Jumat, 23 Desember 2011

Skripsi



MANAJEMEN KELAS

BAB I
PENDAHULUAN
A.  Latar Belakang.
Belajar adalah suatu proses yang komplek dan terjadi pada setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena interaksi antara seseorang dan lingkungannya. Oleh karena itu belajar dapat terjadi kapan dan dimana saja. Adapun secara sederhana belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang terjadi karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya pada tingkat pengetahuan, ketrampilan dan sikap serta selalu ada usaha berupa latihan.[1]
Proses belajar mengajar yang diselenggarakan di beberapa sekolah sebagai pusat pendidikan formal lebih dimaksudkan untuk mengarahkan perubahan pada diri sendiri secara terencana baik dari segi kognitif, afektif dan psikomotorik. Dalam interaksi belajar tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa komponen yang antara lain terdiri atas: murid, guru, kepala sekolah, materi pelajaran, sarana prasarana (perpustakaan), lingkungan dan beberapa fasilitas lain yang memenuhi dalam proses  pembelajaran sehingga akan menunjang keefektifan proses pembelajaran.
Peranan guru sangat penting dalam pendidikan. Baik buruknya pendidikan dipengaruhi bagaimana seorang guru bisa memanifestasikan dan mengaplikasikan sumbangsihnya ke dalam lembaga formal untuk mewujudkan kecerdasan bangsa dan cita-cita negara, sehingga antara guru dan pendidikan merupakan satu komponen yang tidak bisa dipisahkan. Jika dari kata “pendidikan” berarti ada pendidik dan ada yang dididik, maka artinya guru dan murid. Seorang guru atau pendidik bekerja sesuai dengan kurikulum sekolah, baik pada tingkat SD/MI, SMP/MTS, SMU/MA. Karena itu, frekuensi pendidikan di dalam lembaga pendidikan diharapkan mampu menghasilkan anak didik yang bisa menyelesaikan pendidikannya sesuai target yang telah ditentukan, dengan mengacu pada kurikulum yang dijadikan sebagai program pembelajaran. Jika interaksi antara kurikulum yang diajarkan oleh guru dengan kemampuan murid dalam menyerap materi itu menjadi satu kesatuan yang utuh, maka target maksimal akan tercapai secara seimbang.  
Dalam kenyataannya yang ada di lapangan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dewasa ini mutunya masih rentan karena belum mencapai target yang diinginkan secara memadai khususnya di sekolah umum. Selain realitas tersebut, ada asumsi bahwa “Dalam kehidupan sekolah sering kita lihat adanya para guru yang dapat dikatakan tidak berhasil dalam mengajar. Indikator dari ketidakberhasilan guru adalah prestasi siswa yang rendah, tidak sesuai dengan standar atau batas ukuran yang ditentukan. Kegagalan ini bukan hanya ketidakberhasilan guru dalam mengajarkan tugasnya yaitu menguasai materi bidang studi ketika penyampaian saja, akan tetapi ketidaktahuan guru dalam me-manage kelas. Hal ini berakibat pada ketidakefektifan pembelajaran khususnya PAI sehingga kualitas siswa menurun”.[2]
Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran khususnya bidang studi PAI, ada hal yang perlu diperhatikan oleh seorang guru. Guru hendaknya harus pandai dalam manajemen kelas agar dalam pembelajaran berjalan secara efektif dan optimal. Adapun ruang lingkup dari manajemen kelas terdiri atas kegiatan akademik berupa perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran, serta berupa kegiatan administratif yang mencakup kegiatan prosedural dan organisasional seperti, penataan ruangan, pengelompokan siswa dalam pembagian tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes, pengorganisasian kelas, pencatatan kelas dan pelaporan.[3]
Dengan manajemen kelas ini maka siswa akan termotivasi dalam pembelajaran terutama pada manajemen suasana kelas yang pada khususnya merupakan modal penting bagi jernihnya pikiran dalam mengikuti pelajaran,[4] sehingga anak akan merasa nyaman dan antusias. Dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang kondusif dan suasana yang cenderung rekreatif, maka akan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan potensi kreatifitasnya.
Belajar merupakan suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Sedangkan pembelajaran merupakan sebagian dari proses belajar dapat ditujukan dalam berbagai bentuk, seperti perubahan pengetahuan, pemahaman sikap, dan tingkah laku, ketrampilan, kecakapan, kebiasaaan serta merupakan beberapa aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Tingkah laku sebagai proses dari hasil belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor baik intdrnal maupun eksternal. Adapun faktor internal adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa, yaitu minat dan perhatiannya, kebiasaan usaha dan motivasi serta beberapa faktor lainnya. Sedangkan faktor eksternal dalam pendidikan dan pengajaran dapat dibedakan menjadi tiga lingkungan yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Semua itu sangat mempengaruhi pembelajaran terutama di lingkungan sekolah yaitu tentang manajemen kelas yang akan berpengaruh pada proses pembelajaran siswa dalam meningkatkan efektifitas belajar yang lebih optimal. [5]
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin mendorong upaya-upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia dewasa ini juga terus berlangsung. Adapun salah satu upaya yang diprioritaskan untuk mencapainya adalah peningkatan mutu pendidikan. Untuk peningkatan mutu pendidikan ini seluruh komponen pendidikan juga perlu ditingkatkan. Selain itu juga dengan adanya otonomi daerah maka muncul sebuah keputusan baru dalam sektor pendidikan terkait dengan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah yaitu Manajemen Berbasis Sekolah. Dalam mengimplementasikan MBS secara efektif dan efisien, para guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas dengan tepat agar pembelajaran berlangsung secara maksimal, efisien dan efektif.[6] Karena kelas merupakan media pertemuan segala komponen pendidikan serta ujung tombak dan juga basis pendidikan.
Kehidupan dan peradaban manusia di awal millennium ketiga ini telah banyak mengalami perubahan. Dalam merespon fenomena itu, manusia berpacu mengembangkan pendidikan diberbagai bidang ilmu. Namun bersamaan dengan itu munculah krisis multi dimensi, krisis politik, ekonomi, sosial, hukum, golongan dan ras. Akibatnya peran serta efektifitas pendidikan Agama Islam di sekolah sebagai pemberi nilai spiritual terhadap kesejahteraan masyarakat mulai dipertanyakan. Dengan asumsi jika pendidikan agama dilakukan dengan baik, maka kehidupan masyarakat akan jauh lebih baik.
Melihat fenomena tersebut, seolah-olah Pendidikan Agama Islam dianggap kurang memberikan kontribusi yang menuju arah itu tanpa melihat problem sebenarnya pada Pendidikan Agama Islam. Akan tetapi setelah ditelusuri ternyata adalah kurangnya seorang guru dalam memerankan manajemen kelas. Dan memang tidak adil jika harus menimpakan tanggung jawab atas munculnya kesenjangan antara harapan dan kenyataan itu kepada Pendidikan Agama Islam. Sebab pendidikan agama di sekolah bukanlah satu-satunya faktor yang menentukan dalam pembentukan watak dan kepribadian siswa. Apalagi dalam pelaksanaan Pendidikan Agama Islam tersebut masih terdapat beberapa kelemahan yang mendorong dilakukannya penyempurnaan yang konsisten. Kelemahan lain, materi Pendidikan Agama Islam, termasuk materi akhlaq yang lebih terfokus pada pengayaan pengetahuan (kognitif) dan minim dalam pembentukan sikap (afektif) serta pembiasaan (psikomotorik).
Salah satu usaha yang dapat dijadikan sebagai solusi dalam masalah pembelajaran PAI adalah  pengimplementasian  manajemen kelas dalam pembelajaran PAI khususnya di Sekolah Dasar ini. Semula SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan merupakan suatu lembaga yang memprioritaskan program normatif yaitu Ilmu Pendidikan Agama Islam yang berada di bawah naungan Departemen Agama, namun mulai pada tahun 1983 hingga sekarang, lembaga ini resmi berada di bawah naungan Departemen Pendidikan Nasional yang memprioritaskan program Adaptif. Meskipun demikian bukan berarti program Normatif yaitu Ilmu Pendidikan Agama harus diabaikan, justru di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini berusaha meningkatkan kualitas materi PAI mengingat lembaga ini pada awalnya merupakan suatu lembaga yang berada di bawah naungan Departemen Agama yang memprioritaskan program normatif. Peneliti melakukan penelitian di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dikarenakan peneliti ingin mengetahui tentang bagaimana guru PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dalam me-manage kelas, sehingga pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan.      
Berpijak dari pemikiran diatas bahwa manajemen kelas dapat mengefektifkan pembelajaran khususnya pada materi Pendidikan Agama Islam. Untuk itu peneliti mengangkat judul  “Manajemen Kelas dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI (Studi Kasus di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan).
B.  Rumusan Masalah.
Dari uraian latar belakang diatas, rumusan masalah yang dapat dirumuskan adalah:
1.    Bagaimana implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan  efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan?
2.    Apa faktor-faktor yang menghambat manajemen kelas dalam meningkatkan  efektifitas pembelajaraan PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan?
3.    Usaha-usaha apa yang ditempuh dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan?
C.  Tujuan Penelitian
Dari informasi rumusan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan:
1.    Untuk mengetahui bagaimana implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
2.    Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat manajemen kelas dalam meningkatkan  efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
3.    Untuk mengetahui Usaha-usaha yang ditempuh dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
D.  Kegunaan Penelitian.
Hasil dari penelitian ini di harapkan dapat berguna :
1.    Bagi Lembaga (Sekolah).
Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk mendorong semua civitas akademik menerapkan manajemen kelas dengan sebaik-baiknya dengan tujuan pada efektifitas pembelajaran.
2.    Bagi Universitas.
Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai masukan atau sumbangan  pemikiran yang konstruktif dalam usaha pengefektifan pembelajaran.
3.    Bagi Penulis.
Dapat menambah wawasan dan pengalaman baru yang nantinya dapat dijadikan sebagai modal dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran sesuai dengan disiplin ilmu penulis, terutama setelah terjun dalam dunia pendidikan.
E.  Penegasan Istilah Judul.
Untuk mempermudah pemahaman dan menghindari kerancuan pengertian, maka perlu adanya penegasan judul dalam penulisan skripsi ini sesuai dengan fokus yang terkandung dalam tema pembahasan, antara lain sebagai berikut yaitu:
1.    Manajemen adalah suatu proses dalam mengintegrasikan sumber-sumber (mencakup orang-orang, alat-alat, media bahan-bahan uang dan sarana semuanya) diarahkan dan dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan. [7] Sedangkan kelas adalah suatu satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran dengan beragam keunikan yang dimiliki baik dalam aspek fisik, psikis, latar keluarga, bakat dan minat yang kesemua itu perlu ditanggapi secara positif sebagai faktor pemacu dalam mewujudkan situasi dinamis yang dapat berlangsung dalam kelas, sehingga dapat tumbuh dan berkembang secara efektif dan terarah sesuai dengan tugas-tugas perkembangan mereka. Jadi manajemen kelas adalah suatu upaya memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin mulai dari perencanaan kurikulumnya, penataan prosedur dan sumber belajarnya, pengaturan lingkungannya untuk memaksimalkan efisiensi dan memantau kemajuan siswa serta mengantisipasi beberapa masalah yang kemungkinan timbul di kelas tersebut[8] dan mendukung proses interaksi edukatif  dalam mencapai tujuan pembelajaran.
2.    Efektifitas Pembelajaran.
Efektifitas adalah ketepatgunaan, hasil guna dan menunjang tujuan.[9] Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar[10], dimana seseorang sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu.[11] Jadi efektifitar pembelajaran adalah ketepatgunaan dalam proses pembelajaran.
3.    Pendidikan Agama Islam.
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[12]
F.   Ruang Lingkup Dan Pembatasan Masalah

Untuk memperoleh data yang relevan dengan judul penelitian ini, maka dalam penelitian ini akan dibatasi subyek, obyek dan ruang lingkup masalah yang akan diteliti. Adapun ruang lingkup dan pembatasan tersebut antara lain:

1.    Subyek penelitian yang sesuai dengan judul penelitian ini adalah kepala sekolah, waka kurikulum, sarana dan prasarana, guru bidang studi agama Islam dan siswa kelas 6.
2.    Obyek penelitian adalah manajemen kelas meliputi: pertama kegiatan akademik berupa perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran. Kedua kegiatan administratif yang mencakup kegiatan procedural dan organisasional seperti penataan ruangan, pengelompokan siswa dalam pembagian tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes, pengorganisasian kelas, dan pelaporan.
3.    Ruang lingkup penelitian ini meliputi:
a.    Bagaimana implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan  efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
b.    Apa faktor-faktor yang menghambat manajemen kelas dalam meningkatkan  efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
c.    Usaha-usaha apa yang ditempuh dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai isi penelitian ini maka pembahasan dalam skripsi ini dibagi menjadi V BAB. Uraian sistematika pembahasan yang terkandung dalam masing-masing BAB disusun sebagai berikut:
BAB I, merupakan bab pendahuluan yang berfungsi sebagai pengantar informasi penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, fokus Penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, Penegasan istilah judul, ruang lingkup dan pembatasan masalah serta sistematika pembahasan.
BAB II, berisi tentang kajian yang terdiri dari konsep dan pengertian, tujuan dan fungsi, ruang lingkup dan aspek-aspek, masalah dan kunci keberhasilan, pendekatan, hambatan-hambatan manajemen kelas serta pengertian pembelajaran, faktor efektifitas dan peningkatan kualitas  pembelajaran dan manajemen kelas dalam pembelajaran serta pengertian, dasar-dasar, tujuan dan ruang lingkup Pendidikan Agama Islam dan standar efektifitas pembelajaran PAI.
BAB III, berisi tentang metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, metode pembahasan, instrumen penelitian, sumber data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan data dan tahap-tahap penelitian.
BAB IV, berisi tentang Hasil penelitian dan pembahasan yang terdiri dari  latar belakang obyek penelitian tentang sejarah singkat SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa, keadaan sarana parasarana, kurikulum dan  analisis data tentang  implementasi, faktor-faktor yang menghambat manajemen kelas serta usaha-usaha guru dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
BAB V, pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran berdasarkan hasil penelitian.







