usaha yang dilakukan dalam manajemen
kelas adalah memilih metode dengan memperlihatkan kondisi siswa, materi dan
lingkungan. Dan metode pembelajaran PAI yang efektif di SD. Darul Ulum ini
adalah jigsaw learning, penugasan kelompok, pembelajaran demonstrasi dengan
strategi Modelling the way untuk materi ibadah, karena siswa bisa melakukan
praktek langsung di Musholla. Disini guru lebih melibatkan siswanya dan kalau
materi tentang keyakinan guru yang lebih terlibat”.[99]
Dalam
manajemen kelas ini, guru PAI SD. Darul
Ulum ini berusaha memaksimalkan penggunaan media pembelajaran yang
bervariatif dan menyesuaikan dengan kondisi karakteristik siswa, materi dan
lingkungan supaya dapat membantu siswa mempermudah dalam menerima materi yang
disampaikan oleh guru. Seperti deskripsi wawancara berikut:
“…..Penggunaan media pembelajaran ini juga
merupakan usaha dalam implementasi manajemen kelas tetapi dalam penggunaannya
guru tetap memperhatikan kondisi siswa, materi dan lingkungan. supaya dapat membantu siswa mempermudah
dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru”.[100]
Terkait
dengan adanya guru yang masih belum bisa mengoperasikan media pembelajaran yang
ada, kepala sekolah dan Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan masih berusaha untuk mencari solusinya. Dikarenakan keterbatasan dana
dan waktu, maka untuk sementara salah satu usaha yang di lakukan oleh kepala
sekolah dan Waka Kurikulum adalah memberikan kesempatan kepada dewan guru
khususnya guru PAI untuk belajar mengoperasikannya pada saat tidak ada jam
mengajar atau di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan dibimbing oleh
bagian Tata Usaha SD. Darul Ulum. Hal ini sudah berjalan, namun belum maksimal
karena kondisi dan keadaan guru itu sendiri. Seperti kutipan dalam deskripsi
wawancara berikut:
” .............Untuk sementara, sebab
keterbatasan dana dan waktu, salah satu usaha yang di lakukan oleh kepala
sekolah dan Waka Kurikulum adalah memberikan kesempatan kepada dewan guru
khususnya guru PAI untuk belajar mengoperasikannya pada saat tidak ada jam
mengajar atau di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan dibimbing oleh
pegawai TU SD. Darul Ulum ”.[101]
Dari
beberapa informasi hasil wawancara yang dilakukan dengan responden dan
berdasarkan hasil observasi peneliti, maka secara garis besarnya mengenai usaha
yang dilakukan dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas
pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai
berikut:
1. Mempersiapkan tugas
administratif sebelum melakukan pembelajaran di kelas, antara lain membuat
Prota (Program Tahunan), Promes (Program Semester), Silabus dan RPP (Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran). Hal ini akan berpengaruh terhadap pembelajaran
sehingga berjalan sesuai dengan kurikulum dan tujuan yang direncanakan.
2. Memberi motivasi kepada siswa setelah pembelajaran
berakhir supaya siswa termotivasi untuk belajar materi yang akan disampaikan
minggu depan, dengan tujuan agar pembelajaran minggu depan dapat berjalan
maksimal sesuai dengan alokasi waktu yang sudah terprogram. Dan pengaruhnya
terhadap pembelajaran adalah siswa akan semangat dalam pembelajaran
sehingga berlangsung efektif dan efisien
3. Usaha yang dilakukan oleh guru PAI SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota
Pasuruan dalam manajemen kelas yaitu mengatasi setiap permasalahan siswa yaitu
dengan cara membentuk “team kerjasama” guru PAI kelas I sampai
VI. Pak Nur Hasin selaku guru PAI kelas VI sebagai pengawas langsung
aktivitas dalam kegiatan ibadah dan perilaku keseharian siswa. Bu Rodeyah
selaku guru PAI kelas VI sebagai guru yang langsung mengadakan pendekatan
individual kepada siswa yang bermasalah dengan sistem curhat. Dan Bu Nurul
selaku guru PAI kelas V atau termasuk guru PAI Senior di SD. Darul Ulum
Ngemplakrejo Kota Pasuruan, sebagai penasehat yang memberikan arahan dan
bimbingan langsung serta membuka konsultasi untuk orang tuanya siswa yang
bermasalah tersebut yang bertempat di sekolah maupun di rumah kediaman saya.