BAB II
KAJIAN TEORI
A.  Manajemen Kelas.
1.    Konsep dan Pengertian Manajemen Kelas.
Kepala sekolah dituntut untuk melakukan fungsinya sebagai manajer sekolah dalam meningkatkan proses pembelajaran dengan melakukan supervisi kelas, membina dan memberikan saran-saran positif kepada guru. Disamping itu juga harus melakukan tukar pikiran, sumbang saran, serta studi banding antar sekolah untuk menyerap dan menfilter kiat-kiat kepemimpinan kepala sekolah yang lain.
Guru harus berkreasi dalam meningkatkan manajemen kelas. Guru adalah teladan dan panutan langsung para peserta didik di kelas. Oleh karena itu, guru perlu siap dengan segala kewajiban, baik manajemen maupun persiapan isi materi pelajaran. Guru harus mengorganisasikan kelasnya dengan baik, jadwal pelajaran, pembagian tugas, peserta didik, kebersihan, keindahan serta ketertiban kelas. Pengaturan tempat duduk peserta didik, penempatan alat-alat harus dilakukan dengan sebaik-baiknya. Manajemen kelas yang baik memungkinkan guru mengajar dengan baik, karena kelas yang terhindar dari konflik menjadikan guru mengembangkan kemampuannya sehingga terjadi hubungan yang efisien dengan siswanya.[13]
Sebelum kita membicarakan tentang definisi manajemen kelas, terlebih dahulu kita perlu mengetahui apa sebenarnya yang dimaksud dengan manajemen dan kelas.
Menurut Made Pidarta dalam bukunya Manajemen Pendidikan Indonesia sebagaimana yang telah dikutip oleh Mujamil Qomar, mengatakan bahwa manajemen adalah suatu proses dalam mengintegrasikan sumber-sumber (mencakup orang-orang, alat-alat, media bahan-bahan uang dan sarana semuanya) diarahkan dan dikoordinasi agar terpusat dalam rangka menyelesaikan tujuan. [14]
Adapun menurut Nawawi, bahwa:
Kelas adalah sebagai suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah, yang sebagai satu kesatuan diorganisasi menjadi unit kerja yang secara dinamis menyelenggarakan berbagai kegiatan pembelajaran yang kreatif  untuk mencapai suatu tujuan”.[15]
        
Dengan demikian, yang dimaksud dengan kelas bukan hanya kelas yang merupakan ruangan yang dibatasi dinding tempat para siswa berkumpul bersama untuk mempelajari segala yang disajikan oleh pengajar, tetapi lebih dari itu kelas merupakan satuan unit kecil siswa yang berinteraksi dengan guru dalam proses pembelajaran dengan beragam keunikan yang dimiliki, contoh: aspek fisik, psikis, latar keluarga, bakat dan minat. Seluruh aspek tersebut perlu ditanggapi secara positif sebagai faktor pemacu dalam mewujudkan situasi dinamis yang dapat berlangsung dalam kelas, sehingga segenap siswa diharapkan dapat tumbuh dan berkembang secara efektif dan terarah sesuai dengan tugas-tugas perkembangan mereka. Dan situasi seperti inilah yang akan mendorong terciptanya kerjasama sekaligus persaingan yang sportif dalam meraih prestasi belajar. Hubungan manusiawi yang efektif ini dapat menjadi motivator belajar siswa, dan merupakan faktor pendukung bagi penciptaan lingkungan yang kondusif bagi pelaksanaan proses belajar mengajar. Selain itu Nawawi juga menegaskan bahwa definisi kelas dibagi dua yaitu:
1)   Kelas dalam arti sempit yakni ruangan yang dibatasi oleh empat dinding tempat sejumlah siswa berkumpul untuk mengikuti proses belajar mengajar. Dalam pengertian tradisional mengandung sifat statis, karena sekedar menunjuk pengelompokan siswa menurut tingkat perkembangannya yang didasarkan pada batas umur kronologis masing-masing.
2)   Kelas dalam arti luas adalah suatu masyarakat kecil yang merupakan bagian dari masyarakat sekolah yang sebagai kesatuan diorganisir menjadi unit kerja secara dinamis menyelenggarakan berbagai kegiatan belajar-mengajar yang kreatif untuk mencapai suatu tujuan.[16]

Berdasarkan pendapat tentang manajemen dan kelas dari para ahli diatas, maka  pengertian manajemen kelas adalah antara lain:
 Menurut Pidarta seperti yang telah dikutip oleh Saiful Bakhri, mengatakan bahwa “Manajemen kelas adalah proses seleksi dan penggunaan alat-alat yang tepat terhadap problem kelas. Ini berarti guru bertugas menciptakan, memperbaiki dan melelihara sistem/ organisasi kelas, sehingga anak didik dapat memanfaatkan kemampuannya, bakatnya dan energinya pada beberapa tugas individualnya”.[17]
Menurut Sudirman, bahwa “Manajemen kelas merupakan upaya dalam mendayagunakan potensi kelas, karena itu kelas mempunyai peranan dan fungsi tertentu dalam menunjang keberhasilan proses interaksi edukatif, maka agar memberikan dorongan dan rangsangan terhadap anak didik untuk belajar, kelas harus dikelola sebaik-baiknya oleh guru”.[18]
Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik garis tengah, bahwa manajemen kelas suatu upaya memberdayakan potensi kelas yang ada seoptimal mungkin untuk mendukung proses interaksi edukatif  dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Kelas sebagai lingkungan belajar siswa yang merupakan aspek dari lingkungan yang harus diorganisasikan dan dikelola secara sistematis. Lingkungan ini harus diawasi, agar kegiatan belajar mengajar bisa terarah dan menuju pada sasaran yang dikehendaki. Pengawasan terhadap lingkungan belajar mengajar itu juga dimaksudkan untuk mendorongnya menjadi lingkungan yang baik. Karakteristik lingkungan yang baik itu, diantaranya kelas memiliki sifat merangsang dan menantang siswa untuk selalu belajar memberi rasa aman dan kepuasan dalam tujuan belajar.
Dengan demikian, berarti bahwa kelas itu mempunyai peran dan fungsi tertentu yang nyata-nyata dapat menopang keberhasilan proses belajar mengajar. Sehingga agar dapat memberikan rangsangan terhadap siswa dalam situasi dan kondisi belajar, maka kelas perlu dikelola sebaik mungkin. Hubungan baik antara guru dan siswa, siswa yang satu dengan yang lainnya dipandang sebagai indikasi keberhasilan manajemen kelas. Dari sini tepat dikatakan bahwa manajemen kelas secara dinamis merupakan penentu perwujudan proses pembelajaran yang efektif. Dan untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar, meningkatkan prestasi belajar siswa, serta lebih memungkinkan guru memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka diperlukan manajemen kelas yang baik dan memadai.[19]   Manajemen kelas yang asal-asalan jelas nyata bisa menampakkan proses pembelajaran yang rusak.
2.    Tujuan dan Fungsi Manajemen Kelas.
Sebagai manager kelas, guru atau wali kelas dituntut mengelola kelas sebagai lingkungan belajar siswa, juga sebagai bagian dari lingkungan belajar siswa, juga sebagai bagian lingkungan sekolah yang perlu diorganisasikan. Karena, tugas guru yang utama dalah menciptakan suasana  di dalam kelas agar terjadi interaksi pembelajaran dengan baik dan sungguh-sungguh. Oleh  sebab itu guru dan wali kelas dituntut memiliki kemampuan yang intensif dalam mengelola kelas.
Dengan pengelolaan kelas yang baik diharapkan dapat tercipta kondisi kelompok belajar proporsional terdiri dari lingkungan kelas yang baik yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, serta tersedia kesempatan yang memungkinkan untuk sedikit demi sedikit mengurangi ketergantungannya pada guru, sehingga siswa mampu merealisasikan kegiatannya sendiri. Ini berarti, siswa diharapkan mampu melakukan self activity dan self control secara bertahap, tetapi pasti menuju taraf yang lebih dewasa.[20]
 Disamping itu guru atau wali kelas dituntut mampu memimpin kegiatan belajar mengajar yang efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Sebagai pengelola lingkungan belajar siswa, guru harus mampu mengaplikasikan dan mengaktualisasikan ilmu-ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Sehingga kemungkinan untuk menciptakan kegiatan pembelajaran yang variatif dan strategis bisa menjadi kenyataan.
 Secara umum yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan Sudirman, adalah penyediaan fasilitas bagi bermacam-macam kegiatan pembelajaran siswa dalam lingkungan sosial, emosional dan intelektual dalam kelas. Fasilitas yang disediakan itu memungkinkan siswa belajar dan bekerja, terciptanya suasana sosial yang memberikan kepuasan, suasana disiplin, perkembangan intelektual, emosional dan sikap apresiasi para siswa.
Secara khusus, yang menjadi tujuan pengelolaan kelas dalam pandangan Usman adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam menggunakan alat-alat belajar, menyediakan kondisi-kondisi yang memungkinkan siswa bekerja dan belajar serta membantu siswa untuk memperoleh hasil yang diharapkan.[21]
Pengelolaan kelas dimaksudkan untuk menciptakan kondisi dalam kelompok kelas yang berupa lingkungan kelas yang baik, yang memungkinkan siswa berbuat sesuai dengan kemampuannya. Kemudian dengan pengelolaan kelas produknya harus sesuai dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Tujuan pengelolaan kelas pada hakikatnya telah terkandung dalam tujuan pendidikan.
Menurut  Cece Wijaya menyebutkan tujuan pengelolaan kelas adalah :
1)   Agar pengajaran dapat dilakukan secara maksimal sehingga tujuan pengajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien.
2)   Untuk memberi kemudahan dalam usaha memantau kemajuan siswa dalam pelajarannya. Dengan pengelolaan kelas, guru mudah melihat dan mengamati setiap kemajuan yang dicapai siswa, terutama siswa yang tergolong lamban.
3)   Untuk memberi kemudahan dalam mengangkat masalah-masalah penting untuk dibicarakan di kelas untuk perbaikan pengajaran pada masa mendatang.[22]

Adapun menurut Udin Saifuddin tujuan manajemen kelas meliputi antara lain menfasilitasi kegiatan belajar mengajar secara maksimal, untuk mencapai tujuan pembelajaran memberikan kemudahan dalam mendukung sumber-sumber belajar serta membangkitkan gairah (ghiroh) belajar siswa. Selain itu juga mengembangkan disiplin belajar siswa sesuai dengan kebutuhan dan perkembangannya.[23]
3.    Ruang Lingkup dan Aspek-aspek Manajemen Kelas.
Ruang lingkup manajemen kelas menurut Johanna Kasin Lemlech adalah sebagai berikut:
a)    Perencanaan kurikulum yang lengkap mulai dari rumusan tujuannya, bahan ajarannya, sampai pada evaluasinya. Tanpa perencanaan, usaha penataan kelas tidak sebaik yang diharapkan.
b)    Pengorganisasian proses belajar-mengajar dan sumber belajar sehingga serasi dan bermakna kegiatan guru dan murid diatur, sehingga terjadi interaksi yang responsive. Penataan sumber belajar akan selalu berkaitan dengan pengorganisasian proses belajar mengajar.
c)    Penataan lingkungan yang bernafaskan pokok bahasan menjadi usaha guru dalam menata kelas agar kelas merangsang dan penuh dorongan untuk memunculkan proses belajar yang efektif dan efisien.[24]
Sedangkan menurut Udin Saifuddin, bahwa ruang lingkup manajemen kelas terdiri atas kegiatan akademik berupa perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Selain itu juga berupa kegiatan administratif yang mencakup kegiatan procedural dan organisasional, seperti penataan ruangan, pengelompokan siswa dan tugas, penegakan disiplin kelas, pengadaan tes dan menilainya, iklim kelas yang favourable, pengorganisasian kelas, penataan kelas dan pelaporan.[25]
Mengenai aspek-aspek manajemen kelas ini, maka dibedakan menjadi dua:
1)   Kegiatan Administratif Manajemen.
Kegiatan administratif pendidikan tidak terlepas dari proses manajemen. Administratif dalam pandangan Shulhan adalah seluruh kegiatan dalam setiap usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan bersama. Berkaitan dengan hal ini Nawawi berpandangan bahwa “…sebuah kelas pada dasarnya merupakan suatu unit kerja yang di dalamnya bekerja sejumlah orang untuk mencapai tujuan”. [26]
Dengan demikian, dalam suatu kelas harus ada upaya untuk menciptakan kondisi kelas yang diliputi dorongan untuk aktif secara terarah yang dikembangkan melalui kreatifitas dan inisiatif siswa dalam sebuah kelompok. Oleh sebab itu, dalam mengelola suatu kelas, guru atau wali kelas tentu menjalani langkah-langkah manajemen administrative yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pengkomunikasian dan pengontrolan. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a.    Perencanaan.
Perencanaan mengenai program tahunan, program semester, program bulanan, program mingguan dan harian harus disusun secara rapi dan disesuaikan dengan alokasi waktu dan beberapa kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler.
b.    Pengorganisasian.
 Dalam program kerja kelas sebagai rencana kerja harus bersifat realistis dengan tujuan yang realistis. Dengan demikian guru dan wali kelas harus membagi beban kerja kepada seluruh personal yang ikut dalam pengelolaan kelas agar aktifitas kelas dapat berjalan dengan tertib sesuai dengan tujuan dan rencana.
c.    Pengarahan.
 Guru harus memberi instruksi, petunjuk dan bimbingan sebagai pengarahan agar kegiatan yang dilaksanakan tidak menyimpang dari perencanaan. Pengarahan ini dapat dilakukan melalui kerjasama dengan kepala sekolah selaku pucuk pimpinan dan penanggung jawab, juga kerjasama dengan pihak-pihak yang terkait, demi mewujudkan proses belajar mengajar di kelas yang efektif  dan efisien.
d.   Pengkoordinasian.
Pengkoordinasian ini bisa diwujudkan dengan menciptakan kerjasama yang disadari saling pengertian akan tugas dan peranan masing-masing, sehingga mampu menciptakan hubungan kerja yang harmonis dan pekerjaan menjadi produktif.
e.    Pengkomunikasian.
 Dalam pengkomunikasian harus selalu terjalin antara guru dan wali kelas dengan siswa di dalam kelas, agar tercipta situasi kelas yang dinamis. Komunikasi antar personal di kelas dapat berlangsung secara formal dalam acara rapat, musyawarah, diskusi dan dapat berlangsung secara informal melalui kontak antar pribadi dala setiap kesempatan di dalam dan di luar sekolah.
f.     Pengontrolan.
Kegiatan kontrol ini memungkinkan untuk mengetahui kebaikan dan kekurangan dalam melaksanakan program kelas. Pengontrolan kelas dapat dilakukan terhadap realisasi jadwal pelajaran, kedisiplinan siswa, partisipasi siswa terhadap kegiatan, realisasi tugas siswa. [27]