Serta mengadakan kerjasama dengan guru Wali Kelas dan Waka Kesiswaan. Dengan
hal tersebut maka masalah
yang akan timbul akan berkurang ketika pembelajaran PAI berlangsung.
4. Usaha yang dilakukan dalam manajemen kelas adalah memilih metode dengan
memperlihatkan kondisi siswa, materi dan lingkungan. Dan metode pembelajaran
PAI yang efektif di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini adalah jigsaw learning,
penugasan kelompok, pembelajaran demonstrasi dengan strategi Modelling the
way untuk materi ibadah, karena siswa bisa melakukan praktek langsung di
Musholla/Masjid. Disini guru lebih melibatkan siswanya dan kalau materi tentang
keyakinan guru yang lebih terlibat. Sehingga akan membantu siswa dalam memahami materi dan pembelajaran akan berjalan
efektif.
5. Guru membentuk kelompok diskusi. Disini guru hanya sebagai fasilitator
saja untuk mengarahkan materi. Hal ini akan membawa dampak pada siswa sehingga mereka akan merasa nyaman
dalam pembelajaran.
6. Penggunaan media pembelajaran ini juga termasuk usaha guru dalam
implementasi manajemen kelas tetapi dalam penggunaannya guru tetap
memperhatikan kondisi siswa, materi dan lingkungan. Dan media yang biasa
digunakan memakai LCD.
komputer, dan TV education. Hal ini
akan meningkatkan kreatifitas
berfikir yang kritis bagi siswa terhadap perkembangan masalah PAI. Dan terkait
dengan masih banyak dewan guru khususnya guru PAI yang masih belum bisa
mengoperasikan media pembelajaran yang ada. Dikarenakan keterbatasan dana dan
waktu, maka untuk sementara salah satu usaha yang di lakukan oleh kepala sekolah
dan Waka Kurikulum adalah memberikan kesempatan kepada dewan guru khususnya
guru PAI untuk belajar mengoperasikannya pada saat tidak ada jam mengajar atau
di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan dibimbing oleh pegawai TU
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan.
Berdasarkan
hasil penelitian yang telah diuraikan penulis pada analisis data diatas, maka
dapat diperoleh kesimpilan sebagai berikut:
1. Manajemen kelas yang
diterapkan dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD Darul
Ulum Ngemplakrejo kota Pasuruan,
meliputi: perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran,
pengkomunikasian, pemilihan metode, penggunaan media, disiplin kelas, konflik
kelas, evaluasi pembelajaran, penataan ruangan.
2.
Faktor-faktor yang menghambat manajemen kelas
dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD Darul Ulum
Ngemplakrejo kota Pasuruan adalah:
kurangnya kesadaran dan tanggung jawab
siswa dalam melakukan efektifitas pembelajaran PAI, kurangnya fasilitas dan
media pembelajaran PAI yang ada di SD Darul Ulum
Ngemplakrejo kota Pasuruan, kurang adanya motivasi orang tua terhadap anaknya, lingkungan siswa
yang keras serta keadaan keluarga yang broken home.
3. Usaha-usaha yang
dilakukan dalam manajemen kelas terkait dengan pembelajaran PAI di SD
Darul Ulum Ngemplakrejo kota Pasuruan, adalah: mempersiapkan tugas administratif, memberi
motivasi kepada siswa, mengatasi setiap permasalahan siswa, memilih metode,
pembentukan kelompok diskusi, meningkatkan kedisiplinan siswa, dan
penggunaan media pembelajaran.
B. Saran.
Dari
kesimpulan yang telah diuraikan di atas, perlu kiranya penulis memberikan
sumbangan pemikiran berupa saran-saran bagi semua pihak terhadap manajemen
kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD Darul Ulum
Ngemplakrejo kota Pasuruan adalah
sebagai berikut:
1. Kepada Lembaga
(Sekolah).