2)   Kegiatan Operatif Manajemen.
Agar seluruh program kelas dapat direalisasikan secara efektif mencapai tujuan, maka kegiatan administrative manajemen di atas harus ditunjang oleh kegiatan operatif manajemen berikut ini:
a.    Tata Usaha.
Tata usaha berfungsi untuk melakukan pencatatan tentang segala sesuatu yang terjadi di kelas yang bisa digunakan guru dan wali kelas untuk mengambil suatu kebijakan pendinamisan kelas.
b.    Perbekalan Kelas.
Perbekalan kelas merupakan alat bantu yang memungkinkan program kelas dapat direalisasikan secara efektif. Perbekalan kelas itu menurut Nawawi dibedakan menjadi 2 macam :
1)    Alat-alat kependidikan yang berhubungan dengan proses belajar mengajar seperti: papan tulis, kapur tulis, kertas untuk ulangan, berbagai alat peraga.
2)    Alat-alat non-kependidikan yang tidak langsung berhubungan dengan proses pembelajaran seperti: meja kursi, lemari, papan absent, buku raport, absensi, buku agenda dan lain-lain.[28]
c.    Keuangan kelas.
Pengadaan dan pemeliharaan perbekalan kelas mengharuskan ada dukungan dana. Dana ini diperlukan sekali ketika pembelian perbekalan kelas, sekaligus perawatannya agar segala bentuk perbekalan itu bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu yang relatif panjang dan tidak segera rusak atau hilang.
d.   Personal kelas.
Di lingkungan kelas, para siswa sebagai personal kelas harus dikelola dengan baik. Kegiatan ini berkenaan dengan penempatan siswa dalam kelompok belajar, olah raga, kesenian dan lain-lain dengan mempertimbangkan faktor intelegensi, bakat, minat dan lain-lain.
e.    Kehumasan.
Kehumasan secara ekstern dapat dilakukan terhadap wali murid melalui pemberian informasi program kelas agar mendapatkan dukungan penuh, terutama bila curahan pikiran, tenaga, waktu dan keuangan dari wali murid benar-benar dibutuhkan.[29]
4.    Masalah dan Kunci Keberhasilan Manajemen Kelas.
Tingkah laku anak didik bervariasi. Dan variasi perilaku anak merupakan permasalahan bagi guru dalam upaya manajemen kelas. Menurut Made Pidarta, masalah-masalah manajemen kelas berhubungan dengan perilaku anak didik adalah:
1.    Kurang kesatuan, dengan adanya kelompok-kelompok dan pertentangan jenis kelamin.
2.    Tidak ada standar perilaku dalam bekerja kelompok, misalnya ribut, bercakap-cakap dan sebagainya.
3.    Reaksi negatif terhadap anggota kelompok, misalnya ribut bermusuhan, mengucilkan, dan merendahkan kelompok bodoh.
4.    Kelas mentoleransi kekeliruan-kekeliruan temannya, menerima dan mendorong perilaku anak didik yang keliru.
5.    Mudah mereaksi ke hal-hal negatif/terganggu, misalnya bila didatangi monitor, tamu-tamu, iklim yang berubah.
6.    Moral rendah, permusuhan, agresif, misalnya dalam lembaga yang alat-alat belajarnya kurang.
7.    Tidak mampu menyesuaikan dengan lingkungan yang berubah seperti tugas-tugas tambahan, anggota kelas yang baru, situasi baru dan sebagainya.[30]
Mengenai masalah manajemen kelas dapat dikelompokkan menjadi dua kategori yaitu masalah individual dan masalah kelompok. Meskipun seringkali perbedaan antara kedua kelompok itu hanya merupakan perbedaan tekanan saja. Tindakan manajemen kelas seorang guru akan efektif apabila ia dapat mengidentifikasi dengan tepat hakikat masalah yang sedang dihadapi, sehingga pada gilirannya ia dapat memilih strategi penanggulangannya yang tepat pula.
Mengenai kunci keberhasilan manajemen kelas, guru dan wali kelas yang merupakan pengemban amanat kepala sekolah perlu memperhatikan kunci keberhasilan supaya dapat mengatasi dan menghadapi ancaman, gangguan serta hambatan dan tantangan ketika merealisasikan tugas-tugas yang relevan dengan maksud perealisasian amanat.
Kunci keberhasilan manajemen kelas tersebut antara lain yaitu :
A.    Prosedur Preventif.
Prosedur usaha preventif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk menciptakan kondisi yang baru dari interaksi biasa menjadi interaksi edukatif, dengan senantiasa membangkitkan motivasi belajar siswa.
B.     Prosedur Kuratif.
Prosedur kuratif merupakan inisiatif guru dan wali kelas untuk mengatasi bentuk perbuatan siswa yang dipandang bisa berpengaruh negatif terhadap proses belajar mengajar dengan jalan memberhentikan perbuatannya itu sekaligus membimbingnya agar memiliki perbuatan pendukung proses belajar mengajar.
5.    Pendekatan Manajemen Kelas.
Ada beberapa pendekatan yang dijadikan sebagai alternatif pertimbangan dalam usaha menciptakan disiplin kelas yang efektif, antara lain:
a.    Pendekatan Manajerial.
Pendekatan ini dilihat dari sudut pandangan manajemen yang berintikan konsepsi-konsepsi tentang kepemimpinan. Dalam pendekatan ini dapat dibedakan:
1)   Kontrol otoriter, dalam menegakkan disiplin kelas guru harus bersikap keras, kalu perlu dengan hukuman-hukuman yang berat.
2)   Kebebasan liberal, menurut konsep ini siswa harus diberi kebebasan sepenuhnya untuk melakukan kegiatan apa saja sesuai dengan tingkat perkembangannya.
3)   Kebebasan terbimbing, konsep ini merupakan perpaduan diantara kontrol otoriter dan kebebasan liberal. Dari sini siswa diberi kebebasan untuk melakukan aktivitas, namun terbimbing atau terkontrol. Disiplin kelas yang baik menurut konsep ini lebih ditekankan kepada kesadaran dan pengendalian diri sendiri.[31]
b.    Pendekatan psikologis.
Terdapat beberapa pendekatan yang didasarkan atas studi psikologi yang dapat dimanfaatkan oleh guru dalam membina disiplin kelas kepada siswanya. Pendekatan yang dimaksud antara lain:
1)   Pendekatan Modifikasi Tingkah laku (Behavior-Modification Approach).
Pendekatan ini bertolak dari psikologi behavioral yang mengemukakan asumsi bahwa:
a)    Semua tingkah laku yang baik dan kurang baik merupakan hasil proses belajar.
b)   Ada sejumlah kecil proses psikologi yang fundamental yang dapat digunakan untuk menjelaskan terjadinya proses belajar yang dimaksud, yaitu di antaranya penguatan positif (positif reinforcement) seperti hadiah, ganjaran, pujian, pemberian kesempatan untuk melakukan aktivitas yang disenangi oleh siswa, dan penguatan negatif (negatif reinforcement) seperti hukuman, penghapusan hak dan ancaman.
Untuk membina tingkah laku yang dikehendaki guru harus memberikan penguatan positif (pemberian ganjaran atau penghapusan hukuman).  Sedangkan untuk mengurangi atau menghentikan tingkah laku yang tidak dikehendaki, guru harus menggunakan penguatan negatif (pemberian hukuman atau penghapusan hak).
Penguatan ini sendiri ada dua macam, yaitu penguatan primer (penguatan yang tanpa dipelajari) misalnya makanan, air, kehangatan badaniah dan penguatan sekunder (penguatan sebagai hasil proses belajar, misalnya perhatian, pujian, sanjungan serta kegiatan lain yang disenangi oleh peserta didik. [32]
2)   Pendekatan iklim sosio-emosional (Sosio-Emotional-Climate Approach).
Pendekatan ini berlandaskan psikologi klinis dan konseling yang mempradukan: pertama, proses belajar-mengajar yang efektif mempersyaratkan keadaan sosio-emosional yang baik dalam arti terdapat hubungan antara pribadi guru dengan siswa dan antara siswa dengan siswa. Kedua, guru merupakan unsur terpenting bagi terbentuknya iklim sosio-emosional yang baik. Guru diperlukan bersikap tulus di hadapan siswa, menerima dan menghargai siswa sebagai manusia, dan mengerti siswa dari sudut pandangan siswa sendiri.
Selanjutnya Carl A. Rogers menekankan pentingnya guru bersikap tulus di hadapan peserta didik (roalness, genueness, and congruence); menerima dan menghargai peserta didik sebagai manusia (Acceptance, prizing, caring dan trust); dan mengerti peserta didik dari sudut pandangan peserta didik send                                                     iri (emphatio understanding)[33].
3)   Pendekatan proses kelompok (Group-Processess Approach).
Pendekatan ini didasarkan pada psikologi klinis dan dinamika kelompok. Yang menjadi anggapan dasar dari pendekatan ini ialah pengalaman belajar sekolah berlangsung dalam konteks sosial dan tugas pokok guru yang terutama dalam pengelolaan kelas ialah membina kelompok yang produktif dan efektif.
Adapun unsur-unsur pengelolaan kelas dalam rangka pendekatan proses kelompok yang dapat diwujudkan kelompok produktif dan efisien, antara lain:
a)    Harapan timbal-balik tingkah laku antara guru dengan siswa dan siswa dengan Siswa.
b)   Sifat kepemimpinan, baik dari pihak guru maupun pihak siswa, yang mengarahkan kegiatan kelompok ke arah pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
c)    Pola persahabatan antar kelas, semakin baik ikatan persahabatan antar siswa maka semakin besar peluang kelompok menjadi produktif.
d)   Norma-norma kelompok yang produktif dimiliki dan dipertahankan, sedangkan yang kurang baik dihilangkan.
e)    Terjadinya komunikasi yang efektif.
f)    Kekohesifan (keakraban)), yaitu perasaan keterikatan masing-masing anggota terhadap kelompok seraca keseluruhan.[34]
4)   Pendekatan eklektik (Eclectic Approach).
Dalam pendekatan ini seorang guru hendaknya:
a)    Menguasai pendekatan-pendekatan pengelolaan kelas yang potensial, dalam hal ini pendekatan perubahan tingkah laku.
b)   Dapat memilih pendekatan yang tepat dan melaksanakan prosedur yang sesuai dengan baik dalam masalah pengelolaan kelas.[35]
6.    Hambatan-hambatan Manajemen Kelas.
Dalam manajemen kelas akan ditemui berbagai faktor penghambat. Hambatan tersebut bisa datang dari guru sendiri, peserta didik, lingkungan keluarga ataupun karena faktor fasilitas. Dan dari uraian diatas tampaklah bahwa kewenangan penanganan masalah pengelolaan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kategori, yaitu:[36]


a.    Masalah yang ada dalam wewenang guru.
Ada sejumlah masalah pengelolaan kelas yang ada dalam ruang lingkup wewenang seorang guru bidang studi untuk mengatasinya. Hal ini berarti bahwa seorang guru bidang studi yang sedang mengelola proses pembelajaran dituntut untuk dapat menciptakan, memperhatikan dan mengembalikan iklim belajar kepada kondisi belajar mengajar yang menguntungkan kalau ada gangguan sehingga peserta didik berkesempatan untuk mengambil manfaat yang optimal dari kegiatan belajar yang dilakukannya.
b.    Masalah yang ada dalam wewenang sekolah sebagai lembaga pendidikan.
Dalam kenyataan sehari-hari di kelas, akan ditemukan masalah pengelolaan yang lingkup wewenang untuk mengatasinya berada di luar jangkauan guru bidang studi. Masalah ini harus diatasi oleh sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan. Bahkan mungkin juga ada masalah pengelolaan yang tidak bisa hanya diatasi oleh satu lembaga pendidikan akan tetapi menuntut penanganan bersama antarasekolah.
Masalah-masalah yang ada dibawah wewenang sekolah antara lain pembagian ruangan yang adil untuk setiap rombel atau jenjang, pengaturan upacara bendera pada setiap hari senin dan bila pada hari itu turun hujan lebat upacara diliburkan, menegur peserta didik yang selalu terlambat pada saat upacara bendera, mengingatkan peserta didik yang tidak mau memakai seragam sekolah lengkap dengan lokasinya, menasehati peserta didik yang rambutnya gondrong, memberi peringatan keras kepada peserta didik yang sering membuat gaduh di kelas atau sekolah.[37]
c.    Masalah yang ada di luar wewenang guru bidang studi dan sekolah.
Dalam mengatasi masalah semacam ini mungkin yang harus terlibat adalah orang tua, lembaga-lembaga yang ada dalam masyarakat seperti karang taruna, bahkan para pengusaha dan lembaga pemerintahan setempat.
Selain masalah diatas ada juga beberapa faktor yang menjadi penghambat dalam manajemen kelas adalah:
1)   Faktor guru.
Faktor penghambat yang datang dari sini berupa hal-hal, seperti: tipe kepemimpinan guru yang otoriter, format belajar mengajar yang tidak bervariasi (monoton), kepribadian guru yang tidak baik, pengetahuan guru yang kurang, serta pemahaman guru tentang peserta didik yang kurang.[38]
2)   Faktor peserta didik.
Kekurang sadaran peserta didik dalam memenuhi tugas dan haknya sebagai anggota kelas atau suatu sekolah akan menjadi masalah dalam pengelolaan kelas.


3)   Faktor keluarga.
Tingkah laku peserta didik di dalam kelas merupakan pencerminan keadaan keluarganya. Sikap otoriter orang tua akan tercermin dari tingkah laku peserta didik yang agresif atau apatis. Di dalam kelas sering ditemukan ada peserta didik penganggu dan pembuat ribut, mereka itu biasanya dari keluarga yang broken-home.
4)   Faktor fasilitas.
Faktor ini meliputi: jumlah peserta didik dalam kelas yang terlalu banyak dan tidak seimbang dengan ukuran kelas, besar dan kecilnya ruangan tidak disesuaikan dengan jumlah peserta didiknya, ketersediaan alat yang tidak sesuai dengan jumlah peserta didik yang membutuhkannya. [39]
B.  Efektifitas Pembelajaran.
1.    Pengertian Pembelajaran.
Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.[40] Jadi, pada intinya proses pembelajaran tidak terlepas dari tiga hal, yaitu pendidik, peserta didik dan sumber-sumber belajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.


Menurut Meril, 1971:
 “Pembelajaran merupakan kegiatan dimana seseorang secara sengaja diubah dan dikontrol dengan maksud agar bertingkah laku atau bereaksi terhadap kondisi tertentu”.[41]
Karena pembelajaran merupakan kegiatan yang sengaja direncanakan maka diperlukan pendekatan yang tepat untuk merancang kegiatan pembelajaran yang sistematis sehingga dapat dicapai kualitas hasil atau tujuan yang diperlukan.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu rekayasa yang diupayakan untuk membantu peserta didik agar dapat tumbuh berkembang sesuai dengan maksud dan tujuan penciptaannya. Dalam kontek, proses belajar di sekolah/madrasah, pembelajaran tidak dapat hanya terjadi  dengan sendirinya, yakni peserta didik belajar berinteraksi dengan lingkunganny` seperti yang terjadi dalam proses belajar di masyarakat (social learning). Proses pembelajaran harus diupayakan dan selalu terikat dengan tujuan (goal based). Oleh karenanya segala kegiatan interaksi, metode dan kondisi pembelajaran harus direncanakan dengan selalu mengacu pada tujuan pembelajaran yang dikehendaki.[42]
2.    Faktor Efektifitas Pembelajaran.
Dalam pembelajaran terdapat tiga komponen utama yang saling berpengaruh dalam proses pembelajaran pendidikan Agama Islam, antara lain:

a.    Kondisi pembelajaran PAI.
Kondisi pembelajaran PAI adalah semua faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembelajaran PAI. Karena itu berusaha mengidentifikasikan dan mendeskripsikan faktor-faktor yang termasuk kondisi pembelajaran, yaitu tujuan dan karakteristik bidang studi PAI, kendala dan karakteristik bidang studi PAI serta karakteristik peserta didik.
b.    Metode Pembelajaran PAI.
Metode pembelajaran PAI dapat diklasifikasikan menjadi strategi pengorganisasian, strategi penyampaian dan strategi pengelolaan pembelajaran.
c.    Hasil Pembelajaran PAI.
Hasil pembelajaran PAI diklasifikasikan menjadi keefektifan, efisiensi dan daya tarik. Keefektifan pembelajaran dapat diukur dengan criteria: (1) Kecermatan penguasaan kemampuan atau perilaku yang dipelajari, (2) Kecepatan unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar, (3) Kesesuaian dengan prosedur kegiatan belajar yang harus ditempuh, (4) Kuantitas unjuk kerja sebagai bentuk hasil belajar, (5) Kualitas hasil akhir yang dapat dicapai, (6) Tingkat alih belajar, dan (7) Tingkat retensi belajar. Sedangkan efisiensi pembelajaran dapat diukur dengan rasio antara keefektifan dengan jumlah waktu yang digunakan atau dengan jumlah biaya yang dikeluarkan. Dan daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan peserta didik untuk berkeinginan terus belajar.[43]
3.    Peningkatan Kualitas Pembelajaran.
Guru kreatif, professional dan menyenangkan harus memiliki berbagai konsep dan cara untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain:[44]
a.    Mengembangkan kecerdasan emosi, ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan emosi ini dalam pembelajaran, yaitu dengan:
1)   Menyediakan lingkungan yang kondusif.
2)   Menciptakan iklim pembelajaran yang demokratis.
3)   Mengembangkan sikap empati.
4)   Membantu peserta didik menemukan solusi dalam setiap masalah yang dihadapinya.
5)   Menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran.
b.    Mengembangkan kreativitas dalam pembelajaran. Dalam hal ini peserta didik akan lebih kreatif jika;
1)   Dikembangkan rasa percaya diri pada peserta didik dan tidak ada perasaan takut.
2)   Diberi kesempatan untuk berkomunikasi ilmiah secara bebas dan terarah.
3)   Diberikan pengawasan yang tidak terlalu ketat dan tidak otoriter.[45]
c.    Mendisiplinkan peserta didik dengan kasih sayang.
Dalam pembelajaran, guru berhadapan dengan sejumlah peserta didik dengan berbagai macam latar belakang, sikap, dan potensi yang kesemuanya itu berpengaruh terhadap kebiasaannya dalam mengikuti pembelajaran dan berperilaku di sekolah. Dalam pembelajaran mendisiplinkan peserta didik harus dilakukan dengan kasih sayang, dan harus ditujukan untuk membantu mereka menemukan diri; mengatasi  situasi yang menyenangkan bagi kegiatan pembelajaran.
d.   Membangkitkan nafsu belajar. Cara membangkitkan nafsu belajar, antara lain:
1)   Tujuan pembelajaran harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada peserta didik sehingga mereka mengetahui tujuan belajar.
2)   Peserta didik harus selalu diberitahu tentang kompetensi dan hasil belajarnya.
3)   Pemberian pujian dan hadiah lebih baik daripada hukuman.
4)   Memanfaatkan sikap, cita-cita, rasa ingin tahu dan ambisi peserta didik, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang.[46]
e.    Mendayagunakan sumber belajar. Caranya:
1)   Memanfaatkan perpustakaan dengan semaksimal mungkin dengan memahami hal-hal yang berkenaan dengan perpustakaan yaitu sistem katalog, bahan-bahan referensi seperti; kamus, ensiklopedi dan lain-lain.
2)   Memanfaatkan media masa, misalnya: radio, televisi, surat kabar dan majalah.
3)   Sumber yang ada di masyarakat, misalnya perusahaan swasta, pabrik dan lain-lain.
4.    Manajemen Kelas Dalam Efektifitas Pembelajaran.
Pendidikan merupakan proses tindakan bimbingan dan pertolongan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik. Pendidikan mengusahakan pembinaan pribadi manusia sampai pada tujuan akhirnya yaitu kebahagiaan dan sekaligus berguna bagi kepentingan masyarakat. Maka kegiatan pendidikan yang benar adalah pembinaan kepribadian manusia untuk mampu membina hubungan yang harmonis dengan Tuhan dan diri sendiri, serta sekaligus untuk kepentingan masyarakat, perilaku hubungan dengan keluarga, masyarakat dan alam sekitar.
Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran kelas perlu dikelola sedemikian rupa sehingga membantu pertumbuhan dan perkembangan kepribadian peserta didik. Pengelolaan kelas tidak sekedar bagaimana mengatur ruang kelas dengan segala sarana dan prasarananya, tetapi menyangkut bagaimana interaksi dan pribadi-pribadi di dalamnya. Pengelolaan kelas lebih ditekankan bagaimana pribadi-pribadi dalam kelas dapat menjadi suatu komunitas yang penuh persaudaraan dan kekeluargaan. Komunitas yang demikian akan mengembangkan kepribadian baik pendidik maupun peserta didiknya. Dari sini, maka peserta didik di kelas  tidak hanya belajar aspek pengetahuan akan  tetaph juga aspek afektif dan sosialitasnya.[47]
Pengelolaan kelas merupakan ketrampilan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran. Beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam pengelolaan kelas adalah (1) kehangatan dan keantusiasan, (2) tantangan, (3) bervariasi, (4) luwes, (5) penekanan pada hal-hal positif, (6) penanaman disiplin diri.
Ketrampilan mengelola kelas memiliki komponen sebagai berikut:[48]
1.    Penciptaan dan pemeliharaan iklim pembelajaran yang optimal.
a)    Menunjukkan sikap tanggap dengan cara: memandang secara seksama, mendekati, memberikan pernyataan dan memberi reaksi terhadap gangguan di kelas.
b)   Membagi reaksi secara visual dan verbal.
c)    Memusatkan perhatian kelompok dengan cara menyiapkan peserta didik terhadap gangguan di kelas.
d)   Memberi petunjuk dan teguran secara jelas dan bijaksana.
2.    Ketrampilan yang berhubungan dengan pengendalian kondisi belajar yang optimal, dengan cara:
1)   Modifikasi perilaku:
a)    Mengajarkan perilaku baru dengan contoh dan pembiasaan.
b)   Meningkatkan perilaku yang baik melalui penguatan.
c)    Mengurangi perilaku buruk dengan hukuman.
2)   Pengelolaan kelompok dengan cara (1) peningkatan kerjasama dan ketertiban, (2) menangani konflik dan memperkecil masalah yang timbul.
3)   Menemukan dan mengatasi  perilaku yang menimbulkan masalah:
a)    Pengabaian yang direncanakan.
b)   Campur tangan dengan isyarat.
c)    Mengawasi secara ketat.
d)   Mengakui perasaan negatif peserta didik.
e)    Mendorong peserta didik untuk mengungkapkan perasaannya
f)    Menghilangkan ketegangan dengan belajar dan mengekang secara fisik.
Ada asumsi bahwa manajemen kelas yang baik merupakan hasil sadar atas peranan guru untuk mengintegrasikan manajemen interaksi (belajar mengajar) dengan perencanaan interaksi pengajaran. Perpaduan ini seringkali menghasilkan persoalan dalam masalah disiplin. Interaksi belajar mengajar dan manajemen hakikatnya tidak terpisah, tetapi lebih merupakan dua komponen utama yang harus dibangun satu dengan lainnya jika menginginkan tercapainya kelas yang harmonis.
Ketrampilan guru yang efektif akan mengawasi perilaku murid dengan waktu yang baik, dengan memberikan pertanyaan yang baik, atau jenis pengalaman pembelajaran. Pengawasan itu justru bisa efektif sebagai tindakan manajemen kelas secara langsung. Meskipun pengajaran dan manajemen dilakukan berbeda, keduanya saling melengkapi dan berinteraksi dalam cara-cara yang produktif. Guru menyusun perencanaan pengajaran. Selanjutnya memimpin dalam proses pengajaran, memotivasi dalam belajar, dan selanjutnya mengawasi atau mengevaluasi hasil belajar. Semua itu adalah tindakan manajemen kelas yang dipadukan untuk mencapai efektifitas pembelajaran.[49] 
C.  Pendidikan Agama Islam
1.    Pengertian Pendidikan Agama Islam
Di dalam (Kurikulum PAI, 3: 2002) seperti yang telah dikutip oleh Abdul Majid, mengatakan bahwa pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama Islam yang dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.[50]



2.    Dasar-dasar Pendidikan Agama Islam.
Dasar-dasar pelaksanaan pendidikan agama di Indonesia memiliki status yang cukup kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari beberapa segi, yaitu:
a.    Dasar dari segi yuridis/hukum.
Dasar yuridis adalah dasar pelaksanaan pendidikan agama Islam berasal dari perundang-undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar yuridis formal ini terdiri dari tiga macam, yaitu:
1)   Dasar Ideal adalah dasar dari falsafah negara, pancasila sila pertama ialah ketuhanan Yang Maha Esa.
2)   Dasar Struktur/ Konstitusional adalah dasar-dasar dari UUD 1945 Bab XI pasal 29 ayat 1 dan 2, yang berbunyi: (1) Negara berdasarkan Atas Ketuhanan Yang Maha Esa. (2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan beribadat menurut agama dan kepercayaannya itu.
3)   Dasar Operasional, yaitu terdapat dalam Undang-undang RI No.20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Bab X Pasal 37 ayat 1 da 2 yang berbunyi sebagai berikut: (1) Kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan sosial, seni dan budaya, pendidikan jasmani, ketrampilan/ kejuruan dan muatan lokal. (2) Pendidikan tinggi wajib memuat: pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, bahasa.[51]
b.    Dasar dari segi Religius.
Dasar religius ini bersumber dari agama Islam yang tertera dalam ayat Al-Qur’an dan Hadits, yaitu:
1.    Sumber dari  al-Qur’an. Antara lain:
a)    Surat Al-Mujadalah ayat 11:
... يَرْفَعِ اللهُ الّذِيْنَ امَنُوْا مِنْكُمْ وَالّذِيْنَ اُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجتٍ(المجادله: 11)
“. . . . niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang berilmu pengetahuan beberapa derajat . . .”(QS. Al-Mujadalah:11).

b)   Dalam surat An-Nahl ayat 125;
اُدْعُ اِلى سَبِيْلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ . . . (النحل: 125)
“Ajaklah kepada Tuhanmu dengan cara yang bijaksana dan dengan nasehat yang baik”.(QS. An-Nahl: 125).

2.    Sumber dari hadits, yaitu:
a) Hadist Riwayat Bukhori:                                                    
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْايَه   (رواه البخاري)
Sampaikanlah ajaranku kepada orang lain walaupun hanya sedikit”. (HR. Bukhari).




b) Hadist Riwayat Baihaqi:

كُلُّ مَوْلُوْدٍ ُيْولَدُ عَلى الْفِطْرَةِ فَاَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِه اَوْيُنَصِّرَانِه اَوْ يُمَجِّسَانِه   (رواه البيهقى)
“Setiap anak yang dilahitkan itu telah membawa fitrah beragam (perasaan percaya kepada Allah) maka kedua orang tauanyalah yang menjadikan anak tersebut beragam Yahudi, Nasroni atau Majusi”. (HR. Baihaqi)

c.    Dasar dari segi sosial psikologis.
Semua manusia dalam hidupnya di dunia ini selalu membutuhkan adanya suatu pegangan hidup yang disebut dengan agama. Mereka merasakan bahwa dalam jiwanya ada suatu perasaan yang mengakui adanya zat Yang Maha Kuasa, tempat mereka berlindung dan tempat mereka meminta pertolongan.
Hal seperti ini terjadi pada masyarakat yang masih primitif maupun modern. Mereka akan merasa tenang dan tentram hatinya kalau mereka dapat mendekatkan dan mengabdi beribadah kepada Allah SWT, sebagaimana dalam surat Ar-Ra’du ayat 28:[52]
. . . اَلَا بِذِ كْرِاللهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوْبَ (الرعد:28)
“Ketahuilah bahwa hanya dengan mengingat Allah hati akan menjadi tenteram”.(Q.S. Ar-Ra’du: 28)[53]




3.    Tujuan dan Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam.
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk “meningkatkan keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara”.(GBPP PAI 1994).
Di dalam GBPP mata pelajaran pendidikan agama Islam kurikulum 1999, tujuan PAI tersebut lebih dipersingkat lagi, yaitu: “agar siswa memahami, menghayati, meyakini dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia muslim yang beriman, bertaqwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia”. Rumusan tujuan PAI ini mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami oleh siswa di sekolah, dimulai dari tahapan kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan meyakininya. Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri siswa dan tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian, akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertakwa dan berakhlaq mulia.
Sedangkan tujuan pendidikan agama Islam (kurikulum PAI: 2002) seperti yang telah dikutip oleh Abdul Majid, bahwa tujuannya untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.[54]
Untuk mencapai tujuan tersebut, maka ruang lingkup materi PAI (kurikulum 1994) pada dasarnya mencakup tujuh unsur pokok, yaitu Al-Qur’an, Hadist, Keimanan, Syari’ah, Ibadah, Muamalah, Akhlak dan Tarikh (sejarah Islam) yang menekankan pada perkembangan politik. Sedangkan pada kurikulum tahun 1999 dipadatkan lagi menjadi lima unsur pokok yaitu: Al-Qur’an, Keimanan, Akhlaq, Fiqih dan bimbingan ibadah, serta tarikh/ sejarah yang lebih menekankan pada perkembangan ajaran agama ilmu pengetahuan dan kebudayaan.[55]
4.    Standar Efektifitas Pembelajaran PAI.
Guru memiliki peran yang sangat penting dalam menentukan kuantitas dan kualitas pengajaran yang dilaksanakannya khususnya dalam pembelajaran PAI. Guru berperan sebagai pengelola proses pembelajaran, bertindak selaku fasilitator yang berusaha menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif sehingga memungkinkan proses pembelajaran, mengembangkan bahan pengajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan-tujuan pendidikan yang harus mereka capai.
Standar efektifitas pembelajaran PAI antara lain:
1.    Dapat melibatkan siswa secara aktif.
Menurut William Burton mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau belajar.[56] Dengan demikian, aktivitas murid sangat diperlukan dalam proses pembelajaran, sehingga muridlah yang seharusnya banyak aktif sebab murid sebagai subyek didik adalah yang merencanakan dan ia sendiri yang melaksanakan belajar.
2.    Dapat menarik minat dan perhatian siswa.
Kondisi belajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitannya dengan sifat-sifat murid, baik yang bersifat kognitif, afektif maupun psikomotorik. Sehingga  hal itu akan menjadikan pembelajaran PAI berjalan secara efektif.
3.    Dapat membangkitkan motivasi siswa.
Motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan, atau kesadaran dan kesiapan dalam diri individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Pembelajaran PAI bisa dikatakn efektif apabila dapat membangkitkan motivasi siswa yang sedang belajar.
4.    Prinsip individualitas.
Pembelajaran PAI akan berjalan efektif kalau guru selalu harus memperhatikan keragaman karakteristik setiap siswa karena dengan begitu maka siswa akan merasakan perhatiannya dan pembelajaran juga akan terlaksana dengan maksimal.
5.    Peragaan dalam pengajaran.
Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman konkrit dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Dan apabila pembelajaran dilaksanakan dengan melaksanakan peragaan yang sesuai maka akan dapat membantu siswa dalam pembelajaran.[57]
6.    Pembelajaran yang dapat menjadikan siswa antusias.
Kenatusiasan siswa dalam pembelajaran khususnya PAI akan berpengaruh pada efektifitas proses pembelajaran yang dilakukannya.