Sekolah
dapat merealisasikan sasaran yang ingin dicapai yaitu berusaha terus
meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dengan cara peningkatan manajemen
kelas sebagai wujud dalam peningkatan efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama
Islam.
2. Kepada Kepala
Sekolah.
Mendukung
dan menghimbau kepada setiap guru Pendidikan Agama Islam untuk berkreasi dan
inovatif dalam manajemen kelas khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam
agar berjalan efektif, efisien dan maksimal.
3. Kepada Guru
PAI.
Berusaha
terus dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam
melalui pelaksanaan manajemen kelas yang baik, supaya kualitas Pendidikan Agama
Islam bagi siswa semakin meningkat.
4. Kepada Siswa.
Rajin
belajar dan meningkatkan kesadaran dalam belajar Pendidikan Agama Islam supaya
pembelajaran Pendidikan Agama Islam berhasil maksimal sesuai dengan tujuan yang
diharapkan bersama.
[1]
Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 1990), Hlm. 19
[2]
Ibid., hlm. 190-191.
[4] Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm.
207
[5]
Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru,
1989), Hlm.54
[6] Mulyasa,
Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi (Bandung:
Remaja Rosydakarya, 2002), hlm.57
[7] Mujamil Qomar, Meniti Jalan
Pendidikan Islam (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar Offset, 2002), hlm.298.
[8] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan
Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994
cet.IV), hlm. 113
[9] Pius A.P., Dahlan Barry, Kamus
Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1995) hlm. 128.
[10]
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra
Umbara.
[11]
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.164
[12]
Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi,
Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset),
hlm. 131.
[13] Seni Mengelola Kelas. Disadur dari Craft of the Classroom pengarang Michael Marland
(Semarang: Dahara Prize, 1985), hlm. 11
[14] Mujamil Qomar, Op.Cit., hlm. 298.
[15] Ibid.
[16] Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan:Kurikulum, Program pengajaran, Efek
Intruksional dan pengiring, CBSA, Metode mengajar, Media pendidikan,
Pengelolaan kelas dan Evaluasi hasil belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya,
1991), hlm. 310-311
[17] Saiful Bakhri Djamarah, Guru dan Anak
Didik Dalam Interaksi Edukatif (Jakarta:
Rineka Cipta, 2000), hlm. 172-173
[18] Ibid.
[19] Cony Semiawan, Pendekatan Ketrampilan
Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar (Jakarta: Grasindo,
1992), hlm. 64.
[20]
Mujamil Qomar, Op. Cit., hlm. 283
[21] Ibid.,
hlm. 284.
[22] Cece
Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm.144.
[23] www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/14/03x2.htm.
[24] Cece
Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm.113.
[25] Ibid.
[26] Mujamil
Qomar, Op.Cit., hlm. 285.
[27] Ibid.,
hlm. 288.
[28]
Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga
Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 1989), hlm. 26.
[29]
Mujamil Qomar, Op.Cit., hlm. 291.
[30] Syaiful
Bakhri Djamarah, Op.Cit., hlm. 173.
[31] Sudirman dkk, Op.Cit., hlm.
328.
[32] Ibid.,
hlm. 329.
[33]
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman
Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara),
hlm. 144-145.
[34] Sudirman, Op.Cit., hlm. 331.
[35]
Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi,Op. Cit.,
hlm. 148.
[36] Ahmad
Rohani, Op. Cit., hlm. 155.
[37]
Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm. 135.
[38] Ahmad Rohani, Op.Cit., hlm. 156.
[39] Ibid.,
hlm. 159.
[40]
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra
Umbara.
[41]
Muhaimin, Op.Cit., hlm. 164.
[42]
Muhaimin, Ibid., hlm. 184.
[43] Ibid.,
hlm. 156.
[44] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional,
Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2005), hlm. 161.
[45] Ibid.,
hlm. 165.
[46] Ibid.,
hlm. 176.
[47] Theo
Riyanto, Pembelajaran Sebagai Suatu Bimbingan Pribadi (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia,
2002), hlm. 46.