BAB III

METODE PENELITIAN

A.  Pendekatan Dan Jenis Penelitian
Pendekatan teoritis dan empiris dalam penelitian sangat diperlukan. Oleh karena itu sesuai dengan judul skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Karena penelitian ini berusaha mengungkapkan gejala suatu tradisi tertentu yang secara fundamental tergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan peristilihannya, sebagaimana pendapat Kirk dan Miller seperti yang dikutip oleh Moleong.[58] Alasan peneliti menggunakan metode kualitatif karena: pertama, penelitian ini berusaha menyajikan langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden dengan  tujuan supaya lebih peka  dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola nilai yang dihadapi ketika di lapangan. Kedua, data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen[59]  fakta-fakta  dikumpulkan secara lengkap, selanjutnya ditarik kesimpulan.
Menggunakan pendekatan deskriptif, karena datanya berupa ungkapan kata-kata dan tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis, tetapi hanya menggambarkan suatu gejala atau keadaan yang diteliti secara apa adanya serta diarahkan untuk memaparkan fakta-fakta, kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat. Penelitian deskriptif yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.[60]
Jadi, dalam penelitian ini penulis berusaha meneliti tentang manajemen kelas dalam rangka meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
B.  Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah letak dimana penelitian akan dilakukan untuk memperoleh data atau informasi yang diperlukan dan berkaitan dengan permasalahan penelitian. Adapun lokasi penelitian ini adalah berada di lingkungan SD. Darul Ulum Jl. Hangtuah XA/363 Ngemplakrejo Kota Pasuruan
C.  Metode Pembahasan
Ada dua pendekatan dalam penelitian yaitu pendekatan induksi dan deduksi.[61]  Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode induksi, yang berarti suatu proses berfikir yang dimulai dari suatu fakta yang khusus dan peristiwa konkrit  ditarik generalisasi-generalisasi yang mempunyai sifat-sifat umum.[62]  Menggunakan metode induksi karena proses penelitian ini berangkat dari data empiris lewat observasi dan interview menuju kepada suatu teori, kemudian digambarkan berdasarkan logika dalam mengambil suatu kesimpulan ini secara jelas dapat dijadikan landasan teoritis untuk mempermudah dalam pembahasan.[63]
D.  Instrumen Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti sebagai instrumen utama (key instrumen) pengumpul data.[64] Akan tetapi instrumen non manusia juga dipergunakan dalam penelitian ini. Pada dasarnya metode dan instrumen penelitian saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya. Jika metode pengumpulan data menggunakan variasi metode seperti wawancara, observasi dan lain-lain, maka instrumen penelitian adalah pelengkapnya.
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.[65] Variasi jenis instrumen non manusia adalah:
a)    Pedoman wawancara, sebagai kerangka atau dasar dalam mengadakan wawancara dengan aktor yang terlibat sebagai sumber data dalam penelitian.
b)   Pedoman pengamatan.
c)    Alat-alat tulis, guna mencatat hasil wawancara serta sewaktu menyaksikan suatu kejadian dalam penelitian.
d)   Tape recorder untuk merekam hasil wawancara.
e)    Camera untuk menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara induktif.
E.  Sumber Data
Menurut Suharsimi Arikunto, yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana data-data diperoleh.[66] Berdasarkan pengertian tersebut dapat dimengerti bahwa yang dimaksud dengan sumber data adalah dari mana peneliti akan mendapatkan dan menggali informasi berupa data-data yang diperlukan dalam penelitian.
Selanjutnya apabila peneliti menggunakan kuesioner atau wawancara dalam pengumpulan datanya, maka sumber data disebut respunden, yaitu orang yang merespon atau menjawab pertanyaan-pertanyaan peneliti, baik pertanyaan tertulis atau lisan.
Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah:
1.    Sumber data primer, yaitu data yang diperoleh dari sumbernya secara langsung. Dan yang menjadi sumber data primer adalah kepala sekolah, waka kurikulum, bagian sarana dan prasarana, guru bidang studi Pendidikan Agama Islam dan siswa.
2.    Sumber data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari data yang sudah ada dan mempunyai hubungan dengan masalah yang diteliti atau sumber data pelengkap yang berfungsi melengkapi data-data yang diperlukan oleh data primer. Antara lain berupa dokumen-dokumen.
F.   Penentuan Populasi Dan Sampel
Untuk lebih dapat memudahkan dalam penelitian, maka peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut :
a.    Populasi
Menurut Arikunto, populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.[67] Sedangkan menurut Hadi, populasi adalah seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk diselidiki.[68] Bila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitian juga disebut juga studi populasi atau studi sensus.[69]
Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah: seluruh siswa kelas SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dengan jumlah keseluruhan 514 siswa, disamping itu Kepala sekolah, Waka Kurikulum, Bagian sarana prasarana, dan Guru pendidikan agama Islam.
b.    Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[70] Sedangkan menurut Hadi, sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya kurang dari jumlah populasi. Hal ini bisa difahami bahwa, jika kita hanya akan meneliti sebagaian dari populasi, maka penelitian tersebut disebut penelitian sampel.
Menurut Suharsimi Arikunto mengatakan bahwa untuk sekedar ancer-ancer maka, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populsi. Selanjutnya, jika jumlah subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:
a.       Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
b.      Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data.
c.       Besar kecilnya resiko yang ditanggung oleh peneliti.[71]
Berdasarkan pendapat diatas, maka penulis akan mengambil sampel: Kepala sekolah, Wakil Kurikulum 2 orang, Bagian sarana Prasarana 2 orang, Guru pendidikan agama Islam sejumlah 6 orang, dan seluruh siswa SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Dengan demikian, karena jumlah populasi lebih dari 100, maka peneliti mengambil sampel sebanyak 20% dari 514 siswa yaitu 102,8 dibulatkan menjadi 103 siswa.
Pemilihan informan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sample atau sampel bertujuan,[72] dimana sampel bertujuan ini dilakukan berdasarkan atas ciri-ciri, sifat-sifat atau karakteristik yang merupakan ciri pokok populasi. Dalam hal ini peneliti menganggap bahwa informan tersebut mengetahui masalah yang diteliti secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber yang mantap. Selain itu sampel bertujuan ini dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random ataupun daerah, tetapi berdasarkan atas tujuan tertentu. Hal ini dilakukan karena adanya berberapa pertimbangan, yaitu keterbatasan waktu, tenaga dan dana sehingga tidak dapat mengambil sampel yang jumlahnya besar dan jauh.
G. Metode Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang diperlukan oleh penulis maka digunakan metode sebagai berikut:
a)   Metode Observasi.
Metode observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis mengenai fenomena yang diselediki[73]. Observasi yang dilakukan adalah observasi secara sistematis, yang dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan pedoman sebagai instrumen penelitian.
Adapun data yang ingin diperoleh peneliti adalah ;
1.      Kondisi lingkungan sekolah.
2.      Sarana dan prasarana pendidikan yang dilakukan sekolah.
3.      Kegiatan belajar mengajar.
b)   Metode Interview.
Metode interview merupakan teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab sepihak yang dilakukan secara sistematis dan berdasarkan pada tujuan penelitian.[74] Metode ini juga merupakan wawancara langsung dengan responden sebagai pihak yang memberikan keterangan. Di sini peneliti menggunakan metode interview tak berstruktur (Instructured interview) dikarenakan peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tersusun secara sistematis tetapi hanya berupa garis besar atau pedoman umum saja.[75] Metode ini bersifat luwes dan terbuka untuk mendorong subyek penelitian agar jawabannya cukup lengkap dan terjabarkan serta mendalam sesuai dengan tujuan peneliti.[76]
  Metode ini digunakan peneliti untuk mendapatkan data tentang :
1.    Program-program yang disusun oleh SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, khususnya tentang manajemen kelas.
2.    Sejauh mana implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI.
3.    Hambatan-hambatan dalam pelaksanaan manajemen kelas.
c)    Metode Dokumentasi.
Metode ini merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan interview.[77] Peneliti menggunakan metode ini karena untuk mencari data melalui dokumen tertulis mengenai hal-hal yang berupa catatan harian, transkip buku, surat kabar, majalah, foto-foto dan lain-lain.[78]
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang:
1.    Catatan Latar Belakang SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
2.    Struktur organisasi SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
3.    Data guru, siswa, dan karyawan SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
4.    Data mengenai program-program SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan  yang direncanakan dalam implementasi  manajemen kelas.
H.  Analisis Data
Untuk menganalisa data yang telah diperoleh melalui observasi, interview dan dokumentasi, maka penulis menggunakan teknik analisa deskriptif kualitatif dengan pertimbangan bahwa penelitian ini berusaha menggambarkan dan mempresentasikan data secara sistematis, ringkas dan sederhana tentang manajemen kelas dalam rangka mengefektifkan pembelajaran siswa, sehingga lebih mudah dipahami oleh peneliti atau orang lain yang tertarik dengan hasil penelitian yang telah dilakukan.
Mendeskripsikan data kualitatif adalah dengan cara menyusun dan mengelompokkan data yang ada, sehingga memberikan gambaran nyata terhadap responden. Metode penelitian kualitatif tidak mengandalkan bukti berdasarkan logika matematis, prinsip angka, atau metode statistik.[79]
Proses analisis data yang dilakukan oleh peneliti yaitu dengan langkah-langkah sebagai beikut:
a.    Reduksi Data.
Reduksi data merupakan analisis yang menajamkan, menggolongkan data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan finalnya dapat ditarik atau diverifikasi.
Data yang diperoleh dari lapangan langsung ditulis dengan rinci dan sistematis setiap selesai mengumpulkan data. Laporan-laporan itu perlu direduksi, yaitu dengan memilih hal-hal pokok yang sesuai dengan fokus penelitian agar mudah untuk menyimpulkannya. Reduksi data dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam mencari kembali data yang diperoleh bila diperlukan serta membansstu dalam memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.[80]
b.    Display data atau penyajian data.
Yaitu mengumpulkan data atau informasi secara tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Data yang sudah ada disusun dengan menggunakan teks yang bersifat naratif, selain itu bisa juga berupa matriks, grafik, networks dan chart.[81] Dengan alasan supaya peneliti dapat menguasai data dan tidak tenggelam dalam tumpukan data, [82] serta untuk memudahkan peneliti dalam memahami apa yang terjadi dan merencanakan kerja selanjutnya.[83]
  1. Menarik kesimpulan atau verifikasi.
 Yaitu merupakan rangkaian analisis data puncak. Meskipun begitu, kesimpulan juga membutuhkan verifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi dimaksudkan untuk menghasilkan kesimpulan yang valid. Oleh karena itu, ada baiknya sebuah kesimpulan ditinjau ulang dengan cara memverifikasi kembali catatan-catatan selama penelitian dan lencari pola, tema, model, hubungan dan persamaan untuk diambil sebuah kesimpulan.[84]
I.     Pengecekan Keabsahan Temuan
Dalam penelitian, setiap hal temuan harus dicek keabsahannya agar hasil penelitiannya dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan dapat dibuktikan keabsahannya.
Untuk pengecekan keabsahan temuan ini teknik yang dipakai oleh peneliti adal`h trianggulasi. Trianggulasi  adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu.[85] Pemeriksaan yang dilakukan oleh peneliti  antara lain dengan :
a.    Trianggulasi data, yaitu dengan cara membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara, data hasil wawancara dengan dokumentasi dan data hasil pengamatan dengan dokumentasi. Hasil perbandingan ini diharapkan dapat menyatukan persepsi atas data yang diperoleh.
b.    Trianggulasi metode, yaitu dengan cara mencari data lain tentang sebuah fenomena yang diperoleh dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu wawancara, observasi dan dokumentasi. Kemudian hasil yang diperoleh dengan menggunakan metode ini dibandingkan dan disimpulkan sehingga memperoleh data yang bisa dipercaya.
c.    Trianggulasi sumber, yaitu dengan cara membandingkan kebenaran suatu fenomena berdasarkan data yang diperoleh oleh peneliti, baik dilihat dari dimensi waktu maupun sumber yang lain.
J.    Tahap-Tahap Penelitian.
Selama melakukan penelitian ini, peneliti melalui beberapa tahapan, antara lain:
1.    Tahap Persiapan, meliputi:
a)    Pengajuan judul dan proposal penelitian kepada pihak Kajur
b)   Konsultasi proposal ke Dosen pembimbing.
c)    Melakukan kegiatan kajian pustaka yang sesuai dengan judul penelitian.
d)   Menyusun metode penelitian.
e)    Mengurus surat perizinan penelitian kepada dari fakultas untuk diserahkan kepada Kepala Sekolah yang dijadikan obyek penelitian.
f)    Menjajaki dan menilai keadaan lapangan yang akan diteliti.
g)   Memilih dan memanfaatkan informan.
h)   Menyiapkan perlengkapan penelitian.
2.    Tahap Pelaksanaan.
Kegiatan yang dilakukan adalah pengumpulan data dan pengolahan data, pengumpulan data dilakukan dengan cara:
a)    Memahami latar penelitian dan persiapan diri.
b)   Mengadakan observasi langsung.
c)    Melakukan wawancara kepada subyek penelitian.
d)   Menggali data penunjang melalui dokumen-dokumen.
Pengolahan data dilakukan dengan cara data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan teknik analisis data yang telah ditetapkan.
3.    Tahap Penyelesaian, meliputi:
a)    Menyusun kerangka laporan hasil penelitian.
b)   Menyusun laporan akhir penelitian dengan selalu berkonsultasi kepada Dosen Pembimbhng.
c)    Ujian pertanggungjawaban hasil penelitian di depan dewan penguji.
d)   Penggandaan dan menyampaikan laporan hasil penelitian kepada pihak yang berwenang dan berkepentingan.
















BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.  Latar Belakang Obyek Penelitian
Latar belakang obyek penelitian merupakan hal yang sangat penting untuk dikemukakan dalam penelitian, karena obyek penelitian merupakan tempat pusat informasi data yang diambil peneliti dalam menyelesaikan penelitiannya tentang keberadaan secara umum SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan. Latar belakang ini akan memaparkan secara garis besar tentang hal-hal sebagai berikut;
1.    Sejarah Singkat Sekolah Dasar Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo merupakan sekolah swasta yang terletak dipantai utara Selat Madura di wilayah Kota Pasuruan tepatnya di  jalan Hangtuah XA/363 Kelurahan Ngemplakrejo dan didirikan pada tahun 1963 oleh tokoh-tokoh masyarakat setempat dan Ulama Pasuruan, peletak batu pertama adalah KH. Mas Imam Bin Thohir.
Semula lembaga  ini merupakan sebuah lembaga Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang berada di bawah naungan Yayasan Darul Ulum, Departemen Agama dan Lembaga Pendidikan Ma’arif NU. Beberapa tahun kemudian, Lembaga ini resmi berada dinaungan Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan Nasioanl tepatnya pada tanggal 10 Desember 1983 dengan mendapatkan Piagam Sekolah Terdaftar Nomor : 35/II04.7/15.83. Sejak itu lembaga ini hanya berada di bawah naungan Yayasan Darul Ulum, Lembaga Pendidikan Ma’arif NU dan Departemen Pendidikan Nasional yang memprioritaskan program adaptif hingga sekarang.[86]
Demikian gambaran singkat sejarah SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan berkat jerih payah dan usaha pengurus dan masyarakat, sehingga berhasil merealisasikan cita-cita sebagai lembaga pendidikan.
Mengenai form identitas sekolah lebih jelasnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
FORM IDENTITAS SEKOLAH
PROFIL SEKOLAH
1.
a.    Nama Sekolah
: SDS. Darul Ulum

b.    Alamat
: Jl. Hangtuah XA/363 Ngemplakrejo

c.    Nama Yayasan
: Yayasan Pendidikan Darul Ulum     

d.   Alamat
: Jl. Hangtuah XA/363 Ngemplakrejo
2.
NSS/NSM
: 1020056602027          
3.
Jenjang Akreditasi
: Terakreditasi B            
4.
Tahun Didirikan
: 1963                            
5.
Tahun Beroperasi
: 1963                            
6.
a.    Nama Kepala Sekolah
: MASDUQI, S.Pd       

b.    Tempat, Tanggal Lahir
: Mojokerto, 11 Desember 1963         

c.    Ijazah Terakhir
: IKIP BUDI UTOMO MALANG

d.   Masa Kerja
: 9 Tahun
7.
a.    Surat Kepemilikan Tanah
: Ada                             

b.    Surat Tanah
: Ada                             
8.
a.    Surat Ijin Bangunan
: Ada

b.    Surat Bangunan
: Ada

Sumber : Dokumen dan Profil SD. Darul Ulum

Setelah sekolah didirikan, maka mempunyai visi, misi dan tujuan yang ingin dicapai oleh sekolah agar nantinya output yang dikeluarkan oleh sekolah sesuai dengan visi, misi dan tujuan tersebut.
Adapun visi, misi dan tujuan SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai berikut:
a.    Visi dan Misi SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Visi dari SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah “ Membentuk peserta didik yang memiliki Imtaq, Iptek dan berakhlaq mulia ”.
Sedang mengenai misi SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai berikut:
1.    Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal
2.    Membantu siswa mengenali potensi dirinya sehingga berkembang secara optimal
3.    Menumbuhkan semangat kreatif kepada seluruh warga sekolah
4.    Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan
5.    Meningkatkan management partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan
b.   Tujuan SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah :
1.    Dapat mengamalkan ajaran agama dari hasil proses ajaran agama dan kegiatan pengembangan diri
2.    Dapat meraih prestasi akademik dan non akademik yang memadai
3.    Dapat menghasilkan peserta didik yang terampil dan mandiri
4.    Dapat menguasai dasar teknologi serta seni budaya kejenjang yang lebih tinggi
5.    Menjadi sekolah berwawasan budaya dan lingkungan serta penggerak di masyarakat sekitar
2.    Struktur Organisasi.
Struktur organisasi merupakan suatu kerangka atau susunan yang menunjukkan hubungan antara komponen yang satu dengan yang lain, hingga jelas wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam kebulatan yang teratur. Pengorganisasian adalah menyusun hubungan perilaku yang efektif antar personalia, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien dan memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakan beberapa tugas dalam situasi lingkungan yang ada guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.[87]
Adapun struktur organisasi SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2
Struktur Organisasi SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
 










3.    Keadaan Guru dan Karyawan.
Selama pelaksanaan proses belajar mengajar guru dan siswa harus ada, sebab keduanya merupakan komponen yang terpenting dalam proses belajar mengajar.
Pada tahun pelajaran 2010-2011 ini, SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan telah mempunyai tenaga pengajar dan karyawan sebanyak 34 orang, terdiri dari 29 orang guru dan 5 orang pegawai.
Adapun data guru dan karyawan SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan sebagailana terlampir pada table di bawah ini :
Tabel 4.3
Data Guru dan Karyawan
SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan

No
Nama
L/P
Ijazah Terakhir
Jabatan
Status
1
Masduqi , S.Pd.
L
S 1 ’99
Kep.Sek
PNS
2
Nur Hadi, S.Pd
L
S1 ‘08
Guru Kelas
PNS
3
Anik Herlina, AmaPd
P
D 2 ‘01
Guru Kelas
PNS
4
Rodeyah, S.Pd I
P
S.1’07
Guru PAI
PNS
5
Julaichah, SPd
P
S1 ‘10
Guru Kelas
GTT
6
Abdul Hamid,  S.Pd
L
S.1’08
Guru Kelas
GTT
7
Nur Aini, S.Pd
P
S1’97
Guru Kelas
GTT
8
Siti Khatimah, S.Pd.I
P
S.1’07
Guru Kelas
GTT
9
Siti Musyarafah, Sag
P
S1’94
Guru Kelas
GTT
10
Estu Ismayanti,S.Pd
P
S.1
Guru Kelas
GTT
11
Hendra Teguh  A, SH
L
S.1 ‘04
Guru Kelas
GTT
12
Juma’ati, S.Pd
P
S.1
Guru Kelas
GTT
13
Arminah
P
MAN’82
Guru Kelas
GTT
14
Achady Abdullah
L
MTs ‘69
Guru PAI
GTT
15
Siti Mariyam
P
MAN’82
Guru PAI
GTT
16
Minaturrahmah
P
MAN’82
Guru PAI
GTT
17
Nurul Aini, AMa.Pd
P
D2 ‘08
Guru PAI
GTT
18
Umi Kulsum
P
SMEA
Guru Kelas
GTT
19
Nur Hasin
L
SMA
Guru PAI
GTT
20
Kholid M.
L
MAN’95
Guru PAI
GTT
21
Moh Akhiyar, S.Pd
L
S1 ‘10
Guru Kelas
GTT
22
Siti Aminah, AMa Pd
P
D2 ‘08
Guru Kelas
GTT
23
Naily Iswati  S.,S.Pd
P
S1 ‘10
Guru Kelas
GTT


24
Sudarmanto, S.Pd
L
S.1’08
Guru Penjas
GTT
25
Akhmad Marzuki, S.Pd
L
S1 ‘10
Gr. B. Inggris
GTT
26
Ida Mahmudah, AMaPd
P
D2 ‘08
Guru Kelas
GTT
27
Inayatul Fitriyah, SPd
P
S1 ‘09
Guru Kelas
GTT
28
Dessy Resty L.,AMa.Pd
P
D2
Guru Kelas
GTT
29
Yusuf Arif, S.Pd
L
S1 ‘10
Guru Penjas
GTT
30
Mukhdor Siddiq
L
ST
TU
PTT
31
Uswatun Khasanah
P
MAN
TU
PTT
32
Naimatus Su’udah, SE
P
S.1
TU
PTT
33
Nurul Huda, S.Kom
L
S1 ‘10
TU
PTT
34
Firda Rokhaniyah
P
MAN‘02
Pustakawati
PTT

Sumber : Dokumen dan arsip SD. Darul Ulum
4.    Keadaan Siswa.
Dengan mulai tumbuhnya masyarakat untuk menyekolahkan anaknya dan seiring dengan berjalannya waktu serta berkembangnya SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini, jumlah siswa-siswi di lembaga ini dari tahun ke tahun mulai tahun 1963 sampai dengan tahun 2009 semakin meningkat. Pada tahun pelajaran 2010-2011 jumlah seluruh siswa SD. Darul Ulum ini sebanyak 514 siswa terdiri dari 243 siswa dan 271 siswi.
Adapun data jumlah seluruh siswa SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan sebagaimana terlampir pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.4
Jumlah Siswa-Siswi SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan
Tahun Pelajaran 2010/2011
No
Kelas
Laki-Laki
Perempuan
Jumlah
1
I
46
45
91
2
II
35
33
68
3
III
37
40
77
4
IV
43
63
106
5
V
39
50
89
6
VI
43
40
83
JUMLAH
243
271
514

Sumber : Dokumen dan arsip SD. Darul Ulum
5.    Sarana dan Prasarana.
Dalam suatu lembaga sarana prasarana merupakan alat keberhasilan dalam mencapai tujuan. Adapun sarana dan prasarana  di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan secara lebih rinci adalah sebagai berikut: 18 ruang kelas dengan luas 655.3 m2, 1 ruang Kepala Sekolah dengan luas 7.3 m2, 1 ruang laboratorium dengan luas 38.0 m2, 1 ruang guru dengan luas 38.0 m2,, 1 ruang Tata Usaha dengan luas 38.0 m2, 1 ruang perpustakaan dngan luas 31.0 m­2, 1 ruang UKS dengan luas 6.2 m2, 1 ruang koperasi dengan luas 8.1 m2, 1 ruang kamar kecil guru dengan luas 4.0 m2, 1 ruang kamar kecil siswa dengan luas 11.2 m2
Sedangkan perlengkapan sekolah antara lain: 3 buah komputer, 2 buah mesin ketik, 2 buah TV education, 1 buah TV umum, 2 buah laptop. 1 buah Warles, dan 2 buah LCD.
6.    Kurikulum.
Eksistensi Kurikulum dalam sebuah lembaga pendidikan mempunyai fungsi yang sangat penting, karena merupakan operasionalisasi yang dicita-citakan bahkan tujuan pendidikan tidak akan tercapai tanpa keterlibatan kurikulum. Hal ini sesuai dengan UUSPN No.20 Tahun 2003 yang menekankan tujuan pendidikan nasional dengan memperlihatkan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaiannya dengan lingkungan dan kebutuhan pembangunan nasional.
Struktur kurikulum di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan menggunakan struktur yang ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Dengan diterapkannya kurikulum yang baru yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), maka secara otomatis kurikulum yang diterapkan mengikuti kurikulum baru tersebut.
Ada beberapa program yang sudah direncanakan oleh Waka Kurikulum antara lain:
1.    Pelaksanaan KBM berjalan dalam 2 semester genap dan ganjil.
2.    Koordinasi dengan sesama Waka setiap hari.
3.    Semester 2 penetapan Kelompok Kerja
4.    Menyiapkan ulangan semester ganjil serta semester genap dan mensukseskan UAS dengan menggunakan pola Drill dan Try Out.
Sedangkan mengenai program Waka Kurikulum yang direncanakan terkait dengan materi PAI adalah:
1.    Meningkatkan materi PAI/Ma’arif NU, seperti Al-Qur’an Hadits, Aqidah Akhlaq, Feqih, SKI, Bahasa Arab dan Ke-NU-an.
2.    Setiap hari jum’at pagi diadakan do’a/Istighosah bersama dengan ditangani langsung oleh guru PAI dengan tujuan untuk menanamkan nilai spiritual.[88]
B.  Penyajian Dan Analisis Data
1.    Implementasi Manajemen Kelas Dalam Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini, menjadi faktor pendorong upaya pembaharuan dalam dunia pendidikan. Berbagai upaya untuk mencapai tujuan pendidikan Indonesia dewasa ini terus berlangsung dan berkembang. Adapun salah satu upaya yang diprioritaskan untuk mencapainya adalah peningkatan mutu pendidikan.
Dalam kaitannya dengan efektifitas pelaksanaan manajemen kelas di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan terutama dalam pembelajaran PAI ini yang dapat dirasakan adalah lebih dapat memberikan nuansa yang nyaman dalam proses pembelajaran. Maka pihak yang respon terhadap peningkatan efektifitas pembelajaran menganggap penting sekali manajemen kelas tersebut dan perlu dikembangkan terus. Menurut Waka Kurikulum mengenai penjelasan manajemen kelas adalah seperti yang dikutip oleh peneliti  dalam deskripsi wawancara berikut:
“..... Manajemen kelas adalah suatu rancangan atau perencanaan yang harus dilakukan oleh seorang guru sebelum melakukan pengajaran di kelas, dan tidak hanya terbatas pada pengajaran saja akan tetapi dalam manajemen kelas ini guru harus memperhatikan setiap individu siswa, masalah yang akan timbul di kelas, sehingga pembelajaran yang terjadi berjalan secara efektif dan efisien”.[89]

Implementasi manajemen kelas di SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan khususnya pembelajaran PAI pada dasarnya tidak terlepas dari visi, misi sekolah, yaitu ”Terbentuknya peserta didik yang memiliki Imtaq, Iptek dan berakhlaq mulia” dan misi SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan khususnya point satu dari kelima misi tersebut yaitu :
1.    Melaksanakan pembelajaran secara efektif sehingga dapat mengembangkan potensi siswa secara optimal
2.    Membantu siswa mengenali potensi dirinya sehingga berkembang secara optimal
3.    Menumbuhkan semangat kreatif kepada seluruh warga sekolah
4.    Meningkatkan penghayatan dan pengamalan ajaran agama dalam kehidupan
5.    Meningkatkan management partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan
Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan semuanya, SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan menjalani langkah-langjah manajemen administrative antara lain yaitu : pertama, perencanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum dan alokasi waktu yang sudah terprogram. Kedua, pengorganisasian pembelajaran. Ketiga, pengkomunikasian yang harmonis. Keempat, pemilihan metode disesuaikan dengan karakteristik siswa serta materi yang akan disampaikan. Kelima, penggunaan media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi dan kondisi serta lingkungan siswa. Keenam, peningkatan disiplin kelas tetap ditegakkan. Ketujuh, Diterapkannya konflik kelas. Kedelapan, pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang efektif. Kesembilan, penataan ruang disesuaikan dengan jumlah siswa.
Langkah-langkah implementasi manajemen kelas di SD. Darul Ulum tersebut sudah berjalan dengan baik, hal ini termuat dalam deskripsi wawancara berikut:
“.......... Impldmentasi manajemen kelas dalam proses pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini tidak terlepas dengan visi dan misi sekolah. Usaha yang dilakukan untuk mewujudkan semuanya, SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan menjalani langkah-langkah manajemen administrative antara lain yaitu : pertama, perencanaan pembelajaran sesuai dengan kurikulum dan alokasi waktu yang sudah terprogram. Kedua, pengorganisasian pembelajaran. Ketiga, pengkomunikasian yang harmonis. Keempat, pemilihan metode disesuaikan dengan karakteristik siswa serta materi yang akan disampaikan. Kelima, media pembelajaran disesuaikan dengan karakteristik siswa, materi dan kondisi serta lingkungan siswa. Keenam, penigkatan disiplin kelas tetap ditegakkan. Ketujuh, Diterapkannya konflik kelas. Kedelapan, pelaksanaan evaluasi pembelajaran yang efektif. Kesembilan, penataan ruang disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. Sehingga siswa menjadi antusias dan juga dapat meningkatkan kemampuan pengetahuan agama siswa. Namun dalam pelaksanaannya juga ada kendala-kendala seperti kurangnya media pembelajaran dan masalah lain masih dalam perbaikan,. Dan waka kurikulum bersama pihak-pihak yang lain berusaha terus untuk meningkatkan manajemen kelas dengan didukung pada penanmbahan fasilitas media pembelajaran agar pembelajaran itu berlangsung dengan efektif dan efisien”.[90]

Implementasi manajemen kelas perlu ditingkatkan terus, untuk menemukan inovasi-inovasi baru dalam proses pembelajaran yang selama ini sudah tidak efektif lagi untuk diterapkan, supaya proses pembelajaran PAI khususnya di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan berjalan sesuai ddngan yang diharapkan bersama, sehingga pengetahuan agama peserta didik mengalami peningkatan. Seperti yang telah dikutip dari deskripsi wawancara dengan Waka Kurikulum berikut: 
“………Implementasi manajemen kelas dalam efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan harus terus dilaksanakan, karena mengingat pembaharuan dalam pendidikan harus terus dilakukan dan tidak boleh berhenti sampai disini. Pendidikan harus terus diupayakan agar berjalan dengan efektif dan efisien, serta memudahkan siswa dan berdaya mutu tinggi. Begitu juga dengan SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, terus berusaha dan berupaya untuk menjadikan semua proses pembelajaran itu terus dijalankan dengan inovasi-inovasi yang bermutu tinggi. Tujuan utama Implementasi manajemen kelas dalam efektifitas pembelajaran adalah merombak dan memperbaharui sistem yang sudah tidak efektif untuk diterapkan dan diganti dengan program baru yang lebih inovatif, agar peserta didik dapat belajar dengan tenang, lancar dan akan lebih cepat dalam menangkap pelajaran sehingga akan meningkatkan pengetahuan agama peserta didik”.[91]

Menurut informasi yang diperoleh dari para responden di atas, dapat disimpulkan bahwa implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan terus berjalan dengan baik dan mendapat dukungan dari semua pihak, karena implementasi manajemen kelas ini pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran yang nantinya akan memperbaiki dan meningkatkan mutu PAI yang sesuai visi dan misi di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Menurut hasil observasi dan wawancara, ada beberapa hal dalam  manajemen kelas yang sudah diterapkan khususnya dalam pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, antara lain yaitu :
1.    Perencanaan pembelajaran.
Setiap guru membuat Program Tahunan (Prota), Program Semester (Promes), Silabus, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Dengan demikian semua program pembelajaran akan terlaksana sesuai dengan alokasi waktu yang sudah terprogram dan kurikulum.
2.    Pengorganisasian pembelajaran.
Sebelum pembelajaran dimulai guru dan siswa membagi beban kerja agar dalam pembelajaran terbentuk tanggung jawab yang seimbang untuk mewujudkan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Dengan demikian aktifitas pembelajaran berjalan sesuai dengan tujuan dan rencana, karena seluruh personil kelas menjalankan tugas dan tanggung jawab masing-masing.
3.    Pengkomunikasian.
Guru, wali kelas, orang tua dan siswa terjadi hubungan komunikasi yang harmonis dalam mewujudkan proses pembelajaran. Dengan demikian akan tercipta kelas yang dinamis dan komunikasi yang aktif antara siswa dan guru dalam pembelajaran PAI.
4.    Pemilihan metode.
Metode yang digunakan disesuaikan dengan keadaan dan karakter siswa serta materi yang akan disampaikan. Dengan demikian maka pembelajaran PAI terasa nyaman dan efektif.
5.    Penggunanaan dan penentuan media pembelajaran.
Media pembelajaran digunakan secara proposional dan disesuaikan dengan materi dan karakteristik siswa supaya pembelajaran PAI  akan berlangsung dengan maksimal dan tidak menjenuhkan.
6.    Disiplin kelas.
Guru PAI mengadakan kerja sama dengan pihak Waka Kesiswaan serta wali kelas dan guru-guru yang lain untuk meningkatkan kedisiplinan kelas agar dalam pembelajaran berjalan efektif. Dengan demikian efektifitas pembelajaran PAI akan semakin meningkat dan berlangsung dengan tertib.
7.    Konflik Kelas.
Setiap ada permasalahan yang terkait dengan sikap siswa dan masalah ekstern lainnya, guru PAI berusaha untuk mencari solusinya agar tanggung jawab guru berfungsi dengan maksimal. Dengan demikian akan mengurangi masalah yang terjadi dalam pembelajaran PAI.
8.    Evaluasi pembelajaran.
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran dan pemahaman setiap siswa terhadap materi yang telah disampaikan oleh guru. Dengan demikian maka hasil efektifitas pembelajaran akan terlihat.
9.    Penataan Ruangan.
Ukuran ruangan kelas disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada agar tidak terjadi kepadatan siswa dalam pembelajaran supaya siswa merasa nyaman dan guru bisa mengontrol dengan baik dan pembelajaran PAI akan mudah terkondisikan.
2.    Faktor-Faktor Yang Menghambat Manajemen Kelas Dalam Rangka Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Penerapan sebuah program, tentunya tidak akan terlepas dari hambatan-hambatan yang terjadi di lapangan. Begitu juga dengan penerapan manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran. Hambatan-hambatan ini mungkin terjadi karena manajemen kelas merupakan sebuah konsep pendidikan yang sangat komplek, karena menyangkut semua unsur pendidikan. Sehingga untuk menyatukannya juga merupakan suatu hal yang tidak mudah. Butuh sebuah proses dan perjuangan dalam mengimplementasikannya.
Hal ini sejalan dengan informasi yang diberikan oleh Waka Kurikulum dalam deskripsi wawancara  berikut:
“…….Mengenai hambatan implementasi manajemen kelas ada banyak faktor yang bisa menghambat yaitu faktor peserta didik, faktor lingkungan, faktor fasilitas dan faktor guru. Yang mana kalau dari beberapa unsur penghambat ini berfungsi secara maksimal, maka manajemen kelas akan terlaksana dengan efektif”.[92]

Selain hambatan diatas adalah hambatan-hambatan yang dialami oleh siswa SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan yaitu kurangnya sarana prasarana dan media pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa, disamping itu masih banyak guru PAI yang belum bisa mengoperasikan media pembelajaran seperti komputer dan LCD, Sebagaimana deskripsi wawancara dengan Waka Sarpras sebagai berikit:
“…….Kurangnya sarana prasarana yang sangat dibutuhkan oleh siswa SD. Darul Ulum Ngemplakrejo seperti mushalla dan ruang belajar serta kurangnya media pembelajaran seperti komputer dan LCD, disamping itu masih banyak guru PAI yang belum bisa mengoperasikan media pembelajaran yang ada. Akan tetapi masalah ini semua sudah berusaha untuk diantisipasi dan sekarang masih dalam pengadaan”.[93]

Sedangkan hambatan-hambatan yang dialami oleh guru sebagai pelaksana langsung implementasi manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, seperti yang dikutip dalam deskripsi wawancara sebagai berikut:
“……Hambatan implementasi program ini pada pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum ini yaitu faktor sarana prasarana yang kurang memadai yaitu mengenai kurang adanya media pembelajaran untuk siswa, faktor peserta didik (kurang adanya kesadaran dalam melakukan efektifitas pembelajaran) serta faktor lingkungan yang akan mendominasi dalam cara bersikap siswa untuk melakukan hal-hal yang kurang baik di sekolah”. [94]

Selain dari sarana prasarana yang menjadi penghambat dalam implementasi manajemen kelas adalah siswa sendiri yang menjadi penghambat, ketika pembelajaran berlangsung siswa kadangkala menimbulkan masalah di dalam kelas, contohnya: membuat gaduh di kelas, sering terjadi perkelahian antar siswa dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan deskripsi wawancara dengan siswa kelas V :
“……. Siswa pada waktu pembelajaran terkadang ada yang membuat gaduh di kelas, sering terjadi perkelahian antar siswa dan lain-lain, hal ini bisa menghambat jalannya manajemen kelas dalam proses pembelajaran. Guru melihat hal ini tidak dibiarkan begitu saja,tapi sudah   mencari jalan penyelesaiannya”.[95] 

Dari penjelasan responden diatas dan juga hasil observasi peneliti, ada beberapa  hambatan yang dihadapi oleh SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dalam implementasi manajemen kelas khususnya dalam pembelajaran PAI secara garis besar adalah sebagai berikut:
1.    Faktor peserta didik.
Di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini peserta didiknya kurang mempunyai kesadaran akan tanggungjawabnya sebagai siswa dalam melakukan efektifitas pembelajaran khususnya pembelajaran PAI. Maksudnya siswa kurang merespon dalam setiap materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru. Ketika pembelajaran berlangsung kadang siswa membuat gaduh dan membuat masalah yang tidak disangka sebelumnya. Terkait dengan masalah ini Guru memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi kepada siswa serta mengadakan kerjasama dengan beberapa pihak yang terkait dengan penanganan masalah siswa.
2.    Faktor  Orang tua.
Guru bukan satu-satunya orang yang bertugas untuk merubah peserta didiknya ke arah yang lebih baik. Pembelajaran tidak akan berjalan dengan lancar tanpa adanya dukungan dari beberapa pihak yang terkait. Orang tua menjadi faktor penghambat manajemen kelas, misalnya kurang adanya kontrol dari orang tua, padahal motivasi orang tua sangat perlu dalam membantu meningkatkan semangat anaknya ketika pembelajaran. Terkait dengan masalah ini guru mengadakan komunikasi dan hubungan kerjasama yang harmonis dengan orang tua dalam membina dan mendidik anaknya.


3.    Faktor Fasilitas.
Pembelajaran tanpa didukung oleh fasilitas maka yang terjadi adalah pembelajaran berjalan kurang maksimal. Fasilitas ini meliputi media pembelajaran yang akan dijadikan sebagai penunjang pembelajaran siswa dan sarana mempermudahkan guru dalam penyampaian materi serta mempermudahkan dalam menerima materi yang telah disampaikan oleh guru.
Di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini, fasilitasnya masih kurang seperti ruang pembelajaran, media pembelajaran dan lain lain. Disamping itu masih banyak guru yang belum bisa mengoperasikan media pembelajaran yang ada.
4.    Faktor Lingkungan.
Lingkungan ini yang akan menentukan setiap siswa dalam bersikap ketika bergaul dengan masyarakat. Lingkungan yang baik akan menjadikan siswa berperilaku baik ketika di sekolah atau di lingkungan masyarakatnya. Begitupun sebaliknya, Siswa  di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan ini rata-rata berasal dari lingkungan yang keras yaitu pesisir, yang mana hal tersebut menimbulkan persepsi bahwa pergaulan yang ada di sana kurang baik terutama untuk remaja yang masih bersekolah. Lingkungan seperti ini akan berpengaruh terhadap cara bersikap siswa ketika proses pembelajaran di sekolah. Terkait dengan hal ini guru memberikan pengetahuan kepada siswa supaya tidak mudah terpengaruh dengan pergaulan yang kurang baik.
3.    Usaha-Usaha Yang Ditempuh Guru Dalam Manajemen Kelas Sehingga Dapat Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran PAI Di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
Sebuah permasalahan haruslah dicari jalan pemecahannya, begitu juga dengan masalah peningkatan mutu pendidikan. Hal inilah yang ingin dicapai dalam manajemen kelas. Karena manajemen kelas merupakan pemikiran yang sistematis untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran khususnya terhadap materi PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
 Untuk itu perlu dilihat faktor-faktor yang menjadi penghambat dan dicarikan usaha-usaha dari guru dalam memaksimalkan manajemen kelas dengan tujuan supaya efektifitas pembelajaran itu meningkat. Guru SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan benar-benar aktif dalam me-manage kelas terutama dalam hal ini, sesuai dengan hasil informasi dari deskripsi wawancara dengan Waka Kurikulum berikut:
“………Dalam manajemen kelas ini guru SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan sebelum memulai proses pembelajaran di kelas, telah mempersiapkan beberapa tugas administratifnya, karena hal itu sangat penting untuk dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan pembelajaran”.[96]

Hal diatas diperkuat oleh guru PAI, bahwa dalam Manajemen kelas ini khususnya guru PAI SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dalam mengatasi beberapa persoalan dan masalah  di kelas, telah melakukan beberapa hal sebagai pengantisipasi masalah yang kemungkinan terjadi ketika pembelajaran di kelas. Seperti kutipan dalam deskripsi wawancara berikut:
“…………Ada beberapa usaha yang telah dipersiapkan oleh guru PAI sebelum mulai pembelajaran di kelas untuk meningkatkan manajemen kelas yang lebih efektif dan efisien, yaitu: pertama, mempersiapkan tugas administrative (membuat Prota, Promes, Silabus, dan RPP). Kedua, memberi motivasi kepada siswa setelah pembelajaran berakhir supaya termotivasi untuk belajar materi yang akan disampaikan minggu depan, dengan tujuan agar pembelajaran dapat berjalan maksimal sesuai dengan alokasi waktu yang sudah terprogram. Selain itu guru membuat modul untuk dijadikan sebagai pedoman materi pilihan dengan tetap berpedoman pada kurikulum dan system yang digunakan kerja kelompok, guru hanya sebagai pengontrol dan pengarah saja”.[97]

Usaha yang dilakukan oleh guru PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dalam mengatasi beberapa masalah yang terkait dengan tugas guru PAI yaitu mengubah prilaku peserta didik ke arah yang lebih baik khususnya dalam proses pembelajaran. Selain itu guru PAI SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dari kelas 1 sampai VI mengadakan  atau membentuk “team kerjasama” antar guru PAI. Lebih jelasnya seperti dalam deskripsi wawancara berikut:
“………Kita sebagai guru PAI dalam mengatasi permasalahan siswa terkait dengan tugas guru PAI yaitu dengan cara membentuk team guru PAI kelas  I  sampai  VI. Pak Nur Hasin selaku guru PAI kelas IV sebagai pengawas langsung aktivitas dalam kegiatan ibadah dan perilaku keseharian siswa. Bu rodeyah selaku guru PAI kelas VI sebagai guru yang langsung mengadakan pendekatan individual kepada siswa yang bermasalah dengan sistem curhat. Dan Bu Nurul selaku guru PAI kelas V atau termasuk guru PAI Senior di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dan selaku penasehat yang memberikan arahan dan bimbingan langsung serta membuka konsultasi untuk orang tuanya siswa yang bermasalah tersebut yang bertempat di sekolah maupun di rumah kediaman saya. Serta mengadakan kerjasama dengan guru Wali Kelas dan Waka Kesiswaan”.[98]   

Hasil wawancara diatas  dapat disimpulkan bahwa di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dewan guru PAI membentuk “team kerjasama” untuk membuat perangkat pembelajaran dengan tujuan yaitu untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI. Guru PAI ini menggunakan metode pembelajaran yang bervariatif, dan sebelum menentukan metode terlebih dahulu melihat kondisi siswa dan materi serta lingkungan. Seperti yang dijelaskan oleh guru PAI dalam deskripsi wawancara berikut:
“…….Usaha yang dilakukan dalam manajemen kelas adalah memilih metode dengan memperlihatkan kondisi siswa, materi dan lingkungan. Dan metode pembelajaran PAI yang efektif di SD. Darul Ulum ini adalah jigsaw learning, penugasan kelompok, pembelajaran demonstrasi dengan strategi Modelling the way untuk materi ibadah, karena siswa bisa melakukan praktek langsung di Musholla. Disini guru lebih melibatkan siswanya dan kalau materi tentang keyakinan guru yang lebih terlibat”.[99]

Dalam manajemen kelas ini, guru PAI SD. Darul Ulum ini berusaha memaksimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariatif dan menyesuaikan dengan kondisi karakteristik siswa, materi dan lingkungan supaya dapat membantu siswa mempermudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru. Seperti deskripsi wawancara berikut:
“…..Penggunaan media pembelajaran ini juga merupakan usaha dalam implementasi manajemen kelas tetapi dalam penggunaannya guru tetap memperhatikan kondisi siswa, materi dan lingkungan. supaya dapat membantu siswa mempermudah dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru”.[100] 