[48] Mulyasa,
Op.Cit., hlm. 91.
[49] Syafaruddin,
Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi (Jakarta:
Grasindo, 2002), hlm. 103.
[50]
Abdul Majid dan Dian Andayani, Op.Cit., hlm. 131.
[51]
Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Malang:
UM Press, 2004), hlm. 10.
[52] Ibid.,
hlm. 12.
[54]
Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 135.
[55] Muhaimin,
Op.Cit., hlm. 78-79.
[56]
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya Offset, 1995), hlm. 16.
[57] Ibid.,
hlm. 24.
[58]
Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset,
2002), hlm. 114-115.
[59]
Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya (Bandung:
Remaja Rosydakarya, 2001), hlm. 155.
[60] Suharsimi Arikunto, Manajemen
Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 309.
[61]
Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Praktiknya, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara,
2003), hlm. 12.
[62] Ibid.
[63] Sutrisno Hadi, Metodologi
Research Jilid I Cet XXIII (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 42.
[64] Sugiyono, MemahamiPenelitian
Kualitatif (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hlm. 60.
[65]
Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm.
134.
[66]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
(Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 107.
[67] Ibid
[68]
Sutrisno Hadi, Metode Reseach I,
Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yokyakarta, 1987, Hal 42
[69]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek
(Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 102.
[71]. Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta,
Rineka Cipta, 2002), Hal 112.
[72] Dedy
Mulyana, Op.Cit., hlm. 187.
[73]
Suharsimi Arikunto, Prosedur
Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek,
Op.Cit., hlm.133.
[74]
Dedy Mulayana, Op.Cit., hlm. 180.
[75] Sugiyono, Op.Cit., hlm. 74.
[76] Dedy Mulyana, Op.Cit., hlm.
181-183.
[77] Sugiyono, Op.Cit., hlm. 82.
[78] Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm.
135.
[79] Deddy mulyana, Op.Cit.,
hlm, 150.
[80]
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: TARSITO,
1988), hlm. 129.
[82] Ibid.
[83] Sugiyono, Op.Cit., hlm. 95.
[84] Nasution, Op.Cit., hlm. 130.
[85] Moleong, Metode Penelitian
Kualitatif, Op.Cit. hlm. 178
[86] Hasil wawancara dengan Waka
Kurikulum dan Dokumen SD. Darul Ulum pada tanggal 08 Mei 2011 jam 12.00 WIB
[88] Hasil wawancara dengan B.Siti Aminah
selaku Waka Kurikulum SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan pada tanggal 26 Mei 2011 jam 11.30 WIB
[89] Hasil wawancara dengan B. Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan pada tanggal 26 Mei 2011 jam 12.30
WIB
[90] Hasil wawancara
dengan Bu Nurul selaku guru PAI Kls V pada tanggal 27 Mei 2011 jam 11.30 WIB
[91] Hasil wawancara dengan B. Siti Aminah
selaku Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal
28 Mei 2011 jam 10.30 WIB
[92] Hasil
wawancara dengan P. Nur Hadi selaku Waka Kurikulum SD.
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
pada tangga 30 Mei 2011
[93] Hasil wawancara
dengan P. Abdul Hamid selaku Waka Sarpras SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 31 Mei 2011
[94] Hasil wawancara dengan Bu Nurul
selaku Guru PAI Kls V SD.
Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan,
pada tanggal 31 Mei 2011
[95] Hasil wawancara
dengan Fatimah Azzahra selaku Siswa Kls V SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 01 Juni 2011 jam 09.30
[96] Hasil wawancara
dengan B. Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 03 Juni 2011 jam 12.00
[97] Hasil wawancara dengan Bu Nurul selaku Guru PAI Kls V SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 03 Juni 2011 jam 13.00
[98] Ibid
[99] Hasil wawancara dengan Bu
Rodeyah selaku Guru PAI Kls VI SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada
tanggal 07 Juni 2011 jam 09.30
[100] Ibid
[101] Hasil wawancara
dengan B. Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 07 Juni 2011 jam 12.00
Tidak ada komentar:
Posting Komentar