Terkait dengan adanya guru yang masih belum bisa mengoperasikan media pembelajaran yang ada, kepala sekolah dan Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan masih berusaha untuk mencari solusinya. Dikarenakan keterbatasan dana dan waktu, maka untuk sementara salah satu usaha yang di lakukan oleh kepala sekolah dan Waka Kurikulum adalah memberikan kesempatan kepada dewan guru khususnya guru PAI untuk belajar mengoperasikannya pada saat tidak ada jam mengajar atau di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan dibimbing oleh bagian Tata Usaha SD. Darul Ulum. Hal ini sudah berjalan, namun belum maksimal karena kondisi dan keadaan guru itu sendiri. Seperti kutipan dalam deskripsi wawancara berikut:
” .............Untuk sementara, sebab keterbatasan dana dan waktu, salah satu usaha yang di lakukan oleh kepala sekolah dan Waka Kurikulum adalah memberikan kesempatan kepada dewan guru khususnya guru PAI untuk belajar mengoperasikannya pada saat tidak ada jam mengajar atau di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan dibimbing oleh pegawai TU SD. Darul Ulum ”.[101]

Dari beberapa informasi hasil wawancara yang dilakukan dengan responden dan berdasarkan hasil observasi peneliti, maka secara garis besarnya mengenai usaha yang dilakukan dalam manajemen kelas sehingga dapat meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan adalah sebagai berikut:
1.    Mempersiapkan tugas administratif sebelum melakukan pembelajaran di kelas, antara lain membuat Prota (Program Tahunan), Promes (Program Semester), Silabus dan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran). Hal ini akan berpengaruh terhadap pembelajaran sehingga berjalan sesuai dengan kurikulum dan tujuan yang direncanakan.
2.    Memberi motivasi kepada siswa setelah pembelajaran berakhir supaya siswa termotivasi untuk belajar materi yang akan disampaikan minggu depan, dengan tujuan agar pembelajaran minggu depan dapat berjalan maksimal sesuai dengan alokasi waktu yang sudah terprogram. Dan pengaruhnya terhadap pembelajaran adalah siswa akan semangat dalam pembelajaran sehingga berlangsung efektif dan efisien
3.    Usaha yang dilakukan oleh guru PAI SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan dalam manajemen kelas yaitu mengatasi setiap permasalahan siswa yaitu dengan cara membentuk “team kerjasama” guru PAI kelas I  sampai  VI. Pak Nur Hasin selaku guru PAI kelas VI sebagai pengawas langsung aktivitas dalam kegiatan ibadah dan perilaku keseharian siswa. Bu Rodeyah selaku guru PAI kelas VI sebagai guru yang langsung mengadakan pendekatan individual kepada siswa yang bermasalah dengan sistem curhat. Dan Bu Nurul selaku guru PAI kelas V atau termasuk guru PAI Senior di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, sebagai penasehat yang memberikan arahan dan bimbingan langsung serta membuka konsultasi untuk orang tuanya siswa yang bermasalah tersebut yang bertempat di sekolah maupun di rumah kediaman saya. Serta mengadakan kerjasama dengan guru Wali Kelas dan Waka Kesiswaan. Dengan hal tersebut maka masalah yang akan timbul akan berkurang ketika pembelajaran PAI berlangsung.
4.    Usaha yang dilakukan dalam manajemen kelas adalah memilih metode dengan memperlihatkan kondisi siswa, materi dan lingkungan. Dan metode pembelajaran PAI yang efektif di SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan  ini adalah jigsaw learning, penugasan kelompok, pembelajaran demonstrasi dengan strategi Modelling the way untuk materi ibadah, karena siswa bisa melakukan praktek langsung di Musholla/Masjid. Disini guru lebih melibatkan siswanya dan kalau materi tentang keyakinan guru yang lebih terlibat. Sehingga akan  membantu siswa dalam memahami materi dan pembelajaran akan berjalan efektif.
5.    Guru membentuk kelompok diskusi. Disini guru hanya sebagai fasilitator saja untuk mengarahkan materi. Hal ini akan membawa dampak pada siswa sehingga mereka akan merasa nyaman dalam pembelajaran.
6.    Penggunaan media pembelajaran ini juga termasuk usaha guru dalam implementasi manajemen kelas tetapi dalam penggunaannya guru tetap memperhatikan kondisi siswa, materi dan lingkungan. Dan media yang biasa digunakan memakai LCD. komputer, dan TV education. Hal ini akan  meningkatkan kreatifitas berfikir yang kritis bagi siswa terhadap perkembangan masalah PAI. Dan terkait dengan masih banyak dewan guru khususnya guru PAI yang masih belum bisa mengoperasikan media pembelajaran yang ada. Dikarenakan keterbatasan dana dan waktu, maka untuk sementara salah satu usaha yang di lakukan oleh kepala sekolah dan Waka Kurikulum adalah memberikan kesempatan kepada dewan guru khususnya guru PAI untuk belajar mengoperasikannya pada saat tidak ada jam mengajar atau di luar jam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan dibimbing oleh pegawai TU SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan.
    
BAB V
PENUTUP
A.  Kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan penulis pada analisis data diatas, maka dapat diperoleh kesimpilan sebagai berikut:
1.    Manajemen kelas yang diterapkan dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD Darul Ulum Ngemplakrejo kota Pasuruan, meliputi: perencanaan pembelajaran, pengorganisasian pembelajaran, pengkomunikasian, pemilihan metode, penggunaan media, disiplin kelas, konflik kelas, evaluasi pembelajaran, penataan ruangan.
2.    Faktor-faktor yang menghambat manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD Darul Ulum Ngemplakrejo kota Pasuruan adalah: kurangnya kesadaran dan tanggung jawab siswa dalam melakukan efektifitas pembelajaran PAI, kurangnya fasilitas dan media pembelajaran PAI yang ada di SD Darul Ulum Ngemplakrejo kota Pasuruan, kurang adanya motivasi orang tua terhadap anaknya, lingkungan siswa yang keras serta keadaan keluarga yang broken home
3.    Usaha-usaha yang dilakukan dalam manajemen kelas terkait dengan pembelajaran PAI di SD Darul Ulum Ngemplakrejo kota Pasuruan, adalah: mempersiapkan tugas administratif,  memberi motivasi kepada siswa, mengatasi setiap permasalahan siswa, memilih metode, pembentukan kelompok diskusi,  meningkatkan kedisiplinan siswa, dan penggunaan media pembelajaran.     
B.  Saran.
Dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, perlu kiranya penulis memberikan sumbangan pemikiran berupa saran-saran bagi semua pihak terhadap manajemen kelas dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran PAI di SD Darul Ulum Ngemplakrejo kota Pasuruan adalah sebagai berikut:
1.    Kepada Lembaga (Sekolah).
Sekolah dapat merealisasikan sasaran yang ingin dicapai yaitu berusaha terus meningkatkan mutu Pendidikan Agama Islam dengan cara peningkatan manajemen kelas sebagai wujud dalam peningkatan efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam.
2.    Kepada Kepala Sekolah.
Mendukung dan menghimbau kepada setiap guru Pendidikan Agama Islam untuk berkreasi dan inovatif dalam manajemen kelas khususnya dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam agar berjalan efektif, efisien dan maksimal.
3.    Kepada Guru PAI.
Berusaha terus dalam meningkatkan efektifitas pembelajaran Pendidikan Agama Islam melalui pelaksanaan manajemen kelas yang baik, supaya kualitas Pendidikan Agama Islam bagi siswa semakin meningkat.
4.    Kepada Siswa.
Rajin belajar dan meningkatkan kesadaran dalam belajar Pendidikan Agama Islam supaya pembelajaran Pendidikan Agama Islam berhasil maksimal sesuai dengan tujuan yang diharapkan bersama.


[1] Suharsimi Arikunto, Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi (Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1990), Hlm. 19
[2] Ibid., hlm. 190-191.
[4] Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 207
[5] Nana Sudjana, CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Sinar Baru, 1989), Hlm.54

[6] Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah Konsep Strategi dan Implementasi (Bandung: Remaja Rosydakarya, 2002), hlm.57

[7] Mujamil Qomar, Meniti Jalan Pendidikan Islam  (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2002), hlm.298.
[8] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994 cet.IV), hlm. 113
[9] Pius A.P., Dahlan Barry, Kamus Ilmiah Populer (Surabaya: Arkola, 1995) hlm. 128.
[10] UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
[11] Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan PAI di Sekolah  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.164
[12] Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi, Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004 (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset), hlm. 131.
[13] Seni Mengelola Kelas. Disadur dari Craft of the Classroom pengarang Michael Marland (Semarang: Dahara Prize, 1985),  hlm. 11
[14] Mujamil Qomar, Op.Cit., hlm. 298.
[15] Ibid.
[16] Sudirman dkk, Ilmu Pendidikan:Kurikulum, Program pengajaran, Efek Intruksional dan pengiring, CBSA, Metode mengajar, Media pendidikan, Pengelolaan kelas dan Evaluasi hasil belajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1991), hlm. 310-311
[17] Saiful Bakhri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif  (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 172-173
[18] Ibid.
[19] Cony Semiawan, Pendekatan Ketrampilan Proses, Bagaimana Mengaktifkan Siswa Dalam Belajar (Jakarta: Grasindo, 1992), hlm. 64.
[20] Mujamil Qomar, Op. Cit., hlm. 283
[21] Ibid., hlm. 284.
[22] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm.144.
[23] www.pikiran-rakyat.com/cetak/0803/14/03x2.htm.
[24] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm.113.
[25] Ibid.
[26] Mujamil Qomar, Op.Cit., hlm. 285.
[27] Ibid., hlm. 288.
[28] Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas Sebagai Lembaga Pendidikan  (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1989), hlm. 26.
[29] Mujamil Qomar, Op.Cit., hlm. 291.
[30] Syaiful Bakhri Djamarah, Op.Cit., hlm. 173.
[31] Sudirman dkk, Op.Cit., hlm. 328.
[32] Ibid., hlm. 329.
[33] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, Pedoman Penyelenggaraan Administrasi Pendidikan Sekolah (Jakarta: Bumi Aksara), hlm. 144-145.
[34] Sudirman, Op.Cit., hlm. 331.
[35] Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi,Op. Cit.,  hlm. 148.
[36] Ahmad Rohani, Op. Cit., hlm. 155.
[37] Cece Wijaya dan Tabrani Rusyan, Op.Cit., hlm. 135.
[38] Ahmad Rohani, Op.Cit., hlm. 156.
[39] Ibid., hlm. 159.
[40] UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Citra Umbara.
[41] Muhaimin, Op.Cit., hlm. 164.
[42] Muhaimin, Ibid., hlm. 184.
[43]  Ibid., hlm. 156.
[44] Mulyasa, Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 161.
[45] Ibid., hlm. 165.
[46] Ibid., hlm. 176.
[47] Theo Riyanto, Pembelajaran Sebagai Suatu Bimbingan Pribadi  (Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, 2002), hlm. 46.
[48] Mulyasa, Op.Cit., hlm. 91.
[49] Syafaruddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan, Konsep, Strategi dan Aplikasi (Jakarta: Grasindo, 2002), hlm. 103.
[50] Abdul Majid dan Dian Andayani, Op.Cit., hlm. 131.
[51] Zuhairini dan Abdul Ghofir, Metodologi Pendidikan Agama Islam (Malang: UM Press, 2004), hlm. 10.
[52] Ibid., hlm. 12.
[53] Ibid., hlm. 9-11.
[54] Abdul Majid, Op.Cit., hlm. 135.
[55] Muhaimin, Op.Cit., hlm. 78-79.
[56] Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 1995), hlm. 16.
[57] Ibid., hlm. 24.
[58] Lexy Moleong, Metode Penelitian Kualitatif  (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2002), hlm. 114-115.
[59] Dedy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya  (Bandung: Remaja Rosydakarya, 2001), hlm. 155.
[60] Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 1990), hlm. 309.
[61] Sukardi. Metodologi Penelitian Pendidikan:Kompetensi dan Praktiknya, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 12.
[62] Ibid.                                                                                   
[63] Sutrisno Hadi, Metodologi Research Jilid I Cet XXIII (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), hlm. 42.
[64] Sugiyono, MemahamiPenelitian Kualitatif  (Bandung: CV. Alfabeta, 2005), hlm. 60.
[65] Suharsimi Arikunto,  Op.Cit., hlm. 134.
[66] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm. 107.
[67] Ibid
[68] Sutrisno Hadi, Metode Reseach I, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yokyakarta, 1987, Hal 42
[69] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Bina Aksara, 1987), hlm. 102.
[70] Ibid, hlm. 104.
[71]. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta, Rineka Cipta, 2002), Hal 112.
[72] Dedy Mulyana, Op.Cit., hlm. 187.
[73] Suharsimi Arikunto,  Prosedur Penelitian,  Suatu Pendekatan Praktek, Op.Cit., hlm.133.
[74] Dedy Mulayana, Op.Cit.,  hlm. 180.
[75] Sugiyono, Op.Cit., hlm. 74.
[76] Dedy Mulyana, Op.Cit., hlm. 181-183.
[77] Sugiyono, Op.Cit., hlm. 82.
[78] Suharsimi Arikunto, Op.Cit., hlm. 135.
[79]  Deddy mulyana, Op.Cit., hlm, 150.
[80] Nasution, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif, (Bandung: TARSITO, 1988), hlm. 129.
[81] Ibid.
[82] Ibid.
[83] Sugiyono, Op.Cit., hlm. 95.
[84] Nasution, Op.Cit., hlm. 130.
[85] Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Op.Cit. hlm. 178
[86] Hasil wawancara dengan Waka Kurikulum dan Dokumen SD. Darul Ulum pada tanggal 08 Mei 2011 jam 12.00 WIB
[87] Hasil wawancara dan dokumentasi dengan Waka Kurikulum pada tanggal  23 Mei 2011 jam 08.00 WIB.
[88] Hasil wawancara dengan B.Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan pada tanggal 26 Mei 2011 jam 11.30 WIB
[89] Hasil wawancara dengan B. Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan  pada tanggal 26 Mei 2011 jam 12.30 WIB
[90] Hasil wawancara dengan Bu Nurul selaku guru PAI Kls V pada tanggal 27 Mei 2011 jam 11.30 WIB
[91] Hasil wawancara dengan B. Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 28 Mei 2011 jam 10.30 WIB
[92] Hasil wawancara dengan P. Nur Hadi selaku Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan pada tangga 30 Mei 2011
[93] Hasil wawancara dengan P. Abdul Hamid selaku Waka Sarpras SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 31 Mei 2011
[94] Hasil wawancara dengan Bu Nurul selaku Guru PAI Kls V SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 31 Mei 2011
[95] Hasil wawancara dengan Fatimah Azzahra selaku Siswa Kls V SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 01 Juni 2011 jam 09.30
[96] Hasil wawancara dengan B. Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 03 Juni 2011 jam 12.00
[97] Hasil wawancara dengan Bu  Nurul selaku Guru PAI Kls V SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 03 Juni 2011 jam 13.00
[98] Ibid
[99] Hasil wawancara dengan Bu Rodeyah selaku Guru PAI Kls VI SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 07 Juni 2011 jam 09.30
[100] Ibid
[101] Hasil wawancara dengan B. Siti Aminah selaku Waka Kurikulum SD. Darul Ulum Ngemplakrejo Kota Pasuruan, pada tanggal 07 Juni 2011 jam 12.